“Tapi gue itu kan tunangan loe, Jor! Masa Alice yang merawat loe? Harusnya itu gue!” Hana tidak terima dengan perlakuan Jordi.Sangat aneh bagi Hana karena ia merasa bukan siapa-siapa bagi Jordi. Malah terlihat Alice lebih penting dari dirinya.“Iya. Tapi gue gak suka kalau loe ada di apartemen gue? Ngerti?” Tatapan Jordi seakan sudah malah meladeni Hana. Ia sangat tidak suka terhadap wanita yang terlalu agresif seperti Hana.“Tapi Jor …”“Udah … loe pulang aja. Gue mau sama Alice aja. Dimana Alice?”Jordi mencari ke sekelilingnya dan ternyata Alice masih ada di depan pintu lift. Ia segera pergi ke arah lift, tapi sebelumnya, Jordi sudah menutup pintu apartemennya rapat-rapat. Jordi menatap Alice yang terlihat enggan untuk ikut Jordi ke dalam unit apartemennya lagi.“Udah, Jor … loe sama Hana duluan. Gue … gue mau ambil tas dulu.”Mata Alice seakan memberikan kode kepada Jordi. Ia tidak mau bermasalah dengan Hana nantinya.“Loe ikut gue!” tegas Jordi yang tidak mau dibantah oleh Alice.
Alice menggeleng.“Karena loe itu gak peduli penampilan loe yang blepotan saat makan. Loe gak pakai acara diet. Loe gak ribet soal makanan. Loe itu sederhana. Simple banget,” puji Jordi.“Ini loe lagi memuji apa ngehina?”“Gue ini serius memuji. Masa menghina sih?”Jordi mengelap bumbu kacang di bibir Alice dengan jempolnya lalu ia menjilat sendiri jempolnya yang terkena bumbu kacang. Entah kenapa rasa bumbu kacang itu terasa lebih enak. Mungkin kalau ia membersihkannya dari bibir Alice secara langsung dari bibirnya … akan terasa lebih enak lagi. “Ya ampun … pikiran mesum. Kenapa sih kalau lihat bibir Alice, rasanya gue ingin langsung menyambarnya saja?” rutuk Jordi di dalam hatinya sendiri.“Kenapa, Jor?”“E-enggak.”Pertanyaan dari Alice membuyarkan lamunan mesum Jordi.“Ya udah, gue pulang dulu ya. Sebentar lagi mama pulang.”“Kenapa cepet banget? Temenin gue disini lah.”“Enggak ah. Nanti mama loe datang terus ngelabrak gue lagi. Mateng dah.”“Ya elah. Gak usah takut lah. Kan loe b
Alice membuka pintu unit apartemen Jordi dan saat dibuka, betapa terkejutnya Alice dan Jordi. Ternyata Hana masih menunggu, duduk diam di samping pintu.“Ha-Hana …” Alice terperangah.Sudah hampir satu jam Alice berada di apartemen Jordi, ternyata Hana masih terus menunggunya untuk keluar. Alice sama sekali tidak menyangka.Hana bangkit berdiri. Matanya sudah dipenuhi oleh deraian air mata yang membasahi pipinya.“Apa yang kalian lakukan di dalam?” tanya Hana dengan matanya yang penuh dengan kecurigaan.“Gue tidak melakukan apapun.”“Bohong!” teriak Hana.“Tidak. Serius gue tidak melakukan apapun.”Alice masih mencoba meyakinkan Hana, tapi sepertinya Hana sama sekali tidak percaya terhadap dirinya.“Gue mau bicara sama loe! Berdua.” Hana dengan tatapan menyalangnya seakan mengancam Alice.“Apa yang mau loe bicarain dengan Alice?” Jordi menghentikan langkah Hana dengan menarik tangan Alice. Ia tidak mau ada pengancaman terhadap Alice sehingga nanti Alice bisa meninggalkannya karena tida
“Hah … maksudnya?” Hana tidak mengerti.“Jadi apa yang loe mau bicarakan dengan Alice?”“Gu-gue …”“Dengar ya, Hana. Hubungan kita yang aneh begini bukan salahnya Alice. Dia itu sahabat gue yang terbaik. Jadi gue harap loe gak mojokin Alice sama sekali.” Jordi menatap Hana dengan sangat tegas. Memastikan bahwa gadis itu tidak akan bertindak aneh-aneh terhadap kekasihnya yang masih dikatakan sebagai sahabat itu.“Tapi … gue itu tunangan loe, Jor. Harusnya …”“CALON TUNANGAN!” potong Jordi.“Iya. Calon TUNANGAN. Tapi itu artinya gue lebih berhak untuk mengurus loe waktu loe sakit. Bukan Alice,” protes Hana yang tidak terima.“Hmm … masalah pertunangan ini. Apa gak sebaiknya kita batalkan saja?”“Kenapa? Memang apa masalah di antara kita berdua?” Hana terkejut.“Gue rasa kita udah sama-sama dewasa. Kita juga tahu hati satu sama lain. Harusnya loe juga sangat bisa merasakan kalau gue gak ada hati sama sekali ke loe.”Hana terdiam.“Gue sama sekali gak bisa melanjutkan pertunangan tanpa hat
“Ya … gue minta putus. Gue minta mengakhiri bualan gak jelas ini, eh loe malah berpikir bisa menjadi istri yang terbaik buat gue. Aneh loe.”“Gue gak aneh. Gue itu …”“Udahlah. Gak usah diperpanjang lagi. Nanti gue akan bilang sama orang tua gue dan orang tua loe kalau gue mau membatalkan pertunangan kita sebulan lagi itu,” potong Jordi yang tidak mau semakin mendengar hal yang menurutnya tidak jelas itu. Malas rasanya Jordi mendengarkan semua ucapan Hana.Kalau bukan karena ingin membuat Alice pergi dengan tenang dan tanpa tekanan, Jordi tidak akan sudi membiarkan Hana masuk ke dalam apartemennya. Lebih baik Jordi tidur.“Jor … gak bisa gitu dong!” Hana tidak terima.“Kenapa juga gak bisa?”“Semua venue udah selesai hampir sembilan puluh persen.”“Gue bayar semuanya. Loe gak usah takut rugi. Lagipula … semua itu gue yang bayarkan? Maksudnya … mama gue.”Hana mengangguk.“Jadi harusnya loe gak rugi apapun dong.” Jordi sangat santai.“Ta-tapi … ”“Sudahlah, Han. Apa loe mau hidup dan me
“Gue gak percaya. Loe melakukan semua ini cuma supaya gue menjauh.”“Terserah sih loe mau percaya apa gak. Bukan urusan gue.”Jordi menggedikkan bahunya.Hana menarik nafas dalam-dalam. Otaknya sudah tidak berfungsi lagi. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan Jordi.Sementara Jordi, ia merasa sudah berada di atas angin. Seharusnya Hana menyerah dengan semua kata menyakitkan yang keluar dari mulut Jordi.Tidak disangka oleh Jordi, Hana malah berdiri. Membuka kancing kemejanya satu per satu hingga hampir sampai ke kancing paling bawah.“Loe mau apa?” hardik Jordi yang segera menghentikan apa yang akan dilakukan Hana selanjutnya.“Gue mau buktiin kalau loe beneran fuckboy seperti yang loe katakan tadi. Ayo … gue mau coba bercinta sama loe,” tantang Hana. Matanya sangat tajam saat menatap mata Jordi.GLEK!Terdengar Jordi menelan salivanya sendiri. Tangan Jordi masih berada di salah satu tangan Hana untuk menghentikan gadis itu membuka pakaiannya.“Gue gak tertarik sam
“Apa loe pernah bercinta dengan Alice?” tuduh Hana yang matanya semakin merah.Terus terang, Hana memang paling cemburu dengan kedekatan Alice dan Jordi.“Gak.”Tentu saja ucapan Jordi itu bohong. Alice adalah wanita pertama yang pernah bercinta dengan Jordi dan ia ingin mengulanginya lagi. Jika bersama Alice, semuanya terasa menyenangkan dan tanpa beban.“Lantas dimana loe mencari cewek untuk bersenang-senang?” selidik Hana.“Ya dimana aja bisa,” bohong Jordi untuk kesekian kalinya.“Terus loe pake pengaman?”“Ya iya lah. Gue bukan orang yang suka bertanggung jawab untuk kehamilan perempuan yang gue tidurin,” bohong Jordi lagi.“Ya udah. Sekarang gue mau tidur sama loe. Loe juga gak perlu bertanggung jawab atas kehamilan gue nanti,” ucap Hana yang mulai ngawur.“Loe gila ya?” ketus Jordi sambil memutar bola matanya.Ia tidak habis pikir kenapa Hana menjadi se-desperate ini.“Lebih baik loe pulang. Minum obat, tidur,” usir Jordi yang sudah tidak mau berurusan lagi dengan Hana.“Gak. Gu
Hana teus menangis di atas sofa di apartemen Jordi sampai ia bisa menenangkan dirinya sendiri."Jor ... gue pulang dulu." Hana mengucapkan di balik pintu kamar Jordi yang tertutup rapat. Harga dirinya sudah tercabik-cabik dengan penolakan yang diberikan oleh Jordi. Ia merasa menjadi wanita yang tidak menarik sama sekali di hadapan Jordi.Hana berjalan gontai menuju ke pintu unit apartemen. Ia lemas dan pikirannya sudah kalut. Entah bagaimana hubungannya dengan Jordi nanti.Sementara itu, Jordi hanya diam di dalam kamar dengan pikirannya yang cukup kalut. Apakah ia bisa bercerita semua masalah ini kepada Alice? Jordi bingung.***Alice sudah sampai di rumahnya dengan menggunakan ojek. Untungnya Ranti belum sampai ke rumah, sehingga Alice bisa menyempatkan diri untuk pergi ke apotik untuk membeli pil kontrasepsi darurat.Tentu saja Alice tidak mau hamil sekarang karena keteledorannya dengan Jordi.Ia segera meminum obat itu, tidak boleh sampai Ranti curiga. Alice membuang bungkus pil itu
"Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d