Marsha meronta-ronta dan berusaha melepaskan diri, karena merasa kesal pria botak itu menampar Marsha dengan sangat kuat sampai Marsha terpental ke tanah.
"Jadilah anak baik. Kalau tidak, pisau ini akan menikam perutmu," ancam pria botak.Saat itu, Marsha melihat ada mobil melintas, dia menunggu disaat mobil itu lebih dekat ke arahnya. Dia mendorong pria botak itu dan berlari ke arah mobil sampai menabrakkan dirinya.Brakk."Apa itu," Pengemudi di dalam mobil terkejut. "Tuan, tunggu disini, aku akan melihatnya.""Mmm."Pengemudi turun dan melihat seorang wanita tertabrak oleh mobilnya, namun wajahnya masih belum terlihat. Dia mendekati wanita yang sedang mencoba untuk bangkit, pengemudi menundukkan untuk bertanya keadaan wanita itu."Hei Nona, apa kau baik-baik saja."Marsha merasa sakit, tapi bukan itu yang penting sekarang. Dia harus meminta pertolongan."Tolong pak, ada orang jahat yang mengejarku dan temanku," ucap Marsha dengan cepat."Kau,"Rupanya pengemudi itu adalah sekretaris Deo, dia mengerutkan dahinya melihat Marsha. Sebelum sempat bertanya apa yang terjadi, pria botak dan anak-anak buahnya telah datang."Jangan hiraukan ucapan wanita itu, pergilah dari sini," ucap pria botak dengan arogan.Sekretaris Deo masih mengamati situasi yang terjadi, pria botak mendekat dan menarik Marsha menjauh dari sana."Tolong, selamatkan aku," mohon Marsha.Axton yang merasa lama menunggu keluar. Pemandangan diluar sangat mengganggu, Axton berjalan lebih mendekat dan melihat Marsha tengah diseret pergi."Kau. Kemari," tunjuk Axton sambil menggerakkan jari telunjuknya.Marsha mendengarnya, dia mendorong pria yang tengah memegangnya dan berlari ke arah Axton dengan sangat gugup Marsha sembunyi di belakang Axton."Beraninya kau! Rasakan ini," pria botak melayangkan tinjunya.Dengan cepat Axton menghindar. "Hampir saja kau mengotori setelanku," kibas Axton angkuh.Pria botak merasa dirinya telah dipermainkan dengan perintahnya semua anak buahnya menyerang Axton.Axton hanya tersenyum sinis, malam ini sepertinya dia harus berolahraga membereskan para sampah di hadapannya.Perkelahian terjadi, Axton cukup lihai, kakinya yang panjang menendang lawannya, tinjunya kuat mengenai wajah lawan, gerakan secepat kilat, hingga lawannya tidak bisa melihatnya. Axton terus menghajar mereka dengan tinjunya.Lawan Axton sudah terkapar di tanah sambil meringis kesakitan, begitu juga pria botak yang telah babak belur di buat oleh Axton."Kau dalam masalah karena mengambil wanita itu dariku. Dia itu sudah aku beli. Jika aku melaporkannya, kau akan dibunuh," ancam pria botak."Ckk. Besar juga nyalimu bicara saat di situasi seperti ini," ucap Axton memandang rendah ke arah pria botak.Axton berjalan mendekat, tangannya masih berada di dalam sakunya, tapi matanya tajam mengintimidasi pria botak."Arghhh."Axton menekan bahu pria itu dengan kakinya. "Aku tidak suka ruangan kotor, karena itu aku butuh wanita itu," ucap Axton.Pria botak itu tidak mengerti arah perkataan Axton, dia hanya memohon untuk dilepaskan. Setelah Axton menarik kembali kakinya, pria botak itu dan anak buahnya segera kabur dari tempat itu.Disana tinggalah mereka, sekretari Deo melihat Mery berdiri dengan gemetar."Tenanglah, mereka sudah pergi," ucap sekretaris Deo pada Mery sambil menutup tubuh Mery dengan jasnya."Terima kasih."Axton melihat kearah Marsha. "Minggir, kau menghalangi jalanku," ucap Axton dingin.Marsha melebarkan bola matanya saat pria itu menekan ucapannya, rasanya pria yang di hadapannya terlihat menakutkan sekaligus tatapannya sangat dingin, sampai Marsha tidak sanggup bertatapan dengan lama.Marsha menyingkir dari jalan Axton, kemudian dia membungkukkan badanya. "Terima kasih telah menolong kami," ucap Marsha dengan sangat sopan.Axton hanya diam saja dan langsung masung ke dalam mobil, diikuti dengan sekretaris Deo masuk kedalam mobil.Di Dalam mobil sekretaris Deo bertanya pada Axton apakah mereka perlu diantar pulang, tapi Axton menolak."Biarkan saja mereka, cepat jalan." Axton duduk dengan santai di dalam mobilnya."Baik Tuan."Setelah mobil Axton sudah melaju tinggallah Mery dan Marsha."Sekarang kita harus bagaimana? Mereka tidak akan menyerah begitu saja," ucap Mery."Kita pindah saja besok, bersembunyi lebih baik," saut Marsha."Marsha. Maafkan aku. Karena aku. Kau mendapat masalah lagi," ucap Mery merasa bersalah."Kau itu temanku, sewajarnya aku membantumu. Jadi tidak usah berkata begitu," ucap Marsha.Mery terlibat dari prostitusi karena dijual pacarnya, sudah sejak satu bulan Mery masuk kedalam dunia kejam itu, dan hari ini Marsha menyadari ada yang aneh dengan temannya, karena itu dia mencari tahu.***Keesokan harinya.Marsha mulai membuka matanya dengan perlahan, lalu beranjak dari tempat tidur. Saat itu dia merasa ada yang salah. Setelah di cek kembali, Marsha sudah tidak melihat Mery, dia menjadi gelisah dan berusaha menghubungi Mery sambil melihat lemari pakaian Mery, semuanya sudah kosong.Marsha terus menghubungi Mery, dia berjalan mondar-mandir, dan tepat pandangannya ke mengarah ke meja di kamar Mery, sebuah surat terletak di atasnya."Surat?"Marsha langsung membukanya dan melihat isi surat itu. Rupanya Mery memilih untuk meninggalkan Marsha agar tidak terlibat ke dalam masalahnya.Setelah membaca surat itu, Marsha menjadi sedih, dia memegang surat sambil mengingat semua kenangannya bersama Mery."Mery, dimanapun kamu sekarang, semoga kamu selalu dalam keadaan baik-baik saja," meneteskan air mata.***Axton saat ini sedang menikmati secangkir kopi di ruang pribadinya. Kakinya bergoyang tetapi pikirannya melayang entah kemana."Tuan, apa anda sudah putuskan, siapa wanita yang akan menjadi istri anda," ucap sekretaris Deo.Axton belum menjawab, tapi dia membayangkan pertemuannya bersama Marsha saat di club, dan juga saat malam itu."Sudah. Aku ingin wanita office girl itu menjadi istriku," ucap Axton meletakkan cangkirnya."Dia, tapi dia punya banyak masalah. Rencanamu pasti bisa akan berantakan," jelas sekretaris Deo."Karena itu aku ingin memastikannya sekali lagi. Jebak dia, buat dia datang dengan sendirinya padaku, aku yakin dia akan cocok dengan rencanaku," ucap Axton."Jika itu mau Tuan, akan aku lakukan," ucap sekretaris Deo.Sekretaris Deo langsung melaksanakan perintah, dia pergi memeriksa latar belakang Marsha dan mengetahui bahwa Marsha hidup seorang diri dengan hutang.***Di hari sabtu dan minggu, Marsha bekerja paruh waktu sebagai sales, dia sedang menyebarkan brosur pada orang-orang yang tengah lewat."Aku sangat haus, seharusnya aku membawa botol minum," keluh Marsha."Hei, kenapa hanya diam disitu, cepat sebarkan lagi." Seseorang berteriak ke arah Marsha, dia adalah tim penjualan."Baiklah," saut Marsha.Marsha kembali bekerja, dia mengejar setiap orang, lalu menundukkan kepala sambil memberikan brosur."Ini produk bagus," ucap Marsha mempromosikan barangnya."Tidak, maaf."Orang-orang tidak mau mendengarkan Marsha. Sudah lima jam dia berdiri disana sambil mondar-mandir, air minum bahkan tidak disediakan. Apa boleh buat, Marsha harus tetap melakukannya demi menambah pemasukannya."Kita akan pindah tempat, karena itu kau bisa istirahat selama 15 menit saja," ucap seorang wanita memberi perintah.Marsha sangat haus, dia melihat kafe. Karena rasa hausnya dia ingin mendinginkan dahaganya dengan es americano dingin.Marsha memesan minumannya, setelah mendapatkan minuman itu, Marsha mengambil tempat duduk."Aku mencari wanita yang bisa menjadi pengantin wanita untuk bosku, apa ada wanita yang kau kenal.""Apa bosmu itu tidak masalah dengan wanita penghibur, karena kudengar pria itu cukup tua.""Meski sudah tua, dia sangat kaya. Bayangkan saja jika dia mati, maka warisan itu akan jatuh pada istrinya."Marsha yang tengah menyerut minumannya tidak sengaja mendengar perbincangan itu.Dua pria yang sedang berbincang di sampingnya, dan Marsha mendengarnya dengan sangat jelas.Marsha langsung berpindah tempat dan duduk diantara kedua pria itu."Maaf, aku tidak sengaja mendengar, apa kalian membutuhkan seorang wanita sebagai pengantin," ucap Marsha tanpa ragu."Nona siapa," pria itu melihat dengan heran."Oh, kenalkan nama saya Marsha. Umur 21 tahun, masih muda dan cantik," ucap Marsha sambil mengulurkan tangannya.Kedua pria itu menyalam tangan Marsha. "Lalu apa maumu," ucap pria lainnya."Seperti yang aku katakan tadi, aku tidak sengaja mendengarnya. Apa aku bisa mendaftarkan diri, aku masih gadis," ucap Marsha menekankan bahwa dia masih suci."Apa kau sadar dengan ucapanmu, kami bukan hanya butuh wanita, tapi kami harus mencarikan istri untuk bos kami," jelas mereka."Aku tahu itu, karena itu aku bersedia menjadi istri dari bosmu.""Apa kau yakin, bos kami itu, pria yang sudah cukup tua. Apa kau bisa menerimanya," ucap mereka."Aku yakin. Asalkan bos kalian itu orang kaya dan bisa memberiku cukup banyak uang," ucap Marsha dengan tersenyum."Kalau soal itu, kamu tenang saja. Setelah menikah dengannya kau akan hidup dengan kemewahan," saut pria itu."Sungguh. Aku tidak meminta banyak. Hanya saja aku butuh uang, karena itu, jika dia bersedia memberiku rumah dan uang secukupnya itu tidak masalah bagiku."Marsha menatap kedua pria itu dengan penuh keyakinan.Salah satu pria itu berdehem. "Baiklah, datanglah ketempat ini. Dan kenakan pakaian yang paling sexy," ucap pria itu sambil menyerahkan secarik kartu."Ok."Marsha pergi dari sana dengan kartu yang ada di tangannya, dia melihat kartu itu."Marsha. Segitu inginnya kau ingin menjadi kaya. Hingga bersedia bersama pria tua," ucap Marsha mengutuk dirinya sendiri.Marsha kembali pulang ke rumahnya, saat hampir tiba dirumah, Marsha melihat dua pria berbadan besar di depan pintu rumahnya."Kenapa harus hari ini," keluh Marsha.Marsha tidak bisa masuk kedalam rumahnya, dia bersembunyi ke dalam gang kecil, jika sampai terlihat oleh mereka, maka habislah Marsha. Kedua pria itu tidak kunjung pergi, mereka malah duduk di depan rumah Marsha sambil merokok, terlihat asap mengepul di udara, sudah beberapa batang rokok habis, kedua pria itu tidak juga bergerak disana.Jika bukan karena besok Marsha berencana bertemu dengan lelaki kaya itu, pastilah Marsha akan menghadapi mereka, tapi Marsha tidak ingin wajahnya babak belur hari ini saja. Tapi dia juga tidak bisa terus-terusan diluar. "Apa yang harus aku lakukan, aku harus mencari cara agar bisa menghadapi mereka," pikir Marsha.Marsha mulai muncul dan berjalan perlahan. Kedua pria itu langsung menunjukkan sikap arogannya, dia membuang puntung rokok itu, sambil berdecak marah."Eh, wanita sialan! Bayar h
Marsha dengan hati gugup masuk ke dalam hotel. Dia mendatangi resepsionis dan memberikan kartu berwarna hitam. Petugas resepsionis mengecek data Marsha, lalu meminta rekannya agar menghantarkan Marsha ke nomor kamar yang dituju.Marsha berjalan dengan anggun. Dia melihat-melihat sekilas lalu berfokus ke depan."Ini kamarnya, silahkan masuk." Petugas hotel pergi setelah mengantarkan Marsha.Marsha berjalan masuk kedalam ruangan itu, anehnya ruangan itu gelap, pandangan Marsha tidak jelas melihat. Tetapi Marsha bisa melihat seorang pria tinggi sedang berdiri dekat jendela. Marsha sedikit ragu untuk menyapa."Kamu sudah datang," suara berat menyambar ke telinga Marsha."Sesuai janji, aku datang tepat waktu." Marsha berjalan mendekat."Jangan bergerak!"Sontak Marsha terkejut, kakinya menjadi lemas dan tubuhnya kaku. Jika pria itu butuh seorang wanita, seharusnya dia menoleh dan melihat seperti apa wanita yang akan dinikahinya. Bukannya bersikap acuh."Bukankah seorang pria dan wanita b
Axton membawa Marsha ke kasur, perlahan membuka penutup tubuh Marsha.Marsha bisa merasakan sentuhan itu, rasanya sangat panas. Axton mengecup leher Marsha, dan turun ke bagian dada Marsha, milik Axton sudah tidak bisa berkompromi lagi. Dia yang didalam sudah merasa sesak dan hendak ingin diluncurkan.Marsha sendiri sudah mulai basah, suara erangan memenuhi ruangan.Suara desahan mulai memenuhi seisi kamar, sejurnya Marsha belum berpengalaman, ini kali pertamanya dia merasakan disentuh oleh lawan jenis. Arghhh. Desahan kuat dari sudut bibir Marsha membuat milik Axton sudah bergerak liar di daerah milik Marsha.Axton melirik wajah yang saat ini sudah berubah menjadi merah merona, Marsha sedikit merasa malu dan tertekan. Axton juga terpesona dengan tubuh Marsha, kulit putih dan mulus sungguh membangkitkan gairah keperkasaanya.Axton ikut menggeram lalu menyodok semakin kencang. Axton bergerak semakin brutal hingga kasur bergoyang kuat.Saatnya Axton menelusuri bagian itu, Axton denga
Axton membawa Marsha ke mansion miliknya.Marsha mengekor dari belakang, Axton disambut oleh para pelayan-pelayan yang ada di rumah.Ketika Marsha masuk ke dalam. Ada wanita paruh baya duduk di sofa sambil bercengkrama lewat ponselnya.Saat melihat Axton datang wanita itu langsung menutup ponselnya."Siapa wanita ini?" tanya dengan sinis.Nada suaranya agak lain. Marsha yang berpikir itu Ibu Axton membungkuk memberi salam."Selamat pagi Ma." Mencoba bersikap manis."Berhentilah bicara yang aneh-aneh, dia itu bukan Ibuku, dia itu hanya seorang bibi, " ucap Axto melirik Marsha.Wanita itu bibi Axton bernama Mery penampilannya sangat rapi seperti ibu pejabat saja.Lalu dari atas nampak seorang pria turun yang seumuran dengan Axton."Wanita baru lagi," ucapnya remeh.Pria itu sepupu Axton bernama Tom, anak dari bibinya."Perkenalkan dia calon istriku, kami akan segera menikah." Ax
Marsha tidak menunggu lagi, dia langsung mendorong Axton dan bergegas pergi dari sana. Melihat tingkah Marsha membuat Axton semakin tertarik dengan Marsha. ***Ngiiingg.Suara dengungan terdengar di telinga Marsha, pandangannya kabur, kepalanya terasa diputar-putar."Bangun Nona!"Marsha mengerjapkan beberapa kali matanya. Diliatnya langit-langit kamar tidurnya, kemudian diliatnya dua wanita berpakaian seragam pelayan."Masih jam berapa ini, kalian membangunkanku, cepat pergi sana!" Marsha kembali berbaring dan menarik selimutnya.Dua wanita itu tidak menyerah, dia kembali membunyikan alaram dan meletakkan di telinga Marsha."Maaf Nona, ini perintah dari tuan Axton. Mulai dari sekarang anda harus bangun lebih awal."Marsha mengabaikan perkataan pelayan itu, dia tetap menutup matanya dengan rapat.Kedua wanita saling menatap satu sama lain, setelah itu mereka saling mengangguk.Kedua p
Marsha ditinggalkan di kantor, Axton sudah pulang lebih dulu.Marsha sedang menunggu bus, dia menatap ke arah jalan. Kenapa tidak ada yang berubah? Marsha masih menunggu bus. Seharusnya dia sudah menjadi nona cantik dan menikmati hari-harinya dengan tenang, namun nyatanya dia dipaksa untuk bekerja.Axton tidak berada di rumah, dia berada di villa pribadinya, villa yang hanya dia yang tahu.Marsha harus banyak belajar jika ingin bertahan di dunianya.Setibanya dirumah, Marsha melihat Mery duduk di ruang tengah dengan tatapan mematikan."Buatkan aku jus," perintah Mery langsung.Marsha langsung mendesah berat. "Aku bukan pembantu, aku ini calon istri keponakanmu." Marsha kembali berjalan."Dasar wanita jalang!" Mery menarik rambut Marsha dengan kuat. "Beraninya wanita sepertimu membantahku," teriaknya keras.Beberapa pelayan merasa takut jika kemarahan Mery mengenai mereka."Ck, aku hanya ingin tenang, ta
Malam hari.Hotel bintang lima terlihat sangat berkilau, meski dari jarak jauh, hotel itu menjulang sangat tinggi, hanya orang kaya yang bisa masuk ke dalam hotel.Axton dan Marsha turun dari mobil bersamaan. Setiap tahun Axton akan menghadiri pertemuan khusus.Pertemuan itu diperuntukkan untuk kalangan pebisnis di seluruh dunia.Axton memasan nomor kamar. Sebelum pertemuan, Axton akan beristirahat lebih dulu.Axton mengambil rokok elektrik yang ada di sakunya, menghisapnya dan menghembuskan ya berkali-kali.Marsha sangat tertekan ketika bersama Axton, sebulan bersama Axton tidak menjadikannya sebagai wanita kesayangan Axton.Pria itu tetap mengabaikan Marsha, bahkan untuk bercinta saja pria itu tidak sempat.Marsha berdiri tegak di sisi jendela, dia melihat ke arah luar, sungguh hotel ini sangat tinggi, Marsha bisa melihat sisi kota."Jangan mengacau di pertemuan ini, aku akan memperkenalkanmu sebagai
Marsha sudah tidak sadarkan diri, semua orang yang ada di aula pesta berbisik-bisik tentang apa yang terjadi dengan wanita tuan Axton. Axton menahan tubuh Marsha dengan tangannya, di tatapnya wanita itu, terlihat bahwa wajah Marsha habis dipukul oleh seseorang. Dengan segera Axton menggendong Marsha dan membawanya keluar dari gedung itu. Diletakkannya Marsha di dalam mobil, kemudian Axton sendiri menyetir menuju rumah sakit. Sedangkan Tom berada di balik pintu. Tom bersembunyi dari Axton. "Sial! Wanita itu berhasil melarikan diri. "Setelah tiba di rumah sakit, Axton memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Marsha, untungnya gadis itu baik-baik saja. Untuk semenatara waktu Marsha akan di rawat dirumah sakit, Axton menarik kursi dan duduk di samping Marsha. "Aku tidak yakin bahwa kamu wanita yang tepat untuk menjalankan rencanaku, " memandang wajah Marsha dengan seksama. Axron mendapat telepon dari Pak Han.Pak Han menjelaskan bahwa Marsha dibawa Tom ke kamarnya lalu he
Marsha melihat Axton, langsung buru-buru menyantap makanannya. Dengan cepat Axton melangkah menghampiri Marsha. "Muntahkan! Cepat muntahkan. " Dengan suara keras Axton menarik sendok yang ada di mulut Marsha.Nasi goreng yang ada di dalam mulut dikunyah cepat, kemudian di telannya. Marsha membuka mulutnya. "Sudah habis. "Axton kesal. Ia menarik Marsha ke ke arah toilet, lalu meminta Marsha agar segera memuntahkannya. "Keluarkan!" Axton menepuk punggung Marsha."Kamu gila! makananya sudah masuk ke dalam perutku, " menepis tangan Axton. Axton menekan Marsha ke dinding, dan berkata. "Jika kamu tidak memuntahkannya, aku akan menghukummu! " teriak Axton dengan keras.“Sungguh sial, menyingkirlah!” ucap Marsha dengan jengkel.Huekkkk. Marsha memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut agar ia bisa muntah, semenatara Axton menunggu dengan melipat tangan. Hueekk. Akhirnya makanan itu berhasil keluar, Axton memberikan sapu tangannya pada Marsha. Namun Marsha menolaknya. Dengan
Marlon tidak lain adalah paman Axton.Marlon sedang mengadakan rapat dewan mendadak yang diagendakan untuk melengserkan Axton dari posisinya. Marlon memprovokasi Axton dengan dalih menikahi seorang wanita rendahan, bahkan mempekerjakannya sebagai direktur. Memberitahu bahwa Axton merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan para direktur. "Wanita yang tidak tahu asal usulnya ditunjuk sebagai direktur baru. Bukankah menurut kalian ini sudah keterlaluan. CEO Axton bahkan tidak merundingkan pada kalian. " Marlon mempermasalahkan tentang pernikahan Axton. Para direksi mulai kesal. Salah satu direksi berkata. "Axton sangat kelewatan, kita harus menghentikannya sebelum perusahaan mengalami kerugian.""Benar, benar. " Semua direksi yang berkumpul setuju. "Lebih baik kita menggantikan Axton, dan memilih CEO yang baru, tanpa Axton perusahaan pun akan tetap berkembang. "Marlon tersenyum puas. Ia akan berhasil dengan rencananya. Dan memiliki perusahaan Axton. Akhirnya pemimpin rapat memula
Bibi Axton dan putranya tengah menikmati makan steak bersama, dan bergosip."Aku sangat yakin kalau ada yang janggal diantara Axton dan wanita itu. Pasti Axton merencanakan sesuatu. ""Cepat atau lambat kita akan mengetahuinya," ucap Tom."Ayahmu akan meminta untuk bergabung ke perusahaan, pastikan kamu tidak membuat masalah. "***Pernikahan telah usai. Selain berdebat tentang makan mie, tidak ada yang terjadi antara Marsha dan Axton, keduanya berpisah tempat tidur. Marsha terkejut melihat lemari pakaiannya yang ternyata sudah diisi beberapa baju, tas dan juga sepatu. Semua terlihat cantik. Terlebih lagi Marsha melihat baju yang pernah ia lihat di mall."Baju ini, kenapa bisa kebetulan ada disini. " Marsha mengambilnya dari lemari. Lalu Marsha melihat sebuah pesan yang ditulis Axton untuknya diatas sebuah piyama dengan warna lembut di dalam lemari. Marsha mengambil kartu ucapan itu dan membacanya.“Aku membeli beberapa baju, jika butuh yang lainnya, katakan saja pada Pak Han.
Keesokan harinya. Tiga orang wanita masuk ke kamar Marsha. Sedangkan Marsha masih tertidur pulas. "Nyonya, bangun, " salah satu wanita menyentuh Marsha. Marsha perlahan membuka mata, melihat ada orang asing di kamarnya, ia segera duduk dan bersiaga dengan mengambil bantal serta memegangnya dengan erat. "Siapa kalian? " Berteriak. Pak Han muncul kemudian berkata. "Cepatlah bersiap," ucap Pak Han. Marsha ingat bahwa hari ini ia akan menikah dengan Axton. Marsha meletakkan bantal ke tempat semula, kemudian ketiga wanita itu mengarahkannya untuk ke kamar mandi. Marsha didandani sedemikian cantik, gaun penganntinya bahkan sudah disiapkan. Marsha tidak berkomentar, hanya menurut.Setelah selesai. Marsha bercermin, ia tidak menyangka bahwa hari ini ia akan menikah. "Nyonya, anda sudah ditunggu diluar. ""Baiklah, aku akan turun. "Pak Han diluar menunggu. Marsha menyeret gaunnya agar tidak menyentuh tanah, lalu menghampiri Pak Han. "Aku akan mengantarmu," ucap Pak Han me
Toko itu memang menakjubkan, isinya semua pakaian mahal. Akhirnya Marsha hanya memilih kaos oblong dan murah. Setelah selesai memilih baju, ia pun menuju kasir. Petugas kasir terkejut karena Marsha hanya membeli satu baju dengan harga paling murah dan bahkan dengan diskon.Petugas kasir itu pun bertanya. "Apa yakin anda akan memilih baju ini. ""Iya."Kasir membeli kembaliannya dan Marsha mengucap terima kasih.Ketika itu, Marsha yang sudah mendapatkan bajunya berjalan keluar dan berada tak jauh dari tempat Axton sekarang berdiri. Marsha melewati Axton karena fokus berjalan. Axton bukannya memanggil malah memilih mengekor dari belakang. Marsha yang tengah menuruni eskalator, tanpa sadar melihat seorang bocah kecil tanpa dampingan orang tua dan hampir terjatuh. Marsha panik, takut sesuatu yang buruk terjadi pada bocah kecil itu. Ia pun berniat mendekat untuk menolong.Marsha berlari agar segera sampai ke tempat dimana bocah kecil itu berada, ia tak sempat melihat ke langkahnya berpi
Terlihat senyuman di wajah Marsha dengan kedua pipi terdorong naik."Hati-hati di jalan."Axton pergi, Marsha melihat punggung Axton lebar dari belakang. Laki-laki memang sulit di tebak. Kadang baik kadang acuh, itulah laki-laki Marsha. Sambil menunggu Marsha memilih merapikan dapur. Piring dan mangkok yang berserakan dikumpulkan ke wastafel lalu dicucinya. Marsha suka bernyanyi ketika ia senang. Dengan penuh semangat Marsha juga mengelap meja. Dan menyapu rumah. Axton kembali dengan banyak paper bag di tangannya. Semua jenis makanan dibeli Axton untuk Marsha sendiri. Axton hendak naik ke lantai dua, tapi ia mendengar suara Marsha dari arah dapur. Axton belok menuju dapur.lirik lagu yang dinyanyikan Marsha. "Tujuh belas agustus tahun empat lima, itulah,,," nyanyiannya terhenti ketika Axton muncul."Kenapa berhenti, lagunya bagus."Axton meletakkan paper bagnya di atas meja makan. Sadar diri. Marsha tahu kalau suaranya jelek, sebab sejak sekolah nilai seninya dalam vokal sel
Marsha tidak berbalik dan terus berjalan tanpa menoleh meski Axton terus memanggilnya. Saat ini Marsha ingin berlari lalu menghilang dari hadapan Axton, tapi kakinya bahkan masih sulit diangkat. Dengan jalan pincang, Marsha berusaha berjalan cepat. Axton mengekor dari belakang lalu menangkap tangan Marsha. “Berbahaya pulang sendirian.” Memegang tangan Marsha. Dengan kesal Marsha menarik tangannya. “Aku sudah biasa pulang malam, aku tidak takut dengan penjahat,” sautnya. “Aku mengatakannya untuk bayiku.”“Benar-benar menyebalkan.” Bukannya dibujuk malah menambah dongkol di hati. “Cepat naik.” Axton lebih dulu berjalan ke arah mobil. Marsha pasrah dan mengikuti Axton. Axton membuka pintu mobil, mata Marsha menatap tak percaya kalau Axton mau membuka pintu untuknya. Di dalam mobil. Marsha dan Axton tidak bicara, suasananya sunyi. Marsha merasa sesak membuka jendela mobil, tapi belum pun terbuka penuh, Axton langsung menutupnya kembali.“Tidak baik angin malam untuk tubuhmu.” Fo
Marsha berteriak keras. "Lepaskan! " Menghempaskan tangan Tom. Namun Tom menggenggamnya dengan erat. "Coba saja, " alis Tom terangkat.Untungnya Pak Han datang dan menarik tangan Tom dari lengan Marsha. "Jaga sikapmu, dia adalah calon istri dari tuan Axton, " tatapan Pak Han tegas. Tom kesal. "Kamu hanya pelayan dan anjingnya Axton, beraninya kamu menyentuhku, kamu kira siapa? " Pak Han tidak takut, malah senyum kecil. "Apa perlu aku panggil tuan Axton kesini."Tentu Tom saat ini tidak ingin bertemu dengan Axton, karena itu dengan wajah bengisnya ia pergi begitu saja. Marsha terlihat pucat, ia masih takut dengan Tom. "Tidak apa-apa, anggap saja kamu sedang bertemu dengan anjing gila, " ucapnya besar agar Tom mendengarnya. Benar sekali, Tom yang berjalan mendengar dengan jelas, tapi ia tidak berani mengganggu Pak Han. Karena Pak Han itu bukan hanya sekedar Sekretaris Axton melainkan kepercayaan Axton. Jadi mana berani Tom mengganggu orang kepercayaan Axton. Pak Han b
Salah satu karyawan wanita itu menghampiri Marsha. "Apa kamu sedang berbicara tentangku, " tatapnya kesal. Marsha tersenyum. "Ahh, aku pikir tidak akan tersampaikan, tapi ternyata tidak sulit menebak siapa orangnya, " tatap Marsha balik. Dilihat dari penampilannya sudah jelas Marsha lebih cantik, namun tetap saja status Marsha masih belum jelas. "Gadis murahan sepertimu sudah banyak kulihat di dekat tuan Axton, pakingan kamu hanya akan bertahan satu bulan, atau lebih sedikit, " tertawa kecil. Mereka semua menertawakan Marsha. "Jangan khawatir, setelah menikah dengan bosmu itu, kamu orang pertama yang akan aku buang dari kantor ini." Marsha melihat ID wanita itu. "Pernikahan. Kamu pikir punya kesempatan untuk menikah. Hei! Sadar! Hanya berada di atas ranjang, kamu tidak akan bisa menjadi nyonya."Marsha ingin berdebat tapi mengingat ia harus mengantarkan kopi ke Axton, akhirnya Marsha memilih pergi disana. Saat berjalan di lorong menuju ruangan Axton, tatapan orang te