"Enggak!" tegas Alice walaupun ia sangat malu. Bisa-bisanya ia melayani bibir Jordi yang menggoda itu.
"Haha ... jangan bohong, loe. Gue tahu loe suka banget kalau gue kiss." Jordi terkekeh geli melihat Alice yang semakin salah tingkah."Pret lah loe. Sudah! Gue mau pulang aja." Alice menyingkirkan Jordi dari hadapannya lalu mulai mengambil tas dan sepatunya."Eh ... Hana itu masih ada di depan tahu!" ucap Jordi berbohong. Apalagi tujuannya selain menahan Alice lebih lama di dalam apartemennya."Serius loe?" Alice menurunkan lagi tasnya."Kenapa juga gue gak serius?""Jadi kapan gue bisa pulang dong?" tanya Alice yang mulai putus asa. Ia sudah tidak kuat bersama dengan Jordi di satu tempat yang sama. Jantungnya berdebar terus tidak karuan."Nanti malam saja. Gue anter loe. Ntar loe pake hoodie sama tas gue aja. Jadi gak ketahuan kalau loe tu cewe. Oh ya ... jangan lupa pakai masker dan kacamata hitam.""ARGH! Jordi, koq jadi ribet begini sih?" Alice menghentakkan kakinya di lantai. Betapa kesalnya Alice karena ia merasa sangat terjebak di dalam apartemen Jordi."Hihi ... nasib loe lah. Udah, sekarang kita nonton aja," ajak Jordi yang berjalan menuju ke ruang tamu, tempat televisi besar itu berada."Hais ..." Terpaksa, Alice harus mengikuti Jordi ke ruang tamu. Keadaan seperti ini memang sangat tidak enak.Alice mendaratkan bokongnya di sofa empuk milik Jordi. Tentu saja Alice mengambil jarak lebih banyak daripada biasanya dan membuat Jordi mengernyit."Kenapa jauh-jauh?""Males deket sama loe," jawab Alice asal."Haha ... Nanti rindu loe," goda Jordi tersenyum nakal."PRET!"KRING! KRING! KRING!Tiba-tiba ponsel Jordi berdering dengan sangat kencang."Siapa?" tanya Alice yang mulai panik. Memang kalau orang sudah melakukan kesalahan, pasti akan dengan mudah panik."Mama." Wajah Jordi juga panik melihat peneleponnya."Jawab, Jor!"Jordi menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan dari Norita, mama dari Jordi. Kemudian ia menekan tombol loudspeaker agar Alice bisa mendengarnya."Halo, Ma.""Jordi, siapa yang ada di apartemen kamu sekarang? Jawab!" tanya Norita yang sudah berapi-api. Ia mendapatkan laporan dari Hana kalau Jordi sedang melakukan one night stand dengan seorang wanita."E-enggak ada, Ma.""Jangan bohong, Jordi! Mama memang membebaskan kamu, tapi kamu tidak boleh bergaul sembarangan hingga free sex ya! Mama tidak suka itu.""Iya, Ma. Jordi tidak berbuat macam-macam koq.""Tapi tadi Hana mengatakan bahwa kamu tidur dengan wanita dari club.""Enggak Ma. Serius deh. Hana itu tukang bohong.""Kalau Hana gak bohong, sekarang buka pintu apartemen kamu! Mama ada di depan."Alice dan Jordi sama-sama membulatkan mata. Norita sudah ada di depan pintu unit apartemen Jordi."Gue harus kemana, Jor?" tanya Alice panik. Ia bingung harus bersembunyi dimana."Aduh ... sembunyi dimana ini?" Jordi sendiri bingung."Lemari?" Waktu semakin berpacu dengan bunyi bel yang sudah ditekan oleh Norita."Jangan! Mama suka melihat ke dalam lemari saya," cegah Jordi."Terus gue harus kemana dong?" Alice semakin panik. Baru kali ini ia berada di dalam apartemen Jordi dan seperti maling saja."Aduh ... kemana ya?" Jordi terlihat sangat panik juga."Ah ... gue tahu. Di dalam kitchen set." Alice"Hah ... serius loe? Tempat itu kan kecil banget." Jordi menatap Alice tidak percaya."Gue muat koq. Kitchen set yang dibawah itu pasti tidak akan dilihat sama mama loe.""Ya sudah. Cepat sembunyi. Ini mama sudah tidak sabaran."Bunyi bel terus ditekan dengan tidak sabar oleh orang di balik pintu unit apartemen Jordi. Siapa lagi kalau bukan Norita?Alice langsung berlari dan bersembunyi di dalam kitchen set. Tidak lupa juga ia membawa tas dan sepatu miliknya ke dalam kitchen set agar tidak menimbulkan kecurigaaan bagi Tante Norita. Sangat menakutkan bagi Alice jika sampai mama dari Jordi ini tahu apa yang telah ia lakukan dengan anak sematawayangnya itu.Jordi melihat dirinya sendiri di pantulan cermin dan menemukan banyaknya kissmark di lehernya, "Ya ampun ... Alice ganas sekali sih." Jordi terkekeh geli melihat maha karya Alice di tubuhnya yang six pack itu. hampir seluruh tubuh Jordi ada jejak Alice.Pantas saja tadi Hana marah-marah dan menunjuk ke leher Jordi, ternyata memang leher Jordi yang kokoh itu sudah dipenuhi dengan kissmark yang diberikan oleh Alice. Ia segera mengganti pakaiannya dengan turtle neck daripada membuat Norita lebih marah lagi.Setelah memastikan semuanya rapi, Jordi segera membuka pintu unit apartemennya."Hai, Ma," sapa Jordi dengan senyuman sumringah kepada Norita dan ternyata di belakang Norita ada Hana di belakangnya."Kamu itu sedang apa sih, Jor? Koq lama sekali?" protes Norita dengan penuh rasa curiganya. Ia melihat ke sekeliling unit apartemen Jordi, sampai saat ini belum ada yang mencurigakan baginya."Beres-beres lah, Ma," jawab Jordi berbohong dengan senyumnya yang penuh kepolosan."Aneh. Pasti kamu menyembunyikan wanita kan?" Norita mendelik semakin curiga kepada Jordi."Ya ampun, Ma ... wanita yang mana pula? Saya hanya sendirian koq daritadi," kilah Jordi dengan senyuman khas-nya yang innocent."Tadi Hana bilang kamu baru saja one night stand tadi malam! Dimana wanita itu, Jor?" Mata Norita seperti elang yang mencari mangsa. Terlalu tajam untuk melihat ke sekitarnya."Haha ... saya tidak one night stand koq, Ma," ucap Jordi tambah berbohong. "Tapi saya itu bercinta dengan Alice, Ma," gumam Jordi di dalam hatinya. Rasanya Jordi ingin tersenyum sendiri jika mengingat kejadian semalam, meskipun ingatan itu samar-samar, pastinya tadi malam ia melakukan banyak pertempuran sengit dengan Alice sehingga tubuh Jordi dipenuhi oleh banyak jejak kissmark."Kenapa senyum-senyum?" Norita melihat gelagat mencurigakan dari Jordi yang tiba-tiba senyum sendiri."Mama ... saya itu sangat rindu sama mama. Jadi saya senyum-senyum," rayu Jordi yang langsung memeluk Norita."Rindu ... tapi tidak pulang ke rumah!" Norita mencebik."Ya ... saya kan mempersiapkan sidang, Ma," ujar Jordi memberikan alasan yang tidak masuk akal."Tapi kan bisa belajar di rumah!""Kan teman-teman saya yang sidang bersama itu menginap di sini, Ma. Kalau di rumah kan mama jadi risih." Jordi memang sangat mengenal mamanya itu, Norita paling tidak suka terlalu ribut di rumahnya. Rumah Norita adalah rumah yang paling damai di kompleknya.Sementara Norita masih berbicara dengan Jordi, mata Hana juga sama seperti Norita, seperti elang yang mencari mangsa. Hana menelisir semua ruangan di unit apartemen itu tapi tidak menemukan siapapun. Hana menjadi bingung sendiri, apakah wanita itu sudah pergi atau bersembunyi? Sungguh Hana sangat penasaran dengan wanita yang telah tidur dengan calon tunangannya itu."Loe cari apa lagi, Hana?" ucap Jordi yang mengagetkan Hana."Cari wanita itu. Kan tadi loe yang bilang kalau loe habis one night stand dan menyuruh gue keluar dari unit loe!" ungkit Hana.Jantung Jordi berdebar karena sidak dari Hana dan Norita. Semoga Alice tidak ketahuan."Ya itu karena gue masih mengantuk dan loe ganggu gue," sahut Jordi kesal. Ia mencari alasan sebisanya untuk menyingkirkan Hana dan Norita dari apartemennya."Ah ... bohonglah," tampik Hana yang masih tidak percaya dengan Jordi."Kalian itu benar-benar tidak percaya kepada saya ya?" protes Jordi. Ia pura-pura mengambil minum di dapur sekaligus menjaga tempat persembunyian dari Alice itu agar tidak dikunjungi oleh Norita dan Hana."Tapi ada jejak kissmark di leher kamu, Jor!" Sekarang suara Hana mulai keluar dengan nada protesnya."Ya elah ... namanya juga di club. Semua orang mabuk. Jadi kalau ada wanita mabuk yang memberikan kissmark leher saya, ya biasa saja kali," kilah Jordi lagi."Jadi semalam kamu mabuk? Ya ampun Jordi! Mama itu sudah berulang kali mengatakan kepada kamu bahwa kamu tidak boleh mabuk!" ucap Norita geram."Ya kemarin kan acara kelulusan, baru lulus sidang, Ma! Sekali-sekali mabuk tidak apa-apa lah, Ma," jelas Jordi sambil meneguk air minum dari gelasnya. Rasanya ha
"Tapi loe janji dulu satu hal sama gue!" Jordi menatap mata Alice yang berkilauan karena air mata."Apa?""Janji dulu!""Ah ... ini sih janji yang menjebak! Males gue janjian sama loe mah," kilah Alice. Ia terlalu sering ditipu dan dijebak oleh janji Jordi dimana yang menderita terakhir adalah dirinya. Alice sudah hafal benar dengan tingkah laku menyebalkan Jordi ini."Enggak. Kali ini gue gak bakal bohong deh!" Jordi menatap manik cantik Alice. Ia berusaha meyakinkan Alice dari pandangan matanya yang sangat serius."Gue dengerin dulu, loe maunya apa. Kalau make sense buat gue, baru mau gue lakuin." Sekarang Alice lebih pintar daripada sebelumnya. Tidak terlalu pasrah dan percaya kepada janji dan bualan Jordi."Haha ... udah mulai pinter ya loe?" Jordi menoyor kening Alice dengan pelan."M""Gue pengen loe gak akan pernah ninggalin gue," pinta Jordi dengan sangat serius."Hmm ...""Kenapa loe malah mikir sih?" protes Jordi kesal."Ini janji yang sulit, Jor.""Maksud loe itu bagaimana s
Ting!Ponsel Alice berbunyi, menandakan adanya pesan masuk. Alice segera meraih ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkan pesan kepadanya.Jordi : [Alice, jangan pernah loe berpikir untuk meninggalkan gue! Karena gue akan mengejar loe sampai kapanpun. Gue cinta mati sama loe dan gak akan ada yang bisa gantiin loe di hati gue!]Alice menatap layar pipih di ponselnya itu. Menghela nafas kasar."ARGH! Kenapa bisa seperti ini sih?" jerit Alice di dalam hati sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Kacau ... itulah kata yang paling tepat untuk Alice saat ini.Ting!Ponsel Alice kembali berbunyi. Dengan malas, Alice melihat kembali isi pesan dan kemungkinan besar berasal dari Jordi dan ternyata Alice salah. Orang yang mengirimkan pesan adalah Nino. Kekasihnya yang sekarang sedang berada di luar kota karena pekerjaannya.Nino : [Hai, sayang. Kamu sedang apa? Kemarin kamu pulang jam berapa? Koq tidak memberitahu saya?]Alice : [Maaf. Saya lupa. Semalam itu Jordi sakit. Jadi saya membantu mer
Alice sungguh terkejut dengan kehadiran pria yang ada di hadapannya itu. "Surprise!" Nino langsung berhamburan memeluk tubuh Alice yang masih terkejut dengan kedatangannya."Bu-bukannya kamu mau kembali ke Jakarta besok?" tanya Alice bingung.Nino mencium pucuk kepala Alice dan melepaskan pelukan rindunya."Saya sebenarnya besok baru selesai semua pekerjaan, tapi karena saya sudah sangat rindu kepada kamu, maka saya langsung pulang dan menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin," ucap Nino dengan senyumannya yang sangat khas. Senyuman meluluhkan hati Alice."Ayo masuk. Duduk terlebih dahulu." Alice mempersilahkan Nino masuk ke dalam rumahnya. Pintu rumah tetap Alice biarkan terbuka.Nino duduk di tempat duduk yang terbuat dari rotan. Cukup nyaman tapi tidak terlalu empuk karena bantalannya sudah mulai menipis."Sebentar ya, saya ambilkan minum terlebih dahulu." Alice masuk ke dapur dan mengambilkan air putih untuk Nino. Tentu saja pastinya Nino kehausan. Secara Nino berkata kepada Alice
Alice gelagapan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Menerima Nino sebagai suaminya? Tidak ... Alice terlalu kotor untuk itu. Nino tidak pantas mendapatkan Alice yang baru saja rusak."Alice," panggil Nino lembut dan membuyarkan lamunan dari Alice."Ya ... ya," jawab Alice gugup."Apakah kamu mau menikah dengan saya?" Nino mengulang lagi pertanyaannya. Posisinya masih sama, berlutut sambil mengarahkan kotak berisi cincin di hadapan Alice."Sa-saya ..." Alice bingung harus menjawab apa.Ingin mengatakan ya, tapi Alice tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa ia tidak cinta terhadap Nino. Bagaimana pula pernikahan tanpa cinta ini akan berlanjut? Kasihan Nino yang terlalu berharap kepada Alice.Dalam sebelas bulan Alice menjalin hubungan dengan Nino, ia sudah sangat berusaha untuk mencintai Nino, tapi entah kenapa sangat sulit. Apalagi Jordi selalu menganggu kebersamaan mereka untuk mengenal satu sama lain.Jika Alice mengatakan tidak, maka pasti Nino akan sangat kecewa terhadap Alic
Ekspresi pria yang ada di hadapan Alice itu langsung berubah. Ia tampak seperti orang bingung. Tidak terjadi apapun, tapi kekasihnya meminta putus dari dirinya. Apa kesalahannya kepada wanita yang ia cintai itu? "A-apa saya memiliki kesalahan?" sahut Nino. Baru sepuluh menit lalu ia melamar Alice, tapi tiba-tiba sekarang, Alice meminta putus dari dirinya."Tidak. Kamu tidak memiliki kesalahan apapun.""Lalu kenapa kamu meminta putus dari saya?" tanya Nino yang semakin bingung. Jika memang ia tidak bersalah, maka kenapa Alice meminta putus? Apa yang terjadi sebenarnya? Bukankah hubungan mereka baik-baik saja?"Saya merasa kamu harus mencari wanita yang lebih baik dari saya," lirih Alice. Kalut ... ya itulah yang dirasakan oleh Alice. Rasanya ia sangat tidak pantas untuk Nino yang terlalu baik untuknya. Kasihan Nino yang selalu menjadi tameng untuk Alice menghadapi Jordi dan Hana. Alice tidak sanggup lagi. Hubungan ini harus berakhir sebelum berlanjut menjadi lebih serius."Ke-kenapa?"
Suara seorang pria yang terdengar seperti orang yang cemburu sekaligus marah karena melihat Alice berpelukkan dengan Nino. Suara yang sangat Alice kenal dan suara itu adalah suara orang yang paling tidak ingin Alice dengar saat ini. Suara orang yang paling ingin Alice hindari. "ARGH! Mau ngapain sih dia ke sini?" umpat Alice kesal dan ia semakin mengeratkan pelukannya kepada Nino. Tamengnya yang terakhir. "Alice!" teriak Jordi lagi dengan sangat kesal karena Alice tidak mau melepaskan pelukkannya terhadap Nino."Sayang. Itu si Jordi kenapa?" tanya Nino dengan sedikit berbisik. Ia bingung karena Jordi terlihat sangat kesal dengan Alice. Entah apa masalah Alice dan Jordi saat ini."Gak tahu. Sudah biarkan saja. Nanti juga diam sendiri," balas Alice dengan sangat malas. Ia memang sengaja memeluk Nino erat."Apakah kalian bertengkar?" bisik Nino lagi di telinga Alice dan membuat Jordi semakin panas."Hei ... tidak perlu kalian mesra-mesraan di depan gue ya!" umpat Jordi kesal. Wajahnya
Alice terdiam dengan ancaman dari Jordi. Ia kalah mendadak. "Bye, Nino!" Jordi melambaikan tangannya kepada Nino dan hendak memasukkan Alice ke dalam mobil."Eh ... pintu rumah gue belom di kunci, Jor!" Alice seakan kelupaan. Bagaimana kalau ada maling masuk? Bahaya bukan? Semua barang di dalam rumah bisa habis digondol maling."Mana kuncinya?""Di belakang pintu rumah.""Loe tunggu di mobil dan gue akan mengunci rumah loe." Jordi membuka pintu mobil SUV mewahnya itu dan menyuruh Alice masuk ke dalamnya, sementara Jordi berjalan lagi menuju ke rumah Alice untuk menguncinya. Tentu saja Jordi melewati Nino yang masih bingung dengan situasi yang sedang terjadi ini."Gue kunci dulu, Bro! Atau loe mau jaga rumah Alice?" tanya Jordi saat melewati Nino."Gue pulang," jawab Nino singkat."Ok."Jordi berjalan menuju ke pintu rumah Alice, mengambil kunci dan mengunci rumah itu dari luar. Kemudian ia hanya tersenyum saja kepada Nino, lantas ia meninggalkan Nino sendiri di depan rumah Alice.BRUK