"Karena gue gak mau loe pergi sama pria lain. Apalagi ada pria yang ngapelin loe di sabtu atau minggu. Gue gak rela, jadi dengan sangat memaksa dan darurat, gue membawa loe kemanapun gue nge-date sama perempuan-perempuan itu.""Gila loe!" umpat Alice yang sangat kesal. "Gue itu rasa jadi nyamuk saat loe nge-date," protes Alice sambil memukul dada Jordi pelan."Gak salah loe?""Ya enggaklah." Alice mencebik."Yang jadi nyamuk itu ya para perempuan pilihan mama. Coba loe perhatiin deh ... gue minum di gelas yang sama sama loe. Gue malah nanya sama loe ... sukanya film apa dan gilanya lagi, loe itu milih film action, thriller, horor. Ampun deh gue."Alice terdiam. Benar juga apa yang dikatakan oleh Jordi. Bahkan para mantan Jordi itu tidak pernah ditanya mau makan apa, mau nonton apa, mau minum apa? Semua Jordi tanyakan kepada Alice. Pantas saja para perempuan itu sangat marah kepada Alice. Hmm ... Alice baru sadar sekarang setelah diberitahu oleh Jordi."Nah ... terus kalau nganterin pul
Alice sendiri tidak bisa berpikir jernih saat sudah bersentuhan dengan Jordi. Ia harus bertindak sebelum kebablasan lagi. "Ok, stop!" Alice menjauhkan tubuhnya dari Jordi dan merapikan lagi pakaiannya. Ia pindah ke tempat duduk yang sedikit jauh dari Jordi."Maaf ya. Gue benar-benar sulit mengendalikan diri." Jordi memperbaiki posisinya menjadi duduk di sebelah Alice."Maaf juga. Aduh ... semenjak sama loe, gue kenapa otaknya jadi mesum gini ya, Jor?" Alice menggaruk kepalanya sendiri. Bingung dengan perubahan kelakuan yang terjadi kepada dirinya karena Jordi."Bukan karena gue. Tapi loe aja yang udah sangat pengen.""Ish!""Oh ya ... ngomong-ngomong tentang masa lalu ya ... hmm loe ingat gak sih yang namanya Alan, yang ketua OSIS itu?""Ingat. Kenapa dengan dia?""Dia itu mau nembak loe.""Hah ... idola di SMA mau nembak gue? Keren banget ... tapi kenapa gak ada omongan nembaknya ya?" Alice menggaruk kepalanya, tidak habis pikir."Karena gue bilang sama dia ... kalau loe itu LESBIAN!
Awalnya Jordi dan Alice tidak mempedulikannya. Membiarkan ponsel itu mati sendiri. Tapi berulang kali bunyi ponsel itu membuyarkan gairah antara Jordi dan Alice sehingga Alice menghentikan aksinya yang berada di atas tubuh Jordi."Jor ... telepon. Angkat dulu!""Ish ... males.""Angkat! Ponsel kamu berisi banget," protes Alice yang menjauhkan wajah Jordi dari wajahnya dengan kedua tangan Alice."Ok. Dasar telepon pengganggu kesenangan orang lain." Jordi mencebik. Aktivitas menyenangkannya disela oleh telepon yang entahlah siapa itu. Yang pasti sangat mengganggu.Jordi segera mengambil ponsel dari dalam saku celananya dan melihat caller Id si pemanggil.Ia mengerenyitkan dahi karena tidak tahu siapa yang meneleponnya. Caller id tidak dikenal."Siapa?" tanya Alice penasaran."Gak tahu." Jordi menggelengkan kepalanya."Coba angkat. Kali aja penting."Alice segera menyingkir dari atas tubuh Jordi menjadi duduk di samping sofa panas itu."Halo." Jordi menjawab panggilannya."Selamat siang,
"Tidak ada." Alice menggeleng dengan senyumnya yang innocent."Ya elah. Sayang banget dong waktu terbuang percuma.""Gimana kalau kita saling menatap aja?""Menatap?" Jordi mengernyitkan dahinya. sungguh aneh permintaan Alice baginya. Menatap? Apa gunanya? Bisa-bisa saat Jordi menatap ke dalam mata Alice, yang ada Jordi segera menerkam Alice dengan ganasnya."Iya. Coba saling tatap.""Gak ngerti." Jordi menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Gini."Alice menatap manik Jordi dan begitupun sebaliknya. Anggap saja melihat ke jiwa masing-masing. Tapi akhirnya Jordi kalah. Ia tertawa terlebih dahulu."Sudahlah. Gue lebih baik minum aja daripada ngeliatin loe kayak gitu. Bisa pingsan lama-lama." Jordi mengakhiri sesi anehnya bersama Alice. Lebih baik ia minum daripada berpikiran kotor terus-menerus tentang Alice.Tidak lama kemudian, ada panggilan di ponsel Jordi yang mengatakan bahwa makanan sudah ada di lobi."Jor, makanan udah datang nih. Abangnya udah tunggu di bawah.""Loe yang ambil aj
"I-iya." Alice mengangguk mengerti."Ayo."Alice mengikuti Hana dari belakang. Ia segera menempelkan kartu untuk masuk ke dalam lift. Di dalam lift, Alice segera mundur dan mengetikkan pesan kepada Jordi. Semoga saja Jordi bisa membaca pesannya sebelum Hana datang ke unit apartemen Jordi.Alice : Jor, ada Hana. Loe siap-siap! Gue bilang loe sakit panas dan batuk."Loe chatting sama siapa?" tanya Hana yang curiga kepada Alice."Ah ... pacar gue. Dia baru pulang dari luar kota." Alice berbohong kepada Hana."Oh. Ya udah. Kalau pacar loe pulang, sebaiknya loe juga gak usah ada di sini lagi."Alice mengangguk."Jordi! Baca chat gue. ARGH!" teriak Alice di dalam hatinya. Ia melihat chatnya masih centang dua saja. Artinya belum sama sekali dibaca oleh Jordi. Entah kemana Jordi pergi sehingga tidak memegang ponselnya sendiri.Sungguh … Alice ingin menjewer telinga Jordi sekarang.TING!Pintu apartemen terbuka dan terlihatlah lorong untuk menuju ke unit apartemen Jordi."Loe tunggu di sini aja
“Tapi gue itu kan tunangan loe, Jor! Masa Alice yang merawat loe? Harusnya itu gue!” Hana tidak terima dengan perlakuan Jordi.Sangat aneh bagi Hana karena ia merasa bukan siapa-siapa bagi Jordi. Malah terlihat Alice lebih penting dari dirinya.“Iya. Tapi gue gak suka kalau loe ada di apartemen gue? Ngerti?” Tatapan Jordi seakan sudah malah meladeni Hana. Ia sangat tidak suka terhadap wanita yang terlalu agresif seperti Hana.“Tapi Jor …”“Udah … loe pulang aja. Gue mau sama Alice aja. Dimana Alice?”Jordi mencari ke sekelilingnya dan ternyata Alice masih ada di depan pintu lift. Ia segera pergi ke arah lift, tapi sebelumnya, Jordi sudah menutup pintu apartemennya rapat-rapat. Jordi menatap Alice yang terlihat enggan untuk ikut Jordi ke dalam unit apartemennya lagi.“Udah, Jor … loe sama Hana duluan. Gue … gue mau ambil tas dulu.”Mata Alice seakan memberikan kode kepada Jordi. Ia tidak mau bermasalah dengan Hana nantinya.“Loe ikut gue!” tegas Jordi yang tidak mau dibantah oleh Alice.
Alice menggeleng.“Karena loe itu gak peduli penampilan loe yang blepotan saat makan. Loe gak pakai acara diet. Loe gak ribet soal makanan. Loe itu sederhana. Simple banget,” puji Jordi.“Ini loe lagi memuji apa ngehina?”“Gue ini serius memuji. Masa menghina sih?”Jordi mengelap bumbu kacang di bibir Alice dengan jempolnya lalu ia menjilat sendiri jempolnya yang terkena bumbu kacang. Entah kenapa rasa bumbu kacang itu terasa lebih enak. Mungkin kalau ia membersihkannya dari bibir Alice secara langsung dari bibirnya … akan terasa lebih enak lagi. “Ya ampun … pikiran mesum. Kenapa sih kalau lihat bibir Alice, rasanya gue ingin langsung menyambarnya saja?” rutuk Jordi di dalam hatinya sendiri.“Kenapa, Jor?”“E-enggak.”Pertanyaan dari Alice membuyarkan lamunan mesum Jordi.“Ya udah, gue pulang dulu ya. Sebentar lagi mama pulang.”“Kenapa cepet banget? Temenin gue disini lah.”“Enggak ah. Nanti mama loe datang terus ngelabrak gue lagi. Mateng dah.”“Ya elah. Gak usah takut lah. Kan loe b
Alice membuka pintu unit apartemen Jordi dan saat dibuka, betapa terkejutnya Alice dan Jordi. Ternyata Hana masih menunggu, duduk diam di samping pintu.“Ha-Hana …” Alice terperangah.Sudah hampir satu jam Alice berada di apartemen Jordi, ternyata Hana masih terus menunggunya untuk keluar. Alice sama sekali tidak menyangka.Hana bangkit berdiri. Matanya sudah dipenuhi oleh deraian air mata yang membasahi pipinya.“Apa yang kalian lakukan di dalam?” tanya Hana dengan matanya yang penuh dengan kecurigaan.“Gue tidak melakukan apapun.”“Bohong!” teriak Hana.“Tidak. Serius gue tidak melakukan apapun.”Alice masih mencoba meyakinkan Hana, tapi sepertinya Hana sama sekali tidak percaya terhadap dirinya.“Gue mau bicara sama loe! Berdua.” Hana dengan tatapan menyalangnya seakan mengancam Alice.“Apa yang mau loe bicarain dengan Alice?” Jordi menghentikan langkah Hana dengan menarik tangan Alice. Ia tidak mau ada pengancaman terhadap Alice sehingga nanti Alice bisa meninggalkannya karena tida
"Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d