Jordi dan Alice berada di dalam sebuah mobil SUV mewah, membelah kota Jakarta yang sudah lenggang di jam sembilan malam. Mereka baru saja pulang dari club malam untuk merayakan kelulusan mereka.
"Alice," panggil Jordi yang sudah mulai kegerahan. Tidak tahu apa yang sedang terjadi kepada dirinya."Kenapa, Jor?" Alice juga merasakan hal yang sama dengan Jordi. Kepanasan dengan tubuhnya sendiri."Bisa ke apartemen gue dulu gak?" Jordi mulai membuka satu kancing kemejanya. Rasanya sangat panas."Loe sakit? Gue juga nih. Agak panas badan gue. Gak enak gitu. Apa gue masuk angin ya?" Alice juga merasakan hal yang tidak enak di tubuhnya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menghilangkan kesalahan di tubuhnya itu. Sangat aneh dan Alice tidak pernah merasakannya."Ya sudah, kita ke apartemen dulu cari obat. Gue takut kecelakaan kalau anter ke rumah loe. Mana satu jam pula perjalanan. Apartemen gue cuma sedikit lagi sampai," tawar Jordi."Ok. Apa tadi jus jeruknya sudah basi ya? Loe tadi kan minum di gelas yang sama kayak gue.""Iya kali. Tapi jus basi itu harusnya kan mules ya.""Iya sih. Ini gue kepanasan. Rasanya pengen buka baju gitu," jawab Alice jujur."Ya sudah. Gue masih bisa tahan nih. Nanti pulang ke apartemen dulu baru kita ngadem dan makan obat. Siapa tahu bisa sembuh dan gue bisa anterin loe pulang.""Ok.""Kabarin dulu sama mama. Takutnya dia nungguin loe."Alice menyetujui usulan Jordi. Sudah tidak aneh jika Alice masuk ke apartemen Jordi, anggap saja rumah kedua baginya. Alice segera mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Ranti, mama dari Alice. Ia mengabarkan bahwa Jordi sedang sakit dan Alice mau merawat Jordi dulu.Ranti memang sangat percaya dengan hubungan Alice dan Jordi yang murni sahabat. Jadi jika Jordi sakit, memang biasanya Alice yang merawat. Jordi memiliki orang tua, tapi orang tuanya terlalu sibuk untuk mengurus Jordi. Jadi, Jordi lebih dekat dengan Ranti dan Alice, seperti keluarga sendiri.Setelah sampai ke depan lobi apartemen mewah itu, Jordi memberikan kunci mobilnya ke vallet service. Ia sudah tidak sanggup untuk parkir lagi. Jordi dan Alice segera naik ke lift VIP milik Jordi dan tidak lama kemudian mereka sudah sampai ke apartemen Jordi yang sangat mewah."Jor ..." desah Alice yang sudah tidak kuat lagi. Panas dan ingin membuka seluruh pakaiannya sekarang. Hawa panas atau hawa bergairah, entahlah. Alice sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi kepada dirinya, yang ada, Alice hanya ingin menyelesaikan hasratnya yang sudah memuncak."Alice ... gue gak tahu apa yang terjadi dengan tubuh gue. Tapi ..." Jordi masih mencoba menahan hasratnya. Hasrat gila untuk bercinta dengan sahabatnya sendiri."Gue ... gue gak kuat, Jor. Panas!" Alice mulai membuka pakaiannya di hadapan Jordi. Ia sungguh tidak sanggup dengan rasa panas dan haus belaian dari Jordi."Gue juga. Aduh ... gue kenapa?" Melihat Alice sudah mulai menanggalkan pakaiannya satu per satu membuat mata Jordi semakin gelap. Ia sudah tidak sanggup untuk menahan gairahnya sendiri. Dengan sangat sigap, Jordi melepaskan pakaiannya sendiri hingga tidak ada sehelai benangpun yang memisahkan mereka.Entah siapa duluan yang memulai, mereka memagut bibir masing-masing dan tidak ingin dilepaskan. Seperti gairah terpendam dan akhirnya bisa dikeluarkan juga. Jordi menggendong tubuh Alice dan membawanya ke atas ranjang.Jordi melumat dengan ganas bibir ranum milik Alice. Tidak pernah sebelumnya Jordi berpikir bahwa ia akan melakukan hal ini kepada Alice. Mencium dengan ganas dan menikmati tubuh Alice yang ternyata sangat menggiurkan untuk Jordi. Antara sadar dan tidak, mereka berdua sama-sama terbawa hasrat yang sudah membara. Semakin lama mereka semakin menggila, tenggelam dalam hasrat tak berkesudahan dan mereka harus menuntaskannya dengan maksimal.Akal sehat mereka berdua sudah tidak berfungsi lagi sehingga terjadilah kesalahan malam ini. Mereka melakukan aktivitas panas mereka entah berapa kali, mungkin sampai efek kepanasan dan gairah mereka mereda. Setelah selesai melepaskan semua dahaga akan belaian, Jordi ambruk dan tertidur lelap bersama Alice, saling berpelukan seolah tidak ingin berpisah. Bermimpi indah bersama sang sahabat yang paling Jordi sayangi, Alice.Tidak pernah terbayangkan oleh Jordi dan Alice bahwa mereka akan melakukan hubungan terlarang seperti ini. Berhubungan intim dengan sahabat terbaik dimana Jordi dan Alice sudah memiliki kekasih masing-masing.***1 jam sebelum kejadianDi sebuah club di daerah Kuningan, Jakarta Selatan, terdengar suara musik yang berdentum dengan kencang seperti akan memekakan gendang telinga. Ada enam orang yang berada di dalam ruang VIP yaitu Alice, Jordi, Sharena, Rezky, Vania dan Vincent."Alice, hubungan loe sama Jordi itu apa sih?" tanya Rezky yang merupakan teman dari Jordi. Sahabat baik Alice. Rezky bertanya seperti itu karena kebetulan Jordi pergi ke toilet, hanya tinggal Alice sendiri dan sangat mudah untuk ditanya tentang rasa penasaran mereka selama ini.Rezky sudah penasaran dari dulu tentang hubungan Alice dan Jordi yang terbilang sangat lengket. Dimana ada Jordi, di situ ada Alice. Banyak orang yang mengira bahwa Alice dan Jordi berkencan. Bahkan kekasih dari Jordi selalu memutuskan Jordi karena dianggap terlalu mementingkan Alice di atas segalanya.Begitu juga dengan Alice yang dikabarkan sering putus dengan pacarnya karena terlalu dekat dengan Jordi. Dua manusia yang berada di wilayah friendzone dan tidak saling mengakui bahwa mereka terlalu dekat."Sahabat," jawab Alice singkat.Memang gadis berusia dua puluh dua tahun ini sudah bersahabat dengan Jordi semenjak masuk ke SMA. Sebuah SMA yang sangat elit. Alice bukanlah dari keluarga kaya raya sehingga bisa masuk ke SMA Bina Siswa yang menggunakan uang dollar untuk setiap pembayaran bulanan maupun biaya lainnya. Alice mendapatkan beasiswa karena sangat berprestasi dan akhirnya di sana ia bertemu dengan Jordi.Jordi sewaktu SMA merupakan seorang yang sangat disegani, selain orang tuanya yang super duper kaya, Jordi juga termasuk pintar dan menjadi idola pada siswi di sekolah itu. Beruntung, Jordi mau berteman dengan Alice karena sebuah kecelakaan dan Alice menolong Jordi. Anggap saja balas jasa Jordi terhadap Alice sehingga Jordi menjadi begitu dekat dengan Alice.Tidak ada satupun orang yang boleh mengganggu Alice setiap ada Jordi."Pernah tidur sama Jordi?" goda Sharena sambil tersenyum nakal. Gadis cantik seumuran dengan Alice. Gadis dari kelas atas yang tidak mungkin bisa dijangkau oleh Alice."Tidak." Alice menggeleng dan tatapannya sangat tegas. Hubungannya dengan Jordi hanya sebatas sahabat. Tidak lebih tidak kurang. Tidak ada namanya tidur bersama atau apapun namanya.Hari ini adalah hari kelulusan dan Jordi ingin merayakan hal itu. Ia memaksa Alice untuk ikut bersama dengan dirinya ke sebuah club malam walaupun Alice tidak mau. Tapi karena Jordi sudah memohon dan berjanji akan menjaga Alice agar tidak diganggu oleh pria lain atau menenggak minuman keras, akhirnya Alice bersedia ikut.Pakaian Alice terbilang tertutup. Jordi sendiri yang memilihkannya. Ia ingin menutupi wajah dan tubuh Alice yang mungkin bisa menarik perhatian para pria."Wah sayang banget dong ya. Kalian tuh pure sahabat ya?" Rezky melanjutkan pertanyaannya lagi."Serius sahabat lah," tegas Alice."Persahabatan yang aneh. Memang loe gak ada rasa-rasa dikit gitu sama Jordi? Secara kan dia WAH AMAZING BANGET! Terus kayaknya dia cukup fuck boy deh," ucap Rezky sembarangan."Jordi bukan fuck boy! Jordi pria baik-baik!" bela Alice.Selama ia bersahabat dengan Jordi hampir tujuh tahun, Jordi memang tidak pernah ketahuan bercinta dengan wanita manapun. Meskipun pesona Jordi tidak dapat dipungkiri, terlalu tampan dan terlalu sempurna untuk dilewatkan wanita.Entahlah jika Jordi melakukan hal terlarang di belakang Alice, itu semua bukan urusan Alice. Toh ... Jordi sudah dikatakan seperti playboy cap kapak. Terlalu sering berganti wanita dan wanita-wanita itu mengatakan bahwa Jordi sudah meniduri mereka.Tapi jika Alice bertanya kepada Jordi tentang kebenarannya, Jordi selalu mengatakan bahwa ia masih perjaka. Ya sudah ... Alice percaya saja kepada Jordi. Toh bukan masalah dan kepentingan bagi Alice.Prok! Prok! Prok!Empat orang di dalam ruang VIP itu bertepuk tangan atas pembelaan Alice terhadap Jordi. Mereka tidak menyangka bahwa Alice sebegitunya membela si fuck boy."Wah ... ada apa ini?" tanya Jordi yang bingung saat memasuki ruangan dan segera mengambil tempat duduk di samping Alice. Menjaga sahabat baiknya.Pria tampan nan elegan seperti cha eun woo. Woogh ... pantas kan semua mata tertuju kepada Jordi. Tampan, kaya, pintar, tinggi, ramah dan sangat baik. Idola banget deh."Gak apa-apa. Kita lagi tanya hubungan loe sama Alice itu bagaimana?" jawab Sharena menjelaskan kepada Jordi."Haha ... terus dijawab apa?""Sahabat. Dia jijik sama loe!" balas Rezky usil.Sementara mata Alice seperti akan memakan Rezky karena berkata tidak benar."Lah ... jijik kenapa?" Jordi jadi bingung."Loe fuck boy. Semua sarang loe singgahin. Makanya dia jijik sama loe," tambah Rezky melebih-lebihkan."Buset deh. Kapan juga ada sarang yang gue singgahin? Gak mungkin lah Alice ngomong kayak gitu. Loe melebih-lebihkan." Jordi sangat tidak percaya dengan Rezky yang biasanya lebay gila. Sangat tidak mungkin Alice mengatakan seperti itu. Mereka saling percaya dan saling jujur. Jadi pastinya Alice tahu lah kelakuan dari Jordi. Di depannya memang playboy, tapi di belakang, Jordi itu sangat alim."Ya udah ... yuks kita meregangkan otot," ucap Vincent mengajak semua orang di ruangan untuk berdansa bersama. Merasakan dentuman musik yang sungguh membuat gendang telinga mau pecah."Gue di sini saja," tolak Alice. Ia tidak suka dengan keramaian apalagi berdansa seperti orang gila."Ya elah ... satu kali seumur hidup, loe harus rasain namanya club, Alice," bujuk Jordi dan ia menarik tangan Alice."Gue diam di ruangan aja deh. Kayaknya sakit maag gue kambuh," kata Vania yang memegang perutnya yang terasa sakit."Ya udah. Ayo kita cabut semua."Vania menatap Vincent dan memberikan kode kepada temannya itu agar membawa semua orang keluar dari ruangan.Setelah melihat semua orang keluar dari ruangan, Vania langsung mencampurkan minuman Alice dan Jordi dengan obat. Tentu saja Vania ingin tidur dengan Jordi sementara Alice, Vincent yang ingin mencobanya. Anggap saja test drive dengan si sok suci dan sok polos.Vincent dan Vania mengetahui bahwa Alice berasal dari golongan rendah, tidak satu kasta dengan mereka sehingga Vania sangat membenci Alice yang selalu menempel di dekat Jordi.Vania cemburu dengan Alice karena Vania sudah menyukai Jordi sejak masuk ke bangku kuliah, tapi Alice sepertinya terlalu besar untuk dikalahkan oleh Vania. Sekarang ia sudah tidak sabar untuk menghancurkan Alice agar pergi jauh dari Jordi. Selamanya!CEKLEK!Alice masuk ke dalam ruang VIP dan membuat Vania cukup kaget. Untung tadi dia sudah berhasil menuangkan serbuk bejat itu ke minuman Alice dan Jordi."Bagaimana keadaan loe, Van?" tanya Alice sambil mengambil jus jeruk yang ada di meja. Ia dan Jordi memang tidak meminum minuman keras. Takut terjadi sesuatu dengan mereka dan bisa di luar kendali."Ya agak mendingan lah," jawab Vania gugup."Ya udah, bentar lagi gue mau pulang ya.""Sama siapa? Sama Vincent aja ya."Alice menggeleng, dan tiba-tiba saja Jordi masuk ke dalam ruangan dan ikut menenggak jus jeruk milik Alice sampai tandas.Mata Vania melotot. "Memangnya mereka sedekat itu sampai satu gelas bersama?" umpat Vania di dalam hatinya."Yuks Pulang. Udah jam sembilan malam. Nanti kamu dicari ibu," ajak Jordi kepada Alice seraya menggandeng tangan Alice."Jo-Jordi!" panggil Vania untuk menghentikan langkah Jordi dan Alice. Bisa-bisa rencananya kacau jika Alice yang ikut pulang dengan Jordi. Bukannya Vania yang tidur dengan Jordi, malah Alice yang bisa tidur dengan Jordi."Kenapa, Van?""Loe bisa anterin gue pulang? Perut gue sakit banget," ucap Vania beralasan."Lah ... arah rumah loe sama rumah Alice kan berbeda banget. Gue males puter-puter ah. Minta Vincent anterin aja," tolak Jordi."Ta-tapi ...""Bye, Van." Jordi menarik tangan Alice dan membawa sahabatnya itu keluar dari club.Vania hanya bisa merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa mencegah Alice dan Jordi pergi. Tidak lama kemudian, Vincent masuk ke ruangan dan menemukan Vania yang sedang mengomel dengan mengeluarkan kata makian yang sangat kasar."Kenapa loe?" tanya Vincent bingung."ARGH! Obatnya udah gue masukin ke minuman Alice sama Vincent," jerit Vania kesal."Bagus dong. Terus?""Tapi mereka malah pergi berdua. Rencana kita bisa gagal Vin!""Lah ... Mereka ada dimana? Kita cegat mereka di jalan saja.""Ya sudah."Vania dan Vincent mencari mobil milik Jordi, tapi sepertinya sudah jauh pergi meninggalkan mereka."Loe tahu alamat rumah di cewek kasta rendah itu?" tanya Vania yang mulai putus asa.Vincent menggeleng. Semua orang tidak ada yang tahu dimana alamat rumah Alice. Bahkan di sekolah dan kampus, Jordi mengganti alamat tinggal Alice menjadi alamat apartemen mewah miliknya."ARGH! BRENGSEK!" Vania sangat kesal hingga menghentakkan kakinya di tanah. Benci karena rencananya gagal.Alice terbangun saat matahari sudah bersinar terang benderang. Entah jam berapa sekarang ini, tapi rasanya tubuh Alice sangat sakit. Ia melihat ke sekeliling dan ternyata ia berada di apartemen milik Jordi. Alice sudah sangat hafal dengan interior kamar Jordi yang sering ia kunjungi.Betapa terkejutnya Alice melihat Jordi tidur di sampingnya. Jordi bertelanjang dada dan lebih terkejut lagi saat mendapati dirinya sendiri hanya berlapiskan selimut. Ia melihat ke arah dalam selimut dan Alice mendapati bahwa ia tidak mengenakan pakaian apapun."ARGH! WHAT HAPPENNED, JORDI?" jerit Alice histeris dan sekaligus membangunkan Jordi yang sudah mengeluarkan tenaga berlebihan tadi malam.Jordi yang masih mengumpulkan roh dan tenaganya segera terbangun karena teriakan Alice. Ia mendapati dirinya tanpa sehelai benangpun dan hanya di tutupi oleh oleh selimut tebal. Sementara Alice, hal yang sama terjadi pada Alice.Jordi segera berposisi duduk dan berpikir ulang dengan apa yang terjadi semalam."Maaf
Bunyi bel yang dipencet di unit apartemen Jordi seakan tidak mau sabaran.Alice yang panik segera keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian lengkap. Ia kemudian memberikan kode kepada Jordi untuk merapikan ranjang yang sudah kacau balau dan mengganti sprei dengan seprai yang baru, tanpa noda.Setelah menyelesaikan itu semua, Alice memberikan kode kepada Jordi agar segera membuka pintu, sementara Alice akan bersembunyi di dalam lemari milik Jordi.Jordi segera keluar dari kamarnya dan menuju ke pintu masuk. Ia melihat ke door view dan mendapati Hana berada di balik pintu."Oh My God. Bad time!" umpat Jordi saat melihat wajah Hana yang sudah ditekuk.Awalnya Jordi ingin langsung membuka pintu, tapi ia melihat sepatu dan tas milik Alice berada di lantai tepat di dekat pintu masuk."Alahmak ..." Jordi segera membawa sepatu dan tas milik Alice ke dalam kamarnya, melemparkannya ke dalam lemari yang sedang di tempati oleh Alice."Aw ... pelan-pelang woi!" umpat Alice."Ada Hana," ucap Jord
Jordi panik karena mendengar barang jatuh. "Apa Alice jatuh? Pingsankah?" gumam Jordi di dalam hati. Ia menjadi sangat khawatir dengan Alice yang masih berada di dalam lemari. Ia bahkan tidak peduli dengan tuduhan Hana. Rasanya Jordi ingin segera mengusir Hana keluar dari apartemennya sekarang."Ini bukan urusan loe, jadi lebih baik loe keluar dari sini. Gue masih mau lanjutin bercinta sama cewek cantik yang ada di kamar gue. Jadi please ... loe jangan ganggu kesenangan gue!" Jordi menarik tangan Hana untuk keluar dari unit apartemennya walaupun Hana masih berusaha untuk tetap bertahan. Tenaga Hana kalah jauh dari Jordi sehingga terpaksa Hana keluar dari unit apartemen Jordi dengan perasaan yang kacau."JORDI!" teriak Hana yang masih memukul pintu unit apartemen Jordi.Jordi sudah tidak mau meladeni Hana lagi. Biarlah nanti Hana mengadu kepada orang tuanya ataupun orang tua Jordi. Jordi sama sekali tidak peduli, yang terpenting sekarang adalah bagaimana keadaan Alice.Jordi berlari ke
"Jalan hidup masih panjang, Jor. Lagian loe juga tidak mungkin menikah sama gue."Jordi bangkit berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan pelan mendekati Alice yang masih sibuk makan. Ia lalu menarik kursi yang ada di samping Alice dan mengarahkan tubuh Alice untuk menghadap ke arahnya."Maksud loe?""Loe itu gak ada perasaan sama sekali ke gue. Gak ada cinta, lalu kenapa harus memaksa menikah. Apalagi terpaksa karena gue hamil. Kasihan anak gue nanti," jelas Alice seakan tidak peduli dengan tatapan nanar dari mata Jordi."Kalau gue bilang gue cinta sama loe gimana?""Ngaco loe!" Alice dengan sigap menoyor dahi Jordi. "Masih terpengaruh obat ya loe?" ledek Alice yang tersenyum bingung."Serius." Jordi menatap manik Alice dengan sangat dalam."Sudahlah ... jangan karena kejadian semalam, loe bilang cinta sama gue. Gue tuh gak minta pertanggung jawaban sama sekali sama loe. Sudahlah, jangan terbebani!" tegas Alice yang ingin mengakhiri pembicaraan sia-sia ini."Bukan karena semalam juga
"Enggak!" tegas Alice walaupun ia sangat malu. Bisa-bisanya ia melayani bibir Jordi yang menggoda itu."Haha ... jangan bohong, loe. Gue tahu loe suka banget kalau gue kiss." Jordi terkekeh geli melihat Alice yang semakin salah tingkah."Pret lah loe. Sudah! Gue mau pulang aja." Alice menyingkirkan Jordi dari hadapannya lalu mulai mengambil tas dan sepatunya."Eh ... Hana itu masih ada di depan tahu!" ucap Jordi berbohong. Apalagi tujuannya selain menahan Alice lebih lama di dalam apartemennya."Serius loe?" Alice menurunkan lagi tasnya."Kenapa juga gue gak serius?""Jadi kapan gue bisa pulang dong?" tanya Alice yang mulai putus asa. Ia sudah tidak kuat bersama dengan Jordi di satu tempat yang sama. Jantungnya berdebar terus tidak karuan."Nanti malam saja. Gue anter loe. Ntar loe pake hoodie sama tas gue aja. Jadi gak ketahuan kalau loe tu cewe. Oh ya ... jangan lupa pakai masker dan kacamata hitam.""ARGH! Jordi, koq jadi ribet begini sih?" Alice menghentakkan kakinya di lantai. Bet
"Ya itu karena gue masih mengantuk dan loe ganggu gue," sahut Jordi kesal. Ia mencari alasan sebisanya untuk menyingkirkan Hana dan Norita dari apartemennya."Ah ... bohonglah," tampik Hana yang masih tidak percaya dengan Jordi."Kalian itu benar-benar tidak percaya kepada saya ya?" protes Jordi. Ia pura-pura mengambil minum di dapur sekaligus menjaga tempat persembunyian dari Alice itu agar tidak dikunjungi oleh Norita dan Hana."Tapi ada jejak kissmark di leher kamu, Jor!" Sekarang suara Hana mulai keluar dengan nada protesnya."Ya elah ... namanya juga di club. Semua orang mabuk. Jadi kalau ada wanita mabuk yang memberikan kissmark leher saya, ya biasa saja kali," kilah Jordi lagi."Jadi semalam kamu mabuk? Ya ampun Jordi! Mama itu sudah berulang kali mengatakan kepada kamu bahwa kamu tidak boleh mabuk!" ucap Norita geram."Ya kemarin kan acara kelulusan, baru lulus sidang, Ma! Sekali-sekali mabuk tidak apa-apa lah, Ma," jelas Jordi sambil meneguk air minum dari gelasnya. Rasanya ha
"Tapi loe janji dulu satu hal sama gue!" Jordi menatap mata Alice yang berkilauan karena air mata."Apa?""Janji dulu!""Ah ... ini sih janji yang menjebak! Males gue janjian sama loe mah," kilah Alice. Ia terlalu sering ditipu dan dijebak oleh janji Jordi dimana yang menderita terakhir adalah dirinya. Alice sudah hafal benar dengan tingkah laku menyebalkan Jordi ini."Enggak. Kali ini gue gak bakal bohong deh!" Jordi menatap manik cantik Alice. Ia berusaha meyakinkan Alice dari pandangan matanya yang sangat serius."Gue dengerin dulu, loe maunya apa. Kalau make sense buat gue, baru mau gue lakuin." Sekarang Alice lebih pintar daripada sebelumnya. Tidak terlalu pasrah dan percaya kepada janji dan bualan Jordi."Haha ... udah mulai pinter ya loe?" Jordi menoyor kening Alice dengan pelan."M""Gue pengen loe gak akan pernah ninggalin gue," pinta Jordi dengan sangat serius."Hmm ...""Kenapa loe malah mikir sih?" protes Jordi kesal."Ini janji yang sulit, Jor.""Maksud loe itu bagaimana s
Ting!Ponsel Alice berbunyi, menandakan adanya pesan masuk. Alice segera meraih ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkan pesan kepadanya.Jordi : [Alice, jangan pernah loe berpikir untuk meninggalkan gue! Karena gue akan mengejar loe sampai kapanpun. Gue cinta mati sama loe dan gak akan ada yang bisa gantiin loe di hati gue!]Alice menatap layar pipih di ponselnya itu. Menghela nafas kasar."ARGH! Kenapa bisa seperti ini sih?" jerit Alice di dalam hati sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Kacau ... itulah kata yang paling tepat untuk Alice saat ini.Ting!Ponsel Alice kembali berbunyi. Dengan malas, Alice melihat kembali isi pesan dan kemungkinan besar berasal dari Jordi dan ternyata Alice salah. Orang yang mengirimkan pesan adalah Nino. Kekasihnya yang sekarang sedang berada di luar kota karena pekerjaannya.Nino : [Hai, sayang. Kamu sedang apa? Kemarin kamu pulang jam berapa? Koq tidak memberitahu saya?]Alice : [Maaf. Saya lupa. Semalam itu Jordi sakit. Jadi saya membantu mer
"Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d