Alice terbangun saat matahari sudah bersinar terang benderang. Entah jam berapa sekarang ini, tapi rasanya tubuh Alice sangat sakit. Ia melihat ke sekeliling dan ternyata ia berada di apartemen milik Jordi. Alice sudah sangat hafal dengan interior kamar Jordi yang sering ia kunjungi.
Betapa terkejutnya Alice melihat Jordi tidur di sampingnya. Jordi bertelanjang dada dan lebih terkejut lagi saat mendapati dirinya sendiri hanya berlapiskan selimut. Ia melihat ke arah dalam selimut dan Alice mendapati bahwa ia tidak mengenakan pakaian apapun."ARGH! WHAT HAPPENNED, JORDI?" jerit Alice histeris dan sekaligus membangunkan Jordi yang sudah mengeluarkan tenaga berlebihan tadi malam.Jordi yang masih mengumpulkan roh dan tenaganya segera terbangun karena teriakan Alice. Ia mendapati dirinya tanpa sehelai benangpun dan hanya di tutupi oleh oleh selimut tebal. Sementara Alice, hal yang sama terjadi pada Alice.Jordi segera berposisi duduk dan berpikir ulang dengan apa yang terjadi semalam."Maaf, Alice." Hanya kata itu yang bisa diucapkan oleh Jordi kepada Alice. Sungguh ... ia masih belum bisa mengingat apa yang terjadi tadi malam, tapi sepertinya mereka bercinta, terbukti dengan seluruh pakaian mereka yang sudah bertebaran di lantai kamar."Kenapa kita bisa begini, Jor?" Alice mulai menyesali diri dengan apa yang telah terjadi."Maaf." Jordi tidak bisa mengatakan apapun.Tubuh Alice bergetar hebat tapi ia tidak mau menangis. Ia sungguh menyesali apa yang terjadi dengan dirinya dan Jordi. Bagaimana hubungan mereka nanti akan menjadi canggung setelah ini? Apakah mereka masih bisa berteman?"Gue akan bertanggung jawab, Alice." Jordi merangkul bahu Alice dan mengecup pucuk kepala sahabatnya itu."Be-bertanggung jawab untuk?" Otak Alice masih hank. Kejadian ini membuat Alice sangat terguncang sehingga ia tidak bisa berpikir."Ya ... gue pasti nikahin loe. Apalagi kalau loe hamil. Gue akan bertanggungjawab dengan loe dan anak kita." Jordi menatap manik Alice dengan sangat serius. Ia sudah menetapkan hatinya untuk menjaga Alice walaupun nantinya harus berpisah dari Hana, kekasihnya yang baru satu tahun ia pacari. Sekarang Hana berada di luar negeri untuk liburan bersama keluarga besarnya.Alice berpikir sebentar. Diam. Ia mencoba menjernihkan pikirannya dan kekacauan yang terjadi."Alice," panggil Jordi untuk membuyarkan pemikiran Alice."Sudahlah. Anggap semua ini tidak pernah terjadi," ucap Alice berusaha tegar. Ia sama sekali tidak berani melihat wajah Jordi. Ini bukan seratus persen kesalahan Jordi, Alice juga bertanggung jawab akan kejadian ini dan tidak sepantasnya Alice menyalahkan semua masalah ini kepada Jordi. Jordi dan keluarganya sudah terlalu baik untuk Alice."Hah ... apa maksud loe dengan tidak pernah terjadi?" Jordi semakin bingung dengan Alice."Sudah. Lupakanlah. Lagipula gue juga gak akan hamil, Jor," lirih Alice."Hah ... maksudnya tidak akan hamil itu bagaimana, Alice?" Jordi bingung. Sahabatnya ini sangat tegar dan seolah tidak mempermasalahkan bahwa Jordi sudah mengambil hal yang paling berharga sebagai seorang gadis dari Alice."Nanti saat gue pulang ke rumah, gue akan membeli pil kontrasepsi di apotik. Jadi loe gak perlu pusing lagi dengan masalah kehamilan," balas Alice dengan suara parau menahan penyesalannya. Ia harus tegar."Ta-tapi gue ..." Rasanya tidak rela saat mendengarkan Alice mengatakan hal seperti itu terhadap dirinya. Jordi ingin bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan terhadap Alice. Secara sadar ataupun tidak, Jordi sudah merusak kehidupan Alice."Sudahlah, tidak perlu kita perpanjang lagi. Masa depan kita masih panjang. Masih banyak hal yang ingin gue raih dan gue gak mau memberatkan loe dengan masalah pertanggungjawaban." Alice mencoba mengambil pakaiannya yang tercecer di lantai. Rasa malu meliputi Alice karena Jordi melihatnya terus-menerus. Mungkin tanpa mengedipkan mata sama sekali."Alice, jangan seperti itu. Gue merasa gue jadi cowok yang kurang ajar banget sama loe. Gue sudah mengambil hak suami loe kelak," sesal Jordi."Sudahlah. Perawan atau tidak, itu sudah bukan jadi masalah untuk masa kini. Kalaupun Nino tidak mau menikah nanti dengan gue karena gue sudah tidak perawan, ya sudah. Gue cari bule saja," putus Alice tanpa pikir panjang. Nino adalah kekasih Alice yang baru saja Alice pacari selama sebelas bulan."Ya jangan seperti itu dong. Gue kan udah bilang kalau gue mau bertanggung jawab." Jordi menjadi kesal sendiri dengan semua ucapan Alice yang seakan meniadakan kehadiran Jordi sebagai orang yang bertanggung jawab."Ini semua adalah suatu kesalahan yang harus kita tutupi sampai akhir hayat, Jor. Jangan pernah loe bahas lagi semua ini. Kita berteman seperti biasa, tidak ada kesalahan apapun yang terjadi di dalam hubungan kita," putus Alice."Alice ... gue." Rasanya Jordi ingin marah kepada Alice. Bagaimanapun, Jordi bukan orang berengsek yang tidur dengan sembarangan wanita. Alice adalah wanita pertama yang berhubungan intim dengan Jordi."Sudahlah, Jor. Gue mau pulang dulu." Alice menarik selimutnya dan mulai memunguti semua pakaiannya yang tercecer sembarangan di lantai. Malu rasanya Alice terhadap dirinya sendiri dengan Jordi. Ingin menangis tapi ia tetap harus bertahan. Persahabatan selama ini harus tetap menjadi persahabatan.Alice tidak bisa meminta Jordi untuk menikahinya. Alasannya adalah orang tua Jordi sudah membantu Alice sangat banyak, terutama masalah beasiswa. Mereka membantu Alice karena Alice sudah menyelamatkan Jordi saat kecelakaan bahkan mendonorkan darahnya untuk Jordi. Jadi orang tua Jordi merasa berhutang budi kepada Alice.Tapi, di balik rasa terima kasih itu, orang tua Jordi memperingatkan Alice untuk bersikap semestinya kepada Jordi. Hanya sebagai sahabat, tidak lebih, karena Jordi adalah pewaris dari Soebrata Group yang pastinya akan dinikahkan secara bisnis juga dengan orang selevel Jordi. Mereka sudah memberitahukan Alice dari awal.Alice sangat mengerti dengan permintaan dari orang tua, ia juga sudah berjanji kepada kedua orang tua Jordi bahwa Alice tidak akan memiliki perasaan apapun untuk Jordi. Hanya sahabat baik saja.Hubungan percintaan Jordi dan Hana adalah hubungan percintaan yang sangat direstui oleh orang tua Jordi. Mereka berada di level yang sama. Bahkan orang tua Jordi meminta bantuan Alice untuk mendekatkan Jordi dengan Hana. Apa yang dilakukan oleh Alice? Tentu saja ia melakukannya. Ia merayu Jordi untuk berpacaran dengan Hana. Hasilnya? Mereka berpacaran dan sudah satu tahun berpacaran.Alice sukses menjodohkan Jordi dengan Hana bahkan bulan depan mereka akan bertunangan. Orang tua Jordi sangat senang dengan hasil kerja keras Alice."Alice," panggil Jordi lagi saat Alice sudah masuk ke dalam kamar mandi untuk menggunakan pakaiannya.Alice melihat tubuhnya yang penuh dengan hasil cumbuan Jordi. Ia meringgis kesakitan di bagian intimnya. Tadi ia mencoba berjalan meskipun sakit. Rasanya Alice ingin menangis. "Apa yang harus gue lakukan sekarang?" lirih Alice di dalam hatinya.Jordi segera menggunakan pakaiannya. Ia melihat noda merah di atas seprai putihnya dan seketika rasa bersalah menyeruak di dada Jordi. Sesak rasanya.Tok! Tok! Tok!Jordi mengetuk pintu kamar mandi sambil menggunakan pakaiannya dengan lengkap. Sungguh kacau pakaian yang bertebaran di atas lantai. Tadi malam pasti Jordi dan Alice sangat gila."Kenapa, Jor?" tanya Alice menahan tangisnya sambil menggunakan pakaiannya. Tubuhnya terasa sangat sakit, seperti terbelah menjadi dua."Kita bicara lagi! Gue gak bisa melakukan semua ini dan berpura-pura bahwa semua ini gak terjadi!" tegas Jordi."Sudah, Jor. Jangan diperpanjang!" lirih Alice. Suaranya sudah mulai bergetar. Ia sudah tidak sanggup bicara dengan Jordi lagi.Tiba-tiba dari pintu.TING TONG! TING TONG! TING TONG!Bel pintu unit apartemen Jordi berbunyi seakan tidak sabaran.Jantung Jordi dan Alice terasa mau copot saja. Siapa orang datang ke apartemen Jordi? Sungguh orang itu datang pada waktu yang salah.Bunyi bel yang dipencet di unit apartemen Jordi seakan tidak mau sabaran.Alice yang panik segera keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian lengkap. Ia kemudian memberikan kode kepada Jordi untuk merapikan ranjang yang sudah kacau balau dan mengganti sprei dengan seprai yang baru, tanpa noda.Setelah menyelesaikan itu semua, Alice memberikan kode kepada Jordi agar segera membuka pintu, sementara Alice akan bersembunyi di dalam lemari milik Jordi.Jordi segera keluar dari kamarnya dan menuju ke pintu masuk. Ia melihat ke door view dan mendapati Hana berada di balik pintu."Oh My God. Bad time!" umpat Jordi saat melihat wajah Hana yang sudah ditekuk.Awalnya Jordi ingin langsung membuka pintu, tapi ia melihat sepatu dan tas milik Alice berada di lantai tepat di dekat pintu masuk."Alahmak ..." Jordi segera membawa sepatu dan tas milik Alice ke dalam kamarnya, melemparkannya ke dalam lemari yang sedang di tempati oleh Alice."Aw ... pelan-pelang woi!" umpat Alice."Ada Hana," ucap Jord
Jordi panik karena mendengar barang jatuh. "Apa Alice jatuh? Pingsankah?" gumam Jordi di dalam hati. Ia menjadi sangat khawatir dengan Alice yang masih berada di dalam lemari. Ia bahkan tidak peduli dengan tuduhan Hana. Rasanya Jordi ingin segera mengusir Hana keluar dari apartemennya sekarang."Ini bukan urusan loe, jadi lebih baik loe keluar dari sini. Gue masih mau lanjutin bercinta sama cewek cantik yang ada di kamar gue. Jadi please ... loe jangan ganggu kesenangan gue!" Jordi menarik tangan Hana untuk keluar dari unit apartemennya walaupun Hana masih berusaha untuk tetap bertahan. Tenaga Hana kalah jauh dari Jordi sehingga terpaksa Hana keluar dari unit apartemen Jordi dengan perasaan yang kacau."JORDI!" teriak Hana yang masih memukul pintu unit apartemen Jordi.Jordi sudah tidak mau meladeni Hana lagi. Biarlah nanti Hana mengadu kepada orang tuanya ataupun orang tua Jordi. Jordi sama sekali tidak peduli, yang terpenting sekarang adalah bagaimana keadaan Alice.Jordi berlari ke
"Jalan hidup masih panjang, Jor. Lagian loe juga tidak mungkin menikah sama gue."Jordi bangkit berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan pelan mendekati Alice yang masih sibuk makan. Ia lalu menarik kursi yang ada di samping Alice dan mengarahkan tubuh Alice untuk menghadap ke arahnya."Maksud loe?""Loe itu gak ada perasaan sama sekali ke gue. Gak ada cinta, lalu kenapa harus memaksa menikah. Apalagi terpaksa karena gue hamil. Kasihan anak gue nanti," jelas Alice seakan tidak peduli dengan tatapan nanar dari mata Jordi."Kalau gue bilang gue cinta sama loe gimana?""Ngaco loe!" Alice dengan sigap menoyor dahi Jordi. "Masih terpengaruh obat ya loe?" ledek Alice yang tersenyum bingung."Serius." Jordi menatap manik Alice dengan sangat dalam."Sudahlah ... jangan karena kejadian semalam, loe bilang cinta sama gue. Gue tuh gak minta pertanggung jawaban sama sekali sama loe. Sudahlah, jangan terbebani!" tegas Alice yang ingin mengakhiri pembicaraan sia-sia ini."Bukan karena semalam juga
"Enggak!" tegas Alice walaupun ia sangat malu. Bisa-bisanya ia melayani bibir Jordi yang menggoda itu."Haha ... jangan bohong, loe. Gue tahu loe suka banget kalau gue kiss." Jordi terkekeh geli melihat Alice yang semakin salah tingkah."Pret lah loe. Sudah! Gue mau pulang aja." Alice menyingkirkan Jordi dari hadapannya lalu mulai mengambil tas dan sepatunya."Eh ... Hana itu masih ada di depan tahu!" ucap Jordi berbohong. Apalagi tujuannya selain menahan Alice lebih lama di dalam apartemennya."Serius loe?" Alice menurunkan lagi tasnya."Kenapa juga gue gak serius?""Jadi kapan gue bisa pulang dong?" tanya Alice yang mulai putus asa. Ia sudah tidak kuat bersama dengan Jordi di satu tempat yang sama. Jantungnya berdebar terus tidak karuan."Nanti malam saja. Gue anter loe. Ntar loe pake hoodie sama tas gue aja. Jadi gak ketahuan kalau loe tu cewe. Oh ya ... jangan lupa pakai masker dan kacamata hitam.""ARGH! Jordi, koq jadi ribet begini sih?" Alice menghentakkan kakinya di lantai. Bet
"Ya itu karena gue masih mengantuk dan loe ganggu gue," sahut Jordi kesal. Ia mencari alasan sebisanya untuk menyingkirkan Hana dan Norita dari apartemennya."Ah ... bohonglah," tampik Hana yang masih tidak percaya dengan Jordi."Kalian itu benar-benar tidak percaya kepada saya ya?" protes Jordi. Ia pura-pura mengambil minum di dapur sekaligus menjaga tempat persembunyian dari Alice itu agar tidak dikunjungi oleh Norita dan Hana."Tapi ada jejak kissmark di leher kamu, Jor!" Sekarang suara Hana mulai keluar dengan nada protesnya."Ya elah ... namanya juga di club. Semua orang mabuk. Jadi kalau ada wanita mabuk yang memberikan kissmark leher saya, ya biasa saja kali," kilah Jordi lagi."Jadi semalam kamu mabuk? Ya ampun Jordi! Mama itu sudah berulang kali mengatakan kepada kamu bahwa kamu tidak boleh mabuk!" ucap Norita geram."Ya kemarin kan acara kelulusan, baru lulus sidang, Ma! Sekali-sekali mabuk tidak apa-apa lah, Ma," jelas Jordi sambil meneguk air minum dari gelasnya. Rasanya ha
"Tapi loe janji dulu satu hal sama gue!" Jordi menatap mata Alice yang berkilauan karena air mata."Apa?""Janji dulu!""Ah ... ini sih janji yang menjebak! Males gue janjian sama loe mah," kilah Alice. Ia terlalu sering ditipu dan dijebak oleh janji Jordi dimana yang menderita terakhir adalah dirinya. Alice sudah hafal benar dengan tingkah laku menyebalkan Jordi ini."Enggak. Kali ini gue gak bakal bohong deh!" Jordi menatap manik cantik Alice. Ia berusaha meyakinkan Alice dari pandangan matanya yang sangat serius."Gue dengerin dulu, loe maunya apa. Kalau make sense buat gue, baru mau gue lakuin." Sekarang Alice lebih pintar daripada sebelumnya. Tidak terlalu pasrah dan percaya kepada janji dan bualan Jordi."Haha ... udah mulai pinter ya loe?" Jordi menoyor kening Alice dengan pelan."M""Gue pengen loe gak akan pernah ninggalin gue," pinta Jordi dengan sangat serius."Hmm ...""Kenapa loe malah mikir sih?" protes Jordi kesal."Ini janji yang sulit, Jor.""Maksud loe itu bagaimana s
Ting!Ponsel Alice berbunyi, menandakan adanya pesan masuk. Alice segera meraih ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkan pesan kepadanya.Jordi : [Alice, jangan pernah loe berpikir untuk meninggalkan gue! Karena gue akan mengejar loe sampai kapanpun. Gue cinta mati sama loe dan gak akan ada yang bisa gantiin loe di hati gue!]Alice menatap layar pipih di ponselnya itu. Menghela nafas kasar."ARGH! Kenapa bisa seperti ini sih?" jerit Alice di dalam hati sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Kacau ... itulah kata yang paling tepat untuk Alice saat ini.Ting!Ponsel Alice kembali berbunyi. Dengan malas, Alice melihat kembali isi pesan dan kemungkinan besar berasal dari Jordi dan ternyata Alice salah. Orang yang mengirimkan pesan adalah Nino. Kekasihnya yang sekarang sedang berada di luar kota karena pekerjaannya.Nino : [Hai, sayang. Kamu sedang apa? Kemarin kamu pulang jam berapa? Koq tidak memberitahu saya?]Alice : [Maaf. Saya lupa. Semalam itu Jordi sakit. Jadi saya membantu mer
Alice sungguh terkejut dengan kehadiran pria yang ada di hadapannya itu. "Surprise!" Nino langsung berhamburan memeluk tubuh Alice yang masih terkejut dengan kedatangannya."Bu-bukannya kamu mau kembali ke Jakarta besok?" tanya Alice bingung.Nino mencium pucuk kepala Alice dan melepaskan pelukan rindunya."Saya sebenarnya besok baru selesai semua pekerjaan, tapi karena saya sudah sangat rindu kepada kamu, maka saya langsung pulang dan menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin," ucap Nino dengan senyumannya yang sangat khas. Senyuman meluluhkan hati Alice."Ayo masuk. Duduk terlebih dahulu." Alice mempersilahkan Nino masuk ke dalam rumahnya. Pintu rumah tetap Alice biarkan terbuka.Nino duduk di tempat duduk yang terbuat dari rotan. Cukup nyaman tapi tidak terlalu empuk karena bantalannya sudah mulai menipis."Sebentar ya, saya ambilkan minum terlebih dahulu." Alice masuk ke dapur dan mengambilkan air putih untuk Nino. Tentu saja pastinya Nino kehausan. Secara Nino berkata kepada Alice
"Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d