"Tapi loe janji dulu satu hal sama gue!" Jordi menatap mata Alice yang berkilauan karena air mata."Apa?""Janji dulu!""Ah ... ini sih janji yang menjebak! Males gue janjian sama loe mah," kilah Alice. Ia terlalu sering ditipu dan dijebak oleh janji Jordi dimana yang menderita terakhir adalah dirinya. Alice sudah hafal benar dengan tingkah laku menyebalkan Jordi ini."Enggak. Kali ini gue gak bakal bohong deh!" Jordi menatap manik cantik Alice. Ia berusaha meyakinkan Alice dari pandangan matanya yang sangat serius."Gue dengerin dulu, loe maunya apa. Kalau make sense buat gue, baru mau gue lakuin." Sekarang Alice lebih pintar daripada sebelumnya. Tidak terlalu pasrah dan percaya kepada janji dan bualan Jordi."Haha ... udah mulai pinter ya loe?" Jordi menoyor kening Alice dengan pelan."M""Gue pengen loe gak akan pernah ninggalin gue," pinta Jordi dengan sangat serius."Hmm ...""Kenapa loe malah mikir sih?" protes Jordi kesal."Ini janji yang sulit, Jor.""Maksud loe itu bagaimana s
Ting!Ponsel Alice berbunyi, menandakan adanya pesan masuk. Alice segera meraih ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkan pesan kepadanya.Jordi : [Alice, jangan pernah loe berpikir untuk meninggalkan gue! Karena gue akan mengejar loe sampai kapanpun. Gue cinta mati sama loe dan gak akan ada yang bisa gantiin loe di hati gue!]Alice menatap layar pipih di ponselnya itu. Menghela nafas kasar."ARGH! Kenapa bisa seperti ini sih?" jerit Alice di dalam hati sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Kacau ... itulah kata yang paling tepat untuk Alice saat ini.Ting!Ponsel Alice kembali berbunyi. Dengan malas, Alice melihat kembali isi pesan dan kemungkinan besar berasal dari Jordi dan ternyata Alice salah. Orang yang mengirimkan pesan adalah Nino. Kekasihnya yang sekarang sedang berada di luar kota karena pekerjaannya.Nino : [Hai, sayang. Kamu sedang apa? Kemarin kamu pulang jam berapa? Koq tidak memberitahu saya?]Alice : [Maaf. Saya lupa. Semalam itu Jordi sakit. Jadi saya membantu mer
Alice sungguh terkejut dengan kehadiran pria yang ada di hadapannya itu. "Surprise!" Nino langsung berhamburan memeluk tubuh Alice yang masih terkejut dengan kedatangannya."Bu-bukannya kamu mau kembali ke Jakarta besok?" tanya Alice bingung.Nino mencium pucuk kepala Alice dan melepaskan pelukan rindunya."Saya sebenarnya besok baru selesai semua pekerjaan, tapi karena saya sudah sangat rindu kepada kamu, maka saya langsung pulang dan menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin," ucap Nino dengan senyumannya yang sangat khas. Senyuman meluluhkan hati Alice."Ayo masuk. Duduk terlebih dahulu." Alice mempersilahkan Nino masuk ke dalam rumahnya. Pintu rumah tetap Alice biarkan terbuka.Nino duduk di tempat duduk yang terbuat dari rotan. Cukup nyaman tapi tidak terlalu empuk karena bantalannya sudah mulai menipis."Sebentar ya, saya ambilkan minum terlebih dahulu." Alice masuk ke dapur dan mengambilkan air putih untuk Nino. Tentu saja pastinya Nino kehausan. Secara Nino berkata kepada Alice
Alice gelagapan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Menerima Nino sebagai suaminya? Tidak ... Alice terlalu kotor untuk itu. Nino tidak pantas mendapatkan Alice yang baru saja rusak."Alice," panggil Nino lembut dan membuyarkan lamunan dari Alice."Ya ... ya," jawab Alice gugup."Apakah kamu mau menikah dengan saya?" Nino mengulang lagi pertanyaannya. Posisinya masih sama, berlutut sambil mengarahkan kotak berisi cincin di hadapan Alice."Sa-saya ..." Alice bingung harus menjawab apa.Ingin mengatakan ya, tapi Alice tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa ia tidak cinta terhadap Nino. Bagaimana pula pernikahan tanpa cinta ini akan berlanjut? Kasihan Nino yang terlalu berharap kepada Alice.Dalam sebelas bulan Alice menjalin hubungan dengan Nino, ia sudah sangat berusaha untuk mencintai Nino, tapi entah kenapa sangat sulit. Apalagi Jordi selalu menganggu kebersamaan mereka untuk mengenal satu sama lain.Jika Alice mengatakan tidak, maka pasti Nino akan sangat kecewa terhadap Alic
Ekspresi pria yang ada di hadapan Alice itu langsung berubah. Ia tampak seperti orang bingung. Tidak terjadi apapun, tapi kekasihnya meminta putus dari dirinya. Apa kesalahannya kepada wanita yang ia cintai itu? "A-apa saya memiliki kesalahan?" sahut Nino. Baru sepuluh menit lalu ia melamar Alice, tapi tiba-tiba sekarang, Alice meminta putus dari dirinya."Tidak. Kamu tidak memiliki kesalahan apapun.""Lalu kenapa kamu meminta putus dari saya?" tanya Nino yang semakin bingung. Jika memang ia tidak bersalah, maka kenapa Alice meminta putus? Apa yang terjadi sebenarnya? Bukankah hubungan mereka baik-baik saja?"Saya merasa kamu harus mencari wanita yang lebih baik dari saya," lirih Alice. Kalut ... ya itulah yang dirasakan oleh Alice. Rasanya ia sangat tidak pantas untuk Nino yang terlalu baik untuknya. Kasihan Nino yang selalu menjadi tameng untuk Alice menghadapi Jordi dan Hana. Alice tidak sanggup lagi. Hubungan ini harus berakhir sebelum berlanjut menjadi lebih serius."Ke-kenapa?"
Suara seorang pria yang terdengar seperti orang yang cemburu sekaligus marah karena melihat Alice berpelukkan dengan Nino. Suara yang sangat Alice kenal dan suara itu adalah suara orang yang paling tidak ingin Alice dengar saat ini. Suara orang yang paling ingin Alice hindari. "ARGH! Mau ngapain sih dia ke sini?" umpat Alice kesal dan ia semakin mengeratkan pelukannya kepada Nino. Tamengnya yang terakhir. "Alice!" teriak Jordi lagi dengan sangat kesal karena Alice tidak mau melepaskan pelukkannya terhadap Nino."Sayang. Itu si Jordi kenapa?" tanya Nino dengan sedikit berbisik. Ia bingung karena Jordi terlihat sangat kesal dengan Alice. Entah apa masalah Alice dan Jordi saat ini."Gak tahu. Sudah biarkan saja. Nanti juga diam sendiri," balas Alice dengan sangat malas. Ia memang sengaja memeluk Nino erat."Apakah kalian bertengkar?" bisik Nino lagi di telinga Alice dan membuat Jordi semakin panas."Hei ... tidak perlu kalian mesra-mesraan di depan gue ya!" umpat Jordi kesal. Wajahnya
Alice terdiam dengan ancaman dari Jordi. Ia kalah mendadak. "Bye, Nino!" Jordi melambaikan tangannya kepada Nino dan hendak memasukkan Alice ke dalam mobil."Eh ... pintu rumah gue belom di kunci, Jor!" Alice seakan kelupaan. Bagaimana kalau ada maling masuk? Bahaya bukan? Semua barang di dalam rumah bisa habis digondol maling."Mana kuncinya?""Di belakang pintu rumah.""Loe tunggu di mobil dan gue akan mengunci rumah loe." Jordi membuka pintu mobil SUV mewahnya itu dan menyuruh Alice masuk ke dalamnya, sementara Jordi berjalan lagi menuju ke rumah Alice untuk menguncinya. Tentu saja Jordi melewati Nino yang masih bingung dengan situasi yang sedang terjadi ini."Gue kunci dulu, Bro! Atau loe mau jaga rumah Alice?" tanya Jordi saat melewati Nino."Gue pulang," jawab Nino singkat."Ok."Jordi berjalan menuju ke pintu rumah Alice, mengambil kunci dan mengunci rumah itu dari luar. Kemudian ia hanya tersenyum saja kepada Nino, lantas ia meninggalkan Nino sendiri di depan rumah Alice.BRUK
"Hus! Loe jangan ngomong sembarangan!" Alice dengan cekatan menoyor kepala Jordi."Loe tahu gak sih ... kalau selama ini tuh gue cinta sama loe?"Alice menggeleng."Artinya loe bego!" Sekarang giliran Jordi menoyor kepala Alice."Enak aja! Gue itu pintar, buktinya gue dapat beasiswa." Alice tidak diterima karena dikatakan bodoh oleh Jordi."Dalam hal pelajaran, loe memang pintar, tapi dalam hal perasaan, loe itu wanita paling bodoh nomor satu di dalam hidup gue," ejek Jordi dengan senyuman khas yang menggoda. Menyebalkan tapi terlalu tampan untuk dilewatkan."PRET LAH!" Alice malas melihat wajah Jordi yang semakin membuat jantungnya berdebar-debar.Jordi mengambil tangan kanan Alice dan menciumnya."I love you, Alice. No matter what!" Jordi menatap manik indah milik Alice. "Please, love me," pinta Jordi dengan tatapan nanarnya."Gue ... hmm ... bisakah kita berteman saja? Se-seperti dahulu?"Jordi menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tujuh tahun adalah waktu terlama yang telah ia sia-
"Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d