Jordi panik karena mendengar barang jatuh. "Apa Alice jatuh? Pingsankah?" gumam Jordi di dalam hati. Ia menjadi sangat khawatir dengan Alice yang masih berada di dalam lemari. Ia bahkan tidak peduli dengan tuduhan Hana. Rasanya Jordi ingin segera mengusir Hana keluar dari apartemennya sekarang.
"Ini bukan urusan loe, jadi lebih baik loe keluar dari sini. Gue masih mau lanjutin bercinta sama cewek cantik yang ada di kamar gue. Jadi please ... loe jangan ganggu kesenangan gue!" Jordi menarik tangan Hana untuk keluar dari unit apartemennya walaupun Hana masih berusaha untuk tetap bertahan. Tenaga Hana kalah jauh dari Jordi sehingga terpaksa Hana keluar dari unit apartemen Jordi dengan perasaan yang kacau."JORDI!" teriak Hana yang masih memukul pintu unit apartemen Jordi.Jordi sudah tidak mau meladeni Hana lagi. Biarlah nanti Hana mengadu kepada orang tuanya ataupun orang tua Jordi. Jordi sama sekali tidak peduli, yang terpenting sekarang adalah bagaimana keadaan Alice.Jordi berlari ke arah kamarnya dan ia menemukan Alice sedang merapikan tasnya yang tadi terjatuh. Hufft ... rasanya Jordi bisa bernafas dengan lega."Maaf." Hanya kata itu yang bisa keluar dari bibir mungil milik Alice."It''s okay." Jordi tersenyum kaku."Dimana Hana?" Alice memelankan suaranya. Ia tadi mendengarkan pintu yang ditutup kencang. Selain itu juga, Alice mendengarkan ada keributan antara Hana dan Jordi. Pastinya Alice menjadi tidak enak terhadap mereka berdua."Sudah pulang." Jordi membantu Alice untuk merapikan isi tasnya yang terjatuh itu."Hmm ... gue mau pulang dulu ya. Nanti mama bisa khawatir." Alice masih canggung dengan Jordi. Tidak seperti biasanya yang santai saja."Jangan pulang dulu!"Alice mengerenyitkan dahinya seolah bertanya, kenapa tidak boleh pulang?"Takutnya Hana masih ada di depan."Alice mengangguk."Eh Jor ...""Hmm ...""Gue baru ingat. Di sini ada cctv kan ya? Maksud gue di gedung ini."Jordi mengangguk."Jor ... minta hapus itu rekaman cctv. Gue gak mau bermasalah dengan orang tua loe." Alice sadar akan konsekuensinya kalau Hana mengadu. Orang tua Jordi mungkin akan mencari tahu siapa wanita yang tidur dengan Jordi. Bisa bahaya nanti Alice."Maksudnya?""Nanti orang tua loe bisa cari tahu siapa yang tidur sama loe. Apalagi Hana kalau cerita. Mateng lah gue," ucap Alice panik."Ok. Gue akan urus itu ke bagian sekuriti sekarang. Loe diam dolo di sini. Jangan pergi kemanapun!""Ok." Alice mengangguk setuju.Jordi segera keluar dari unit apartemennya dan mengunci rapat-rapat pintu itu. Jordi tahu, Hana masih ada di sekitar apartemennya dan menunggu Jordi keluar dengan seorang wanita. Tapi Jordi sama sekali tidak peduli.Ia berlari ke arah lift dan langsung menekan tombol B saat lift terbuka. Tidak lama kemudian, Jordi sudah sampai di lantai B, tempat para sekuriti dan cctv di gedung itu berada.Tok! Tok! Tok!Jordi mengetuk pintu tempat kontrol cctv berada."Siang, Pak Jordi. Ada apa?" tanya kepala sekuriti yang bernama Asep itu kepada Jordi."Pak ... saya mau lihat cctv. Bisa bantu?"Asep mempersilahkan Jordi untuk masuk ke dalam ruangan. Memang sudah biasa Jordi masuk ke ruang cctv untuk menghapus beberapa jejak rekaman di sana sehingga Asep sudah tidak bingung lagi."Pak ... saya mau cari rekaman semalam. Hmm ... mungkin sekitar jam sembilan sampai jam sebelas malam," ucap Jordi memberikan instruksi kepada Asep."Baik, Pak." Asep mulai mengotak atik komputer untuk mencari rekaman kemarin sesuai yang diinginkan oleh Jordi.Jordi memperhatikan dengan seksama, ternyata sekitar jam sembilan lewat tiga puluh menit, ada dirinya dan Alice yang sama-sama seperti orang yang kepanasan, masuk lewat pintu lobi."Ini hapus pak!" perintah Jordi.Setelah itu, ia mencari rekaman cctv lagi di tempat lainnya yang memperlihatkan keberadaannya dengan Alice saat masuk ke dalam lobi apartemen, lift dan lorong apartemen Jordi. Semua Jordi hapus. Bersih tak bersisa sehingga tidak ada barang bukti yang mungkin akan memberatkan Alice nanti."Sudah semua, Pak.""Ok. Terima kasih, Pak Asep."Jordi mengeluarkan lima lembar uang seratus ribu dan memberikannya kepada Pak Asep."Untuk beli rokok!" ucap Jordi sambil tersenyum kepada Pak Asep."Terima kasih, Pak Jordi."Pak Asep segera mengantongi uang tersebut ke saku celananya.Jordi berlari lagi ke arah unit apartemennya, tadinya ia mau ke cafe di lobi apartemennya, tapi sepertinya lebih enak memasak bersama Alice.CEKLEK!Jordi membuka pintu unit apartemennya dan bau harus semerbak khas masakan Alice sudah tersaji di atas meja makan."Wangi banget. Lapar gue!" Jordi menutup pintu unit apartemen, menguncinya dan langsung berhamburan ke ruang makan. Perut Jordi sudah keroncongan dan berteriak minta makan."Makan dulu. Gue juga lapar. Ini di kulkas loe cuma ada bahan sedikit, jadinya gue masak apa adanya aja," jelas Alice sambil melepaskan celemeknya."Santai. Gue makan apapun yang loe masak." Jordi tersenyum dan segera menikmati masakan Alice. Telur dadar dicampur dengan daun bawang dan sosis. Tidak ada nasi karena memang tidak ada beras di apartemen Jordi. Lagipula yang memasak di apartemen Jordi hanya Alice, tidak ada orang lain, sehingga Alice memutuskan untuk menaruh makanan yang tidak cepat rusak dan mudah pengolahannya.Alice bergabung dengan Jordi untuk makan bersama. Meskipun suasana masih canggung, tapi mereka cukup menikmati kebersamaan ini."Loe udah kasih tahu mama Ranti?""Sudah.""Loe bilang apa?" tanya Jordi penasaran."Gue bilang loe masih sakit panas. Jadinya gue rawat loe dulu," sahut Alice dengan mulut penuh makanan."Alice.""Apa?""Gue rasa kita harus bicara dengan kepala dingin soal kejadian semalam deh.""Malas. Sudahlah tidak usah dibahas lagi. Anggap saja tidak terjadi apa-apa." Alice memutar bola matanya. Di saat kondisi hatinya sudah tenang, malah Jordi berbicara lagi tentang kejadian menyesakkan dada itu. Hadeh ... pusing rasanya kepala Alice."Hei ... jangan seperti itu dong!" protes Jordi. Menurutnya hal ini sangat penting, untuk dirinya dan Alice."Loe tenang aja, Jor. Selama cctv itu gak ada, maka gak akan ada bukti kalau kita semalam macam-macam. Terus loe juga pake turtle neck beberapa hari ini. Leher loe penuh kissmark," tunjuk Alice ke leher Jordi. Rasanya Alice malu sendiri karena melihat penampilan Jordi yang sangat kacau. Entah di bagian mana lagi Alice memberikan kissmark di tubuh Jordi."Loe juga." Jordi terkekeh geli. Ia tidak menyangka bahwa ia akan membuat kissmark yang sangat parah di leher Alice."Parah ... ini sebenernya ada yang aneh-aneh sama kita kali ya. Kenapa kita jadi begini sih?" Alice menggelengkan kepalanya."Kayaknya ada yang menaruh obat di minuman kamu deh," timpal Jordi."Hmm ... kemarin itu kita hanya minum jus jeruk. Jadi kemungkinan mabuk itu tidak ada sih.""Kemarin yang ada di ruangan cuma Vania ya?" Jordi berpikir ulang."Iya. Gue inget banget dia bilang kalau dia itu sakit perut.""Wah Vania kurang ajar banget!" Jordi mengepalkan tangannya. Sangat kesal dengan ulah Vania."Hadeh ... terus loe mau apain Vania?" Alice sudah malas berbicara tentang si kutu kupret Vania."Aneh ... kenapa dia harus kasih itu obat ke minuman loe ya?""Harusnya kan dia kasih obat itu diminuman loe ya? Aneh juga sih.""Maksud loe itu apa?" Suara Jordi meninggi."Vania kan suka sama loe. Aneh banget kalau dia kasih obat di minuman gue.""Hmm ... apa maksudnya dia itu, dia pengen menyingkirkan loe dengan kasih obat?""Ah ... terus gue tidur dengan seorang cowok ... terus gue depresi ... terus gue hamil. Gitu?" Alice memandang Jordi dengan sangat tidak percaya."Ya ... kejadiannya kan begitu. Cuma loe tidur sama gue aja. Bukan sama cowok lain." Jordi menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Hadeh ... sama saja. Gue udah gak perawan sama siapapun gue tidur.""Ya lebih baik lah kalau loe tidur sama gue.""Maksud loe?" Alice menatap Jordi seakan mau memakan sahabatnya itu."Haha ... seenggaknya gue ini orang yang bertanggungjawab. Gue kan udah bilang kalau gue mau nikah sama loe." Jordi cekikikan."Gak lucu lah loe. Nanti saat pulang, anterin gue ke apotik. Gue mau beli pil kontrasepsi darurat.""Loe gak mah mengandung anak gue?" lirih Jordi."Jalan hidup masih panjang, Jor. Lagian loe juga tidak mungkin menikah sama gue."Jordi bangkit berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan pelan mendekati Alice yang masih sibuk makan. Ia lalu menarik kursi yang ada di samping Alice dan mengarahkan tubuh Alice untuk menghadap ke arahnya."Maksud loe?""Loe itu gak ada perasaan sama sekali ke gue. Gak ada cinta, lalu kenapa harus memaksa menikah. Apalagi terpaksa karena gue hamil. Kasihan anak gue nanti," jelas Alice seakan tidak peduli dengan tatapan nanar dari mata Jordi."Kalau gue bilang gue cinta sama loe gimana?""Ngaco loe!" Alice dengan sigap menoyor dahi Jordi. "Masih terpengaruh obat ya loe?" ledek Alice yang tersenyum bingung."Serius." Jordi menatap manik Alice dengan sangat dalam."Sudahlah ... jangan karena kejadian semalam, loe bilang cinta sama gue. Gue tuh gak minta pertanggung jawaban sama sekali sama loe. Sudahlah, jangan terbebani!" tegas Alice yang ingin mengakhiri pembicaraan sia-sia ini."Bukan karena semalam juga
"Enggak!" tegas Alice walaupun ia sangat malu. Bisa-bisanya ia melayani bibir Jordi yang menggoda itu."Haha ... jangan bohong, loe. Gue tahu loe suka banget kalau gue kiss." Jordi terkekeh geli melihat Alice yang semakin salah tingkah."Pret lah loe. Sudah! Gue mau pulang aja." Alice menyingkirkan Jordi dari hadapannya lalu mulai mengambil tas dan sepatunya."Eh ... Hana itu masih ada di depan tahu!" ucap Jordi berbohong. Apalagi tujuannya selain menahan Alice lebih lama di dalam apartemennya."Serius loe?" Alice menurunkan lagi tasnya."Kenapa juga gue gak serius?""Jadi kapan gue bisa pulang dong?" tanya Alice yang mulai putus asa. Ia sudah tidak kuat bersama dengan Jordi di satu tempat yang sama. Jantungnya berdebar terus tidak karuan."Nanti malam saja. Gue anter loe. Ntar loe pake hoodie sama tas gue aja. Jadi gak ketahuan kalau loe tu cewe. Oh ya ... jangan lupa pakai masker dan kacamata hitam.""ARGH! Jordi, koq jadi ribet begini sih?" Alice menghentakkan kakinya di lantai. Bet
"Ya itu karena gue masih mengantuk dan loe ganggu gue," sahut Jordi kesal. Ia mencari alasan sebisanya untuk menyingkirkan Hana dan Norita dari apartemennya."Ah ... bohonglah," tampik Hana yang masih tidak percaya dengan Jordi."Kalian itu benar-benar tidak percaya kepada saya ya?" protes Jordi. Ia pura-pura mengambil minum di dapur sekaligus menjaga tempat persembunyian dari Alice itu agar tidak dikunjungi oleh Norita dan Hana."Tapi ada jejak kissmark di leher kamu, Jor!" Sekarang suara Hana mulai keluar dengan nada protesnya."Ya elah ... namanya juga di club. Semua orang mabuk. Jadi kalau ada wanita mabuk yang memberikan kissmark leher saya, ya biasa saja kali," kilah Jordi lagi."Jadi semalam kamu mabuk? Ya ampun Jordi! Mama itu sudah berulang kali mengatakan kepada kamu bahwa kamu tidak boleh mabuk!" ucap Norita geram."Ya kemarin kan acara kelulusan, baru lulus sidang, Ma! Sekali-sekali mabuk tidak apa-apa lah, Ma," jelas Jordi sambil meneguk air minum dari gelasnya. Rasanya ha
"Tapi loe janji dulu satu hal sama gue!" Jordi menatap mata Alice yang berkilauan karena air mata."Apa?""Janji dulu!""Ah ... ini sih janji yang menjebak! Males gue janjian sama loe mah," kilah Alice. Ia terlalu sering ditipu dan dijebak oleh janji Jordi dimana yang menderita terakhir adalah dirinya. Alice sudah hafal benar dengan tingkah laku menyebalkan Jordi ini."Enggak. Kali ini gue gak bakal bohong deh!" Jordi menatap manik cantik Alice. Ia berusaha meyakinkan Alice dari pandangan matanya yang sangat serius."Gue dengerin dulu, loe maunya apa. Kalau make sense buat gue, baru mau gue lakuin." Sekarang Alice lebih pintar daripada sebelumnya. Tidak terlalu pasrah dan percaya kepada janji dan bualan Jordi."Haha ... udah mulai pinter ya loe?" Jordi menoyor kening Alice dengan pelan."M""Gue pengen loe gak akan pernah ninggalin gue," pinta Jordi dengan sangat serius."Hmm ...""Kenapa loe malah mikir sih?" protes Jordi kesal."Ini janji yang sulit, Jor.""Maksud loe itu bagaimana s
Ting!Ponsel Alice berbunyi, menandakan adanya pesan masuk. Alice segera meraih ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkan pesan kepadanya.Jordi : [Alice, jangan pernah loe berpikir untuk meninggalkan gue! Karena gue akan mengejar loe sampai kapanpun. Gue cinta mati sama loe dan gak akan ada yang bisa gantiin loe di hati gue!]Alice menatap layar pipih di ponselnya itu. Menghela nafas kasar."ARGH! Kenapa bisa seperti ini sih?" jerit Alice di dalam hati sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Kacau ... itulah kata yang paling tepat untuk Alice saat ini.Ting!Ponsel Alice kembali berbunyi. Dengan malas, Alice melihat kembali isi pesan dan kemungkinan besar berasal dari Jordi dan ternyata Alice salah. Orang yang mengirimkan pesan adalah Nino. Kekasihnya yang sekarang sedang berada di luar kota karena pekerjaannya.Nino : [Hai, sayang. Kamu sedang apa? Kemarin kamu pulang jam berapa? Koq tidak memberitahu saya?]Alice : [Maaf. Saya lupa. Semalam itu Jordi sakit. Jadi saya membantu mer
Alice sungguh terkejut dengan kehadiran pria yang ada di hadapannya itu. "Surprise!" Nino langsung berhamburan memeluk tubuh Alice yang masih terkejut dengan kedatangannya."Bu-bukannya kamu mau kembali ke Jakarta besok?" tanya Alice bingung.Nino mencium pucuk kepala Alice dan melepaskan pelukan rindunya."Saya sebenarnya besok baru selesai semua pekerjaan, tapi karena saya sudah sangat rindu kepada kamu, maka saya langsung pulang dan menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin," ucap Nino dengan senyumannya yang sangat khas. Senyuman meluluhkan hati Alice."Ayo masuk. Duduk terlebih dahulu." Alice mempersilahkan Nino masuk ke dalam rumahnya. Pintu rumah tetap Alice biarkan terbuka.Nino duduk di tempat duduk yang terbuat dari rotan. Cukup nyaman tapi tidak terlalu empuk karena bantalannya sudah mulai menipis."Sebentar ya, saya ambilkan minum terlebih dahulu." Alice masuk ke dapur dan mengambilkan air putih untuk Nino. Tentu saja pastinya Nino kehausan. Secara Nino berkata kepada Alice
Alice gelagapan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Menerima Nino sebagai suaminya? Tidak ... Alice terlalu kotor untuk itu. Nino tidak pantas mendapatkan Alice yang baru saja rusak."Alice," panggil Nino lembut dan membuyarkan lamunan dari Alice."Ya ... ya," jawab Alice gugup."Apakah kamu mau menikah dengan saya?" Nino mengulang lagi pertanyaannya. Posisinya masih sama, berlutut sambil mengarahkan kotak berisi cincin di hadapan Alice."Sa-saya ..." Alice bingung harus menjawab apa.Ingin mengatakan ya, tapi Alice tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa ia tidak cinta terhadap Nino. Bagaimana pula pernikahan tanpa cinta ini akan berlanjut? Kasihan Nino yang terlalu berharap kepada Alice.Dalam sebelas bulan Alice menjalin hubungan dengan Nino, ia sudah sangat berusaha untuk mencintai Nino, tapi entah kenapa sangat sulit. Apalagi Jordi selalu menganggu kebersamaan mereka untuk mengenal satu sama lain.Jika Alice mengatakan tidak, maka pasti Nino akan sangat kecewa terhadap Alic
Ekspresi pria yang ada di hadapan Alice itu langsung berubah. Ia tampak seperti orang bingung. Tidak terjadi apapun, tapi kekasihnya meminta putus dari dirinya. Apa kesalahannya kepada wanita yang ia cintai itu? "A-apa saya memiliki kesalahan?" sahut Nino. Baru sepuluh menit lalu ia melamar Alice, tapi tiba-tiba sekarang, Alice meminta putus dari dirinya."Tidak. Kamu tidak memiliki kesalahan apapun.""Lalu kenapa kamu meminta putus dari saya?" tanya Nino yang semakin bingung. Jika memang ia tidak bersalah, maka kenapa Alice meminta putus? Apa yang terjadi sebenarnya? Bukankah hubungan mereka baik-baik saja?"Saya merasa kamu harus mencari wanita yang lebih baik dari saya," lirih Alice. Kalut ... ya itulah yang dirasakan oleh Alice. Rasanya ia sangat tidak pantas untuk Nino yang terlalu baik untuknya. Kasihan Nino yang selalu menjadi tameng untuk Alice menghadapi Jordi dan Hana. Alice tidak sanggup lagi. Hubungan ini harus berakhir sebelum berlanjut menjadi lebih serius."Ke-kenapa?"