"Semua sudah clear, Jordi! Kita itu hanya sahabat. GAK LEBIH!"Jordi sudah sampai di depan parkiran apartemennya. Ia mematikan mobilnya dan kemudian membuka pintu mobilnya dan menutupnya kembali. Jordi berjalan tergesa-gesa ke sisi Alice dan membuka pintu mobil di bagian Alice."Turun!" paksa Jordi sambil menarik tangan Alice."Apalagi sih, Jor?" tanya Alice yang sudah malas bersitegang dengan Jordi."Kita bicara di tempat yang private! Gue gak suka kita bicara di mobil. Kalau loe bikin gue kesel, bisa-bisa kita kecelakaan.""Hufft ..." Alice menghela nafas kasar lalu melepaskan seatbelt yang membelit dirinya dan turun dari mobil Jordi.BRAK!Jordi membanting pintu mobilnya dengan sangat keras. Tanda bahwa Jordi diliputi oleh kemarahan yang sangat besar."Santai, BRO!" sindir Alice yang sama-sama kesal dengan Jordi."Ayo kita naik!"Jordi menarik tangan Alice dengan cukup kasar menuju ke lift pribadi miliknya. Lift yang memang disediakan untuk penthouse.Setibanya di depan pintu aparte
Mereka saling menatap. Ada kejujuran dan cinta yang tidak bisa diungkapkan oleh Alice terhadap Jordi."Jordi … lebih baik loe cari wanita lain. Wanita yang mencintai loe dan selevel dengan loe." Alice memalingkan wajahnya. Ia tidak berani menatap Jordi lagi. Pedih rasanya jika cinta harus seperti ini. Alice ingin mengakui bahwa ia memang mencintai Jordi. Tapi Alice tidak bisa membuat orang lain tidak senang dengan keputusannya ini.Masih banyak yang harus Alice pikirkan perasaannya seperti orang tua Jordi, mama Ranti, Hana dan Nino. Terlalu banyak orang yang akan Alice sakiti jika ia menerima cinta dari Jordi."Apakah gue harus mati di depan loe supaya loe mau menerima cinta gue?" Mata Jordi sudah berair. Rasanya ingin menangis saja karena Alice menolaknya terus-menerus. Apakah ia tidak memiliki kesempatan sedikitpun untuk lebih dari sahabat dengan Alice? Kenapa? Hubungan level kaya dan miskin ini seakan membuat dada Jordi sesak."Jangan ... jangan bertindak bodoh, Jordi!" cegah Alice.
Dengan merotasi matanya, rasanya Alice gerah dengan berondongan pertanyaan dari Jordi. Ia kesal sendiri karena pria itu terlalu merasa bahwa ia adalah miliknya. "Gue tolak!" tegas Alice."Good girl!" Jordi mencium pipi Alice bertubi-tubi karena ia sangat senang akan jawaban Alice. Memang Alice itu miliknya dan tidak boleh menjadi milik pria lain. No way!"Stop, JORDI!" Alice mencoba menghentikan serangan di pipinya yang bertubi-tubi."Terus loe putus dong dengan Nino?" Jordi menghentikan serangannya di pipi Alice."Koq loe gitu sih?" Alice pura-pura sewot."Ya gue nanya dong. Kalau ditolak lamaran, harusnya langsung putus kan?""Wah ... loe sih emank udah niat jahat aja sama hubungan gue dan Nino." Alice mendelik, pura-pura tidak senang."Lah ... sekarang loe udah jadi pacar gue. Maka loe harus putusin dong hubungan loe dengan Nino! Masa loe mau main belakang sih? Mau jadi playgirl loe?" Jordi menoyor kepala Alice."Gue bukan playgirl.""Ya udah. Putusin dong tuh Nino!""Loe sendiri?"
Alice menatap ke dalam manik Jordi. Ia berpikir dahulu apa yang harus ia katakan kepada kekasih backstreet-nya itu."Gimana?" Jordi masih bertanya dan penasaran."Gak tahu.""Hmm ... gue gak akan berbuat jauh lagi sama loe. Sudah cukup kemarin malam dan gue gak mau semakin merusak loe." Jordi menghentikan kegilaannya. Sebenarnya ia masih diliputi nafsu, tapi Jordi tidak mau menambah rasa bersalah pada diri Alice."Jor." Alice menangkup wajah Jordi dan menatap manik biru milik Jordi."Hmm ..."Alice menarik wajah Jordi agar lebih dekat dengannya, "I love you," bisik Alice pelan di telinga Jordi."Hah ... apa loe bilang?" Jordi ingin sekali mengabadikan momen ini. Ketika Alice mengatakan cinta kepada dirinya."Gak ada siaran ulang!""Hihi ... gue tahu loe cinta banget sama gue dan gue harap ... kita akan begini terus sampai kakek nenek. Kita akan menikah dan memiliki banyak anak.""Gue gak mau banyak anak!" tegas Alice."Kenapa?""Loe pikir ngelahirin anak itu enak ya? Loe sih enak ... m
Alice menjadi kikuk sendiri. Apakah ia baru saja salah bicara kepada Jordi? Rasanya ia baru menyesali sekarang karena terlalu jujur kepada pria itu. "Ya ... kan gue mau loe menyingkir. Jadi ... anggap aja Nino sebagai tameng gue yang terakhir." Alice bermain dengan kaos Jordi, memelintirnya berulang kali."Ampun deh, Alice. Apa loe gak tahu kalau gue cemburu setengah mati? Rasanya pengen gue timpuk aja tuh Nino," ujar Jordi yang sangat kesal karena sudah dipermainkan Alice."Ya ... ya maaf dong. Tadinya gue pikir loe bisa menyingkir. Eh tahunya ... loe malah bawa gue ke apartemen." Alice tidak berani menatap mata Jordi. Ia hanya terfokus ke bibir Jordi yang sedari tadi mengomel. Entah kenapa bibir itu terlihat sangat menggiurkan untuk ditutup oleh bibir Alice. Cerewet seperti emak-emak kekurangan minyak goreng."Jangan pernah melakukan hal itu lagi ya! Atau gue ..." ancam Jordi.Seketika Alice menarik wajah Jordi untuk mendekati wajahnya, membungkam bibir yang sedari tadi menggodanya
Jordi tersenyum nakal kepada Alice yang sangat ingin tahu sekali tentang apa saja yang telah ia lakukan kepada para mantannya. Dasar Alice ini memang tingkat keponya sangat tinggi. Tapi hal ini malah membuat Jordi senang, lebih tepatnya gemas terhadap sang wanita pujaan hati."Hmm ... apa ya?""Wah ... kayaknya udah parah banget," ejek Alice yang pura-pura sebal dengan Jordi."Gue udah ... begini." Jordi mencium bibir Alice dengan sangat cepat."Ah ... sama pacar yang mana?" Alice mengangguk-angguk seperti seorang mandor kepada Jordi. Mandor yang mengetahui bahwa bawahannya sedang berbuat salah dan siap menghukum bawahannya itu."Hmm ... yang mana ya. Gue sampai lupa loh. Berapa sih total pacar gue selama tujuh tahun ini?" Jordi pura-pura berpikir dan memang berniat menggoda Alice."Bentar gue ingat-ingat dulu. Hmm ... Anna, Ghea, Irene, Eva, Lia, Victoria, Denisa, hmm ... siapa lagi ya? Hana, aduh ... pusing! Pacar loe banyak banget!" Alice menyebutkan mantan-mantan dari Jordi. Saking
"Karena gue gak mau loe pergi sama pria lain. Apalagi ada pria yang ngapelin loe di sabtu atau minggu. Gue gak rela, jadi dengan sangat memaksa dan darurat, gue membawa loe kemanapun gue nge-date sama perempuan-perempuan itu.""Gila loe!" umpat Alice yang sangat kesal. "Gue itu rasa jadi nyamuk saat loe nge-date," protes Alice sambil memukul dada Jordi pelan."Gak salah loe?""Ya enggaklah." Alice mencebik."Yang jadi nyamuk itu ya para perempuan pilihan mama. Coba loe perhatiin deh ... gue minum di gelas yang sama sama loe. Gue malah nanya sama loe ... sukanya film apa dan gilanya lagi, loe itu milih film action, thriller, horor. Ampun deh gue."Alice terdiam. Benar juga apa yang dikatakan oleh Jordi. Bahkan para mantan Jordi itu tidak pernah ditanya mau makan apa, mau nonton apa, mau minum apa? Semua Jordi tanyakan kepada Alice. Pantas saja para perempuan itu sangat marah kepada Alice. Hmm ... Alice baru sadar sekarang setelah diberitahu oleh Jordi."Nah ... terus kalau nganterin pul
Alice sendiri tidak bisa berpikir jernih saat sudah bersentuhan dengan Jordi. Ia harus bertindak sebelum kebablasan lagi. "Ok, stop!" Alice menjauhkan tubuhnya dari Jordi dan merapikan lagi pakaiannya. Ia pindah ke tempat duduk yang sedikit jauh dari Jordi."Maaf ya. Gue benar-benar sulit mengendalikan diri." Jordi memperbaiki posisinya menjadi duduk di sebelah Alice."Maaf juga. Aduh ... semenjak sama loe, gue kenapa otaknya jadi mesum gini ya, Jor?" Alice menggaruk kepalanya sendiri. Bingung dengan perubahan kelakuan yang terjadi kepada dirinya karena Jordi."Bukan karena gue. Tapi loe aja yang udah sangat pengen.""Ish!""Oh ya ... ngomong-ngomong tentang masa lalu ya ... hmm loe ingat gak sih yang namanya Alan, yang ketua OSIS itu?""Ingat. Kenapa dengan dia?""Dia itu mau nembak loe.""Hah ... idola di SMA mau nembak gue? Keren banget ... tapi kenapa gak ada omongan nembaknya ya?" Alice menggaruk kepalanya, tidak habis pikir."Karena gue bilang sama dia ... kalau loe itu LESBIAN!
"Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d