Karena hidup yang begitu susah, Marsha berharap dewa kekayaan menghampirinya. Marsha melemparkan dirinya untuk mengikuti perjodohan dengan orang kaya, Marsha tidak peduli pria itu tua atau bahkan cacat, yang terpenting baginya hanyalah hidup mewah. Dia berhasil mendapatkan pria kaya tampan bernama Axton Fritsch, namun menjadi kaya tidaklah mudah. Dalam tiga bulan Marsha harus bisa mengandung, jika tidak maka Marsha akan diceraikan. Akankah Marsha bisa menikmati kekayaan suaminya atau hanya tawanan semata saja?
View MoreSeorang gadis berjalan dengan terhuyung, berusaha mencari tempat nyaman untuk bersantai sambil menikmati secangkir cocktail, di tengah dentuman musik club terdengar suara sorakan para pengunjung, sesekali gadis itu ikut bersorak dan bertepuk tangan sambil menggoyangkan badannya.
"Marsha! sudah berapa botol yang kau minum." Ucap seorang wanita yang baru saja datang.Marsha Helena gadis berparas cantik dan berambut panjang, kulitnya putih dan halus bagaikan salju, ditambah tubuhnya yang ramping menambahkan kesempurnaan bagi tubuh Marsha. Meski begitu, dirinya tidak beruntung dalam kehidupan ini."Hai, ternyata teman sejatiku telah datang, akan aku pesan satu botol lagi." Marsha mengangkat tangannya, dan meminta bartender memberikannya satu botol cocktail."Cukup! Kamu sudah sangat terlihat mabuk." Ucap Mery menahan tangan Marsha lalu menjauhkan gelasnya dari Marsha.Mery adalah teman serumah Marsha, mereka sudah lama berteman, karena itu tanpa segan Mery memperingati Marsha agar berhenti minum.Marsha sudah kehilangan setengah kesadarannya tidak peduli dengan perkataan Mery, dia merebut kembali gelasnya lalu menuangkan minuman ke dalam gelasnya.Marsha menggelengkan kepala, sambil mengangkat gelasnya. "Arghh, nikmatnya. Cepat isi lagi," ucap Marsha tertawa.Malam ini Marsha ingin menghilangkan rasa peliknya, hari-harinya sangat berat karena terlilit hutang, ditambah peristiwa yang menimpanya membuatnya ingin bersenang-senang. Sejujurnya Marsha sudah sangat lelah dengan masalah yang selalu berdatangan."Sudah cukup, ini sudah terlalu banyak," ucap Mery sekali lagi mengambil gelas dari tangan Marsha. "Sebaiknya kita pulang."Marsha kembali menggelengkan kepala dan menolak ajakan Mery. "Tolong ambilkan satu botol lagi," ucap Marsha pada bartender.Bartender tersebut tampak ragu setelah melihat keadaan Marsha yang tengah mabuk, dia menatap ke arah Mery, dan dengan segera Mery mengisyaratkan agar tidak memberikannya pada Marsha."Maaf Nona, sepertinya kamu sudah sangat mabuk," ucap bartender tidak mau lagi memberikan apa yang diinginkan oleh gadis itu.Gadis itu yang sekarang ini tampak tertawa sambil menangis, dalam tawanya terdengar isakan tangis. Entah apa yang dialaminya, tidak ada yang tahu."Apa kau tidak mendengarnya. Cepat tuangkan!" Bentak Marsha keras.Mery mencoba menenangkan Marsha. "Hentikan. Jangan membuat keributan disini," ucap Mery sambil mencoba menutup mulut Marsha dengan tangannya."Pulang? Aku tidak punya rumah untuk pulang," ucap Marsha setengah sadar.Mery menepuk jidatnya. "Aku akan meninggalkanmu kalau kau masih tidak sadar juga.""Pergi! Pergilah! Tinggalkan saja aku." Teriak Marsha."Marsha. Kau betul-betul sudah gila." Mery menggelengkan kepala, lalu meminta bartender agar memberikannya gelas. Setelah itu, Mery ikut meneguk cocktail."Bagus teman, aku tahu bahwa kau tidak akan meninggalkanku." Marsha mengambil botol yang berisikan cocktail lalu menuangkannya ke gelas Mery."Dasar! Baiklah, untuk hari ini, mari kita minum sepusnya," ucap Mery.Tanpa mereka sadari, mereka sepertinya sudah terlalu banyak minum dan sangat mabuk berat. Mery yang tidak kuat minum sudah ambruk lebih dulu, dia sudah tidak sadar dan tertidur di atas meja."Payah."Marsha yang begitu sangat mabuk berjalan ke arah panggung, lalu menari dengan agresif. Saat berada di puncaknya, Marsha berteriak."Adakah disini pria kaya. Jika ada aku ingin menawarkan diri untuk dibeli," teriak Marsha keras.Tentu, pengumuman itu membuat pria hidung belang berteriak, banyak pria yang mengangkat jarinya dan relammembayar agar bisa bermalam dengan gadis secantik Marsha."Saya! Saya! Berapa yang kau mau," seorang pria mengangkat tangannya."Aku tidak ingin uang. Aku ingin kau menikah denganku," ucap Marsha berteriak.Suara seruan terdengar jelas, pria-pria yang disana tidak menerima permintaan Marsha, mereka hanya ingin bercinta dan menghabiskan satu malam saja dengan Marsha."Hei, Nona. Kami disini bisa memberikan bayaran yang tinggi dengan cukup satu malam." Pria lainnya berteriak."Aku butuh pria kaya untuk dinikahi, tidak masalah dia jelek, tua atau bahkan cacat sekalipun, aku tidak peduli,," kembali Marsha berteriak.Tidak ada pria yang mau, karena itu Marsha berjalan dengan sempoyongan menuju salah satu pria yang sedari tadi tengah menatap dirinya."Apa kau mau menawar diriku," ucapnya.Pria itu masih tidak bergeming, dia mengangkat alisnya, dan matanya terus mengawasi Marsha dengan sangat tajam. Wajah Marsha yang memerah karena sedang mabuk tidak mengurangi sedikitpun kecantikan gadis itu. Benar sekali, gadis itu sangat cantik, bahkan dengan hanya menatapnya saja sudah bisa menaikkan birahi setiap lawan jenis.Namun pria itu berbeda, dia sama sekali tidak tertarik. "Aku tidak suka gadis murahan," pria itu menatap tajam pada Marsha yang terlihat berantakan dengan rambut panjang terurai menutupi sebagian wajahnya.Marsha tertawa terbahak-bahak. "Ck, sombong sekali dirimu," gerutu Marsha sambil melangkahkan kakinya lebih dekat kearah pria itu.Dengan sangat arogan pria itu mendorong gadis dari hadapannya. "Menjauhlah dari, kau mengotori setelanku," tepisnya."Kau! Lihat saja," ucap Marsha.Marsha mengambil gelas dari salah satu pengunjung, lalu menyiram pria itu."Aku, Marsha. M A R S H A." Menekankan namanya. "Gadis cantik yang disukai banyak pria. Seharusnya dengan melihatku kau tahu bahwa aku cukup sexy." Marsha mengibaskan rambutnya.Pria yang saat ini sedang berbicara dengan Marsha yaitu Axton Fritsch. Pria yang tidak mudah untuk ditaklukkan oleh wanita manapun. Untuk pertama kalinya seorang gadis berani berteriak didepannya. Sulit untuk dipercaya, tapi itulah yang saat ini terjadi pada Axton."Marsha." Axton tersenyum sumengeriah saat menyebutkan nama gadis itu."Apa sekarang kau sudah sadar betapa cantiknya aku," Marsha mendorong dada bidang pria itu.Sebelum sempat bereaksi dua pria datang kearah Axton dan membisikkan sesuatu yang sangat penting, karena itu Axton harus menghentikan perdebatannya dengan gadis itu."AXTON. Jika kita bertemu lagi, kau akan menyesalinya," setelah perkataan itu, Axton pergi bersama dua pria lainnya.Sepertinya pria itu bukan orang biasa, cara berjalannya sangat angkuh.Setelah demikian, seorang pria dengan bermata genit mendekati Marsha. Pria itu ingin memeluk Marsha, reaksi Marsha sangat tidak terduga, dia membanting pria itu ke lantai. Hingga pria itu meringkus kesakitan.Semua orang disana hanya menonton sebagian bersorak dengan aksi gadis itu. Karena sering dikejar oleh penagih hutang, Marsha sudah terbiasa dengan itu."Beraninya kau menyentuhku," ucap Marsha sedikit tidak jelas.Marsha kembali duduk ketempatnya, lalu mulai membangunkan Mery."Cepatlah bangun," ucap Marsha sambil menarik tangan Mery ke bahunya.Mery terus bergumam tidak jelas karena mabuk, begitu juga dengan Marsha menyahut tidak jelas. Mereka keluar dari club, setelah itu mereka berjalan saling memapah satu sama lain.Ditengah kota yang ramai. Marsha kembali bersikap aneh, dia berteriak keras, lalu melepaskan Mery."Dewa! berikanlah aku kekayaan. Aku ingin kaya." Marsha berlutut dan mengadahkan wajahnya kelangit.Marsha melihat Axton, langsung buru-buru menyantap makanannya. Dengan cepat Axton melangkah menghampiri Marsha. "Muntahkan! Cepat muntahkan. " Dengan suara keras Axton menarik sendok yang ada di mulut Marsha.Nasi goreng yang ada di dalam mulut dikunyah cepat, kemudian di telannya. Marsha membuka mulutnya. "Sudah habis. "Axton kesal. Ia menarik Marsha ke ke arah toilet, lalu meminta Marsha agar segera memuntahkannya. "Keluarkan!" Axton menepuk punggung Marsha."Kamu gila! makananya sudah masuk ke dalam perutku, " menepis tangan Axton. Axton menekan Marsha ke dinding, dan berkata. "Jika kamu tidak memuntahkannya, aku akan menghukummu! " teriak Axton dengan keras.“Sungguh sial, menyingkirlah!” ucap Marsha dengan jengkel.Huekkkk. Marsha memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut agar ia bisa muntah, semenatara Axton menunggu dengan melipat tangan. Hueekk. Akhirnya makanan itu berhasil keluar, Axton memberikan sapu tangannya pada Marsha. Namun Marsha menolaknya. Dengan
Marlon tidak lain adalah paman Axton.Marlon sedang mengadakan rapat dewan mendadak yang diagendakan untuk melengserkan Axton dari posisinya. Marlon memprovokasi Axton dengan dalih menikahi seorang wanita rendahan, bahkan mempekerjakannya sebagai direktur. Memberitahu bahwa Axton merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan para direktur. "Wanita yang tidak tahu asal usulnya ditunjuk sebagai direktur baru. Bukankah menurut kalian ini sudah keterlaluan. CEO Axton bahkan tidak merundingkan pada kalian. " Marlon mempermasalahkan tentang pernikahan Axton. Para direksi mulai kesal. Salah satu direksi berkata. "Axton sangat kelewatan, kita harus menghentikannya sebelum perusahaan mengalami kerugian.""Benar, benar. " Semua direksi yang berkumpul setuju. "Lebih baik kita menggantikan Axton, dan memilih CEO yang baru, tanpa Axton perusahaan pun akan tetap berkembang. "Marlon tersenyum puas. Ia akan berhasil dengan rencananya. Dan memiliki perusahaan Axton. Akhirnya pemimpin rapat memula
Bibi Axton dan putranya tengah menikmati makan steak bersama, dan bergosip."Aku sangat yakin kalau ada yang janggal diantara Axton dan wanita itu. Pasti Axton merencanakan sesuatu. ""Cepat atau lambat kita akan mengetahuinya," ucap Tom."Ayahmu akan meminta untuk bergabung ke perusahaan, pastikan kamu tidak membuat masalah. "***Pernikahan telah usai. Selain berdebat tentang makan mie, tidak ada yang terjadi antara Marsha dan Axton, keduanya berpisah tempat tidur. Marsha terkejut melihat lemari pakaiannya yang ternyata sudah diisi beberapa baju, tas dan juga sepatu. Semua terlihat cantik. Terlebih lagi Marsha melihat baju yang pernah ia lihat di mall."Baju ini, kenapa bisa kebetulan ada disini. " Marsha mengambilnya dari lemari. Lalu Marsha melihat sebuah pesan yang ditulis Axton untuknya diatas sebuah piyama dengan warna lembut di dalam lemari. Marsha mengambil kartu ucapan itu dan membacanya.“Aku membeli beberapa baju, jika butuh yang lainnya, katakan saja pada Pak Han.
Keesokan harinya. Tiga orang wanita masuk ke kamar Marsha. Sedangkan Marsha masih tertidur pulas. "Nyonya, bangun, " salah satu wanita menyentuh Marsha. Marsha perlahan membuka mata, melihat ada orang asing di kamarnya, ia segera duduk dan bersiaga dengan mengambil bantal serta memegangnya dengan erat. "Siapa kalian? " Berteriak. Pak Han muncul kemudian berkata. "Cepatlah bersiap," ucap Pak Han. Marsha ingat bahwa hari ini ia akan menikah dengan Axton. Marsha meletakkan bantal ke tempat semula, kemudian ketiga wanita itu mengarahkannya untuk ke kamar mandi. Marsha didandani sedemikian cantik, gaun penganntinya bahkan sudah disiapkan. Marsha tidak berkomentar, hanya menurut.Setelah selesai. Marsha bercermin, ia tidak menyangka bahwa hari ini ia akan menikah. "Nyonya, anda sudah ditunggu diluar. ""Baiklah, aku akan turun. "Pak Han diluar menunggu. Marsha menyeret gaunnya agar tidak menyentuh tanah, lalu menghampiri Pak Han. "Aku akan mengantarmu," ucap Pak Han me
Toko itu memang menakjubkan, isinya semua pakaian mahal. Akhirnya Marsha hanya memilih kaos oblong dan murah. Setelah selesai memilih baju, ia pun menuju kasir. Petugas kasir terkejut karena Marsha hanya membeli satu baju dengan harga paling murah dan bahkan dengan diskon.Petugas kasir itu pun bertanya. "Apa yakin anda akan memilih baju ini. ""Iya."Kasir membeli kembaliannya dan Marsha mengucap terima kasih.Ketika itu, Marsha yang sudah mendapatkan bajunya berjalan keluar dan berada tak jauh dari tempat Axton sekarang berdiri. Marsha melewati Axton karena fokus berjalan. Axton bukannya memanggil malah memilih mengekor dari belakang. Marsha yang tengah menuruni eskalator, tanpa sadar melihat seorang bocah kecil tanpa dampingan orang tua dan hampir terjatuh. Marsha panik, takut sesuatu yang buruk terjadi pada bocah kecil itu. Ia pun berniat mendekat untuk menolong.Marsha berlari agar segera sampai ke tempat dimana bocah kecil itu berada, ia tak sempat melihat ke langkahnya berpi
Terlihat senyuman di wajah Marsha dengan kedua pipi terdorong naik."Hati-hati di jalan."Axton pergi, Marsha melihat punggung Axton lebar dari belakang. Laki-laki memang sulit di tebak. Kadang baik kadang acuh, itulah laki-laki Marsha. Sambil menunggu Marsha memilih merapikan dapur. Piring dan mangkok yang berserakan dikumpulkan ke wastafel lalu dicucinya. Marsha suka bernyanyi ketika ia senang. Dengan penuh semangat Marsha juga mengelap meja. Dan menyapu rumah. Axton kembali dengan banyak paper bag di tangannya. Semua jenis makanan dibeli Axton untuk Marsha sendiri. Axton hendak naik ke lantai dua, tapi ia mendengar suara Marsha dari arah dapur. Axton belok menuju dapur.lirik lagu yang dinyanyikan Marsha. "Tujuh belas agustus tahun empat lima, itulah,,," nyanyiannya terhenti ketika Axton muncul."Kenapa berhenti, lagunya bagus."Axton meletakkan paper bagnya di atas meja makan. Sadar diri. Marsha tahu kalau suaranya jelek, sebab sejak sekolah nilai seninya dalam vokal sel
Marsha tidak berbalik dan terus berjalan tanpa menoleh meski Axton terus memanggilnya. Saat ini Marsha ingin berlari lalu menghilang dari hadapan Axton, tapi kakinya bahkan masih sulit diangkat. Dengan jalan pincang, Marsha berusaha berjalan cepat. Axton mengekor dari belakang lalu menangkap tangan Marsha. “Berbahaya pulang sendirian.” Memegang tangan Marsha. Dengan kesal Marsha menarik tangannya. “Aku sudah biasa pulang malam, aku tidak takut dengan penjahat,” sautnya. “Aku mengatakannya untuk bayiku.”“Benar-benar menyebalkan.” Bukannya dibujuk malah menambah dongkol di hati. “Cepat naik.” Axton lebih dulu berjalan ke arah mobil. Marsha pasrah dan mengikuti Axton. Axton membuka pintu mobil, mata Marsha menatap tak percaya kalau Axton mau membuka pintu untuknya. Di dalam mobil. Marsha dan Axton tidak bicara, suasananya sunyi. Marsha merasa sesak membuka jendela mobil, tapi belum pun terbuka penuh, Axton langsung menutupnya kembali.“Tidak baik angin malam untuk tubuhmu.” Fo
Marsha berteriak keras. "Lepaskan! " Menghempaskan tangan Tom. Namun Tom menggenggamnya dengan erat. "Coba saja, " alis Tom terangkat.Untungnya Pak Han datang dan menarik tangan Tom dari lengan Marsha. "Jaga sikapmu, dia adalah calon istri dari tuan Axton, " tatapan Pak Han tegas. Tom kesal. "Kamu hanya pelayan dan anjingnya Axton, beraninya kamu menyentuhku, kamu kira siapa? " Pak Han tidak takut, malah senyum kecil. "Apa perlu aku panggil tuan Axton kesini."Tentu Tom saat ini tidak ingin bertemu dengan Axton, karena itu dengan wajah bengisnya ia pergi begitu saja. Marsha terlihat pucat, ia masih takut dengan Tom. "Tidak apa-apa, anggap saja kamu sedang bertemu dengan anjing gila, " ucapnya besar agar Tom mendengarnya. Benar sekali, Tom yang berjalan mendengar dengan jelas, tapi ia tidak berani mengganggu Pak Han. Karena Pak Han itu bukan hanya sekedar Sekretaris Axton melainkan kepercayaan Axton. Jadi mana berani Tom mengganggu orang kepercayaan Axton. Pak Han b
Salah satu karyawan wanita itu menghampiri Marsha. "Apa kamu sedang berbicara tentangku, " tatapnya kesal. Marsha tersenyum. "Ahh, aku pikir tidak akan tersampaikan, tapi ternyata tidak sulit menebak siapa orangnya, " tatap Marsha balik. Dilihat dari penampilannya sudah jelas Marsha lebih cantik, namun tetap saja status Marsha masih belum jelas. "Gadis murahan sepertimu sudah banyak kulihat di dekat tuan Axton, pakingan kamu hanya akan bertahan satu bulan, atau lebih sedikit, " tertawa kecil. Mereka semua menertawakan Marsha. "Jangan khawatir, setelah menikah dengan bosmu itu, kamu orang pertama yang akan aku buang dari kantor ini." Marsha melihat ID wanita itu. "Pernikahan. Kamu pikir punya kesempatan untuk menikah. Hei! Sadar! Hanya berada di atas ranjang, kamu tidak akan bisa menjadi nyonya."Marsha ingin berdebat tapi mengingat ia harus mengantarkan kopi ke Axton, akhirnya Marsha memilih pergi disana. Saat berjalan di lorong menuju ruangan Axton, tatapan orang te
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments