Ting!Ponsel Alice berbunyi, menandakan adanya pesan masuk. Alice segera meraih ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkan pesan kepadanya.Jordi : [Alice, jangan pernah loe berpikir untuk meninggalkan gue! Karena gue akan mengejar loe sampai kapanpun. Gue cinta mati sama loe dan gak akan ada yang bisa gantiin loe di hati gue!]Alice menatap layar pipih di ponselnya itu. Menghela nafas kasar."ARGH! Kenapa bisa seperti ini sih?" jerit Alice di dalam hati sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Kacau ... itulah kata yang paling tepat untuk Alice saat ini.Ting!Ponsel Alice kembali berbunyi. Dengan malas, Alice melihat kembali isi pesan dan kemungkinan besar berasal dari Jordi dan ternyata Alice salah. Orang yang mengirimkan pesan adalah Nino. Kekasihnya yang sekarang sedang berada di luar kota karena pekerjaannya.Nino : [Hai, sayang. Kamu sedang apa? Kemarin kamu pulang jam berapa? Koq tidak memberitahu saya?]Alice : [Maaf. Saya lupa. Semalam itu Jordi sakit. Jadi saya membantu mer
Alice sungguh terkejut dengan kehadiran pria yang ada di hadapannya itu. "Surprise!" Nino langsung berhamburan memeluk tubuh Alice yang masih terkejut dengan kedatangannya."Bu-bukannya kamu mau kembali ke Jakarta besok?" tanya Alice bingung.Nino mencium pucuk kepala Alice dan melepaskan pelukan rindunya."Saya sebenarnya besok baru selesai semua pekerjaan, tapi karena saya sudah sangat rindu kepada kamu, maka saya langsung pulang dan menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin," ucap Nino dengan senyumannya yang sangat khas. Senyuman meluluhkan hati Alice."Ayo masuk. Duduk terlebih dahulu." Alice mempersilahkan Nino masuk ke dalam rumahnya. Pintu rumah tetap Alice biarkan terbuka.Nino duduk di tempat duduk yang terbuat dari rotan. Cukup nyaman tapi tidak terlalu empuk karena bantalannya sudah mulai menipis."Sebentar ya, saya ambilkan minum terlebih dahulu." Alice masuk ke dapur dan mengambilkan air putih untuk Nino. Tentu saja pastinya Nino kehausan. Secara Nino berkata kepada Alice
Alice gelagapan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Menerima Nino sebagai suaminya? Tidak ... Alice terlalu kotor untuk itu. Nino tidak pantas mendapatkan Alice yang baru saja rusak."Alice," panggil Nino lembut dan membuyarkan lamunan dari Alice."Ya ... ya," jawab Alice gugup."Apakah kamu mau menikah dengan saya?" Nino mengulang lagi pertanyaannya. Posisinya masih sama, berlutut sambil mengarahkan kotak berisi cincin di hadapan Alice."Sa-saya ..." Alice bingung harus menjawab apa.Ingin mengatakan ya, tapi Alice tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa ia tidak cinta terhadap Nino. Bagaimana pula pernikahan tanpa cinta ini akan berlanjut? Kasihan Nino yang terlalu berharap kepada Alice.Dalam sebelas bulan Alice menjalin hubungan dengan Nino, ia sudah sangat berusaha untuk mencintai Nino, tapi entah kenapa sangat sulit. Apalagi Jordi selalu menganggu kebersamaan mereka untuk mengenal satu sama lain.Jika Alice mengatakan tidak, maka pasti Nino akan sangat kecewa terhadap Alic
Ekspresi pria yang ada di hadapan Alice itu langsung berubah. Ia tampak seperti orang bingung. Tidak terjadi apapun, tapi kekasihnya meminta putus dari dirinya. Apa kesalahannya kepada wanita yang ia cintai itu? "A-apa saya memiliki kesalahan?" sahut Nino. Baru sepuluh menit lalu ia melamar Alice, tapi tiba-tiba sekarang, Alice meminta putus dari dirinya."Tidak. Kamu tidak memiliki kesalahan apapun.""Lalu kenapa kamu meminta putus dari saya?" tanya Nino yang semakin bingung. Jika memang ia tidak bersalah, maka kenapa Alice meminta putus? Apa yang terjadi sebenarnya? Bukankah hubungan mereka baik-baik saja?"Saya merasa kamu harus mencari wanita yang lebih baik dari saya," lirih Alice. Kalut ... ya itulah yang dirasakan oleh Alice. Rasanya ia sangat tidak pantas untuk Nino yang terlalu baik untuknya. Kasihan Nino yang selalu menjadi tameng untuk Alice menghadapi Jordi dan Hana. Alice tidak sanggup lagi. Hubungan ini harus berakhir sebelum berlanjut menjadi lebih serius."Ke-kenapa?"
Suara seorang pria yang terdengar seperti orang yang cemburu sekaligus marah karena melihat Alice berpelukkan dengan Nino. Suara yang sangat Alice kenal dan suara itu adalah suara orang yang paling tidak ingin Alice dengar saat ini. Suara orang yang paling ingin Alice hindari. "ARGH! Mau ngapain sih dia ke sini?" umpat Alice kesal dan ia semakin mengeratkan pelukannya kepada Nino. Tamengnya yang terakhir. "Alice!" teriak Jordi lagi dengan sangat kesal karena Alice tidak mau melepaskan pelukkannya terhadap Nino."Sayang. Itu si Jordi kenapa?" tanya Nino dengan sedikit berbisik. Ia bingung karena Jordi terlihat sangat kesal dengan Alice. Entah apa masalah Alice dan Jordi saat ini."Gak tahu. Sudah biarkan saja. Nanti juga diam sendiri," balas Alice dengan sangat malas. Ia memang sengaja memeluk Nino erat."Apakah kalian bertengkar?" bisik Nino lagi di telinga Alice dan membuat Jordi semakin panas."Hei ... tidak perlu kalian mesra-mesraan di depan gue ya!" umpat Jordi kesal. Wajahnya
Alice terdiam dengan ancaman dari Jordi. Ia kalah mendadak. "Bye, Nino!" Jordi melambaikan tangannya kepada Nino dan hendak memasukkan Alice ke dalam mobil."Eh ... pintu rumah gue belom di kunci, Jor!" Alice seakan kelupaan. Bagaimana kalau ada maling masuk? Bahaya bukan? Semua barang di dalam rumah bisa habis digondol maling."Mana kuncinya?""Di belakang pintu rumah.""Loe tunggu di mobil dan gue akan mengunci rumah loe." Jordi membuka pintu mobil SUV mewahnya itu dan menyuruh Alice masuk ke dalamnya, sementara Jordi berjalan lagi menuju ke rumah Alice untuk menguncinya. Tentu saja Jordi melewati Nino yang masih bingung dengan situasi yang sedang terjadi ini."Gue kunci dulu, Bro! Atau loe mau jaga rumah Alice?" tanya Jordi saat melewati Nino."Gue pulang," jawab Nino singkat."Ok."Jordi berjalan menuju ke pintu rumah Alice, mengambil kunci dan mengunci rumah itu dari luar. Kemudian ia hanya tersenyum saja kepada Nino, lantas ia meninggalkan Nino sendiri di depan rumah Alice.BRUK
"Hus! Loe jangan ngomong sembarangan!" Alice dengan cekatan menoyor kepala Jordi."Loe tahu gak sih ... kalau selama ini tuh gue cinta sama loe?"Alice menggeleng."Artinya loe bego!" Sekarang giliran Jordi menoyor kepala Alice."Enak aja! Gue itu pintar, buktinya gue dapat beasiswa." Alice tidak diterima karena dikatakan bodoh oleh Jordi."Dalam hal pelajaran, loe memang pintar, tapi dalam hal perasaan, loe itu wanita paling bodoh nomor satu di dalam hidup gue," ejek Jordi dengan senyuman khas yang menggoda. Menyebalkan tapi terlalu tampan untuk dilewatkan."PRET LAH!" Alice malas melihat wajah Jordi yang semakin membuat jantungnya berdebar-debar.Jordi mengambil tangan kanan Alice dan menciumnya."I love you, Alice. No matter what!" Jordi menatap manik indah milik Alice. "Please, love me," pinta Jordi dengan tatapan nanarnya."Gue ... hmm ... bisakah kita berteman saja? Se-seperti dahulu?"Jordi menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tujuh tahun adalah waktu terlama yang telah ia sia-
"Semua sudah clear, Jordi! Kita itu hanya sahabat. GAK LEBIH!"Jordi sudah sampai di depan parkiran apartemennya. Ia mematikan mobilnya dan kemudian membuka pintu mobilnya dan menutupnya kembali. Jordi berjalan tergesa-gesa ke sisi Alice dan membuka pintu mobil di bagian Alice."Turun!" paksa Jordi sambil menarik tangan Alice."Apalagi sih, Jor?" tanya Alice yang sudah malas bersitegang dengan Jordi."Kita bicara di tempat yang private! Gue gak suka kita bicara di mobil. Kalau loe bikin gue kesel, bisa-bisa kita kecelakaan.""Hufft ..." Alice menghela nafas kasar lalu melepaskan seatbelt yang membelit dirinya dan turun dari mobil Jordi.BRAK!Jordi membanting pintu mobilnya dengan sangat keras. Tanda bahwa Jordi diliputi oleh kemarahan yang sangat besar."Santai, BRO!" sindir Alice yang sama-sama kesal dengan Jordi."Ayo kita naik!"Jordi menarik tangan Alice dengan cukup kasar menuju ke lift pribadi miliknya. Lift yang memang disediakan untuk penthouse.Setibanya di depan pintu aparte