Bunyi bel yang dipencet di unit apartemen Jordi seakan tidak mau sabaran.
Alice yang panik segera keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian lengkap. Ia kemudian memberikan kode kepada Jordi untuk merapikan ranjang yang sudah kacau balau dan mengganti sprei dengan seprai yang baru, tanpa noda.Setelah menyelesaikan itu semua, Alice memberikan kode kepada Jordi agar segera membuka pintu, sementara Alice akan bersembunyi di dalam lemari milik Jordi.Jordi segera keluar dari kamarnya dan menuju ke pintu masuk. Ia melihat ke door view dan mendapati Hana berada di balik pintu."Oh My God. Bad time!" umpat Jordi saat melihat wajah Hana yang sudah ditekuk.Awalnya Jordi ingin langsung membuka pintu, tapi ia melihat sepatu dan tas milik Alice berada di lantai tepat di dekat pintu masuk."Alahmak ..." Jordi segera membawa sepatu dan tas milik Alice ke dalam kamarnya, melemparkannya ke dalam lemari yang sedang di tempati oleh Alice."Aw ... pelan-pelang woi!" umpat Alice."Ada Hana," ucap Jordi pelan.Alice langsung menutup mulutnya sendiri, kemudian Jordi menutup pintu lemari tapi tidak menguncinya sama sekali agar Alice masih bisa mendapatkan pasokan oksigen dari luar.Jordi berlari ke arah pintu dan membukakan pintu untuk Hana."Hana," sapa Jordi dengan senyumannya yang sangat canggung."Lama banget sih, Jor. Loe kemana saja sih?" protes gadis cantik bermata hazel itu saat masuk melewati Jordi."Tidur," jawab Jordi berbohong."Ya elah, Jor. Ini kan sudah jam sebelas siang. Masa loe masih tidur sih, Sayang." Hana mendekati Jordi dan tangannya sudah bergelayut manja di leher Jordi. Hana sangat merindukan Jordi setelah satu minggu pergi jalan-jalan keluar negeri bersama dengan orang tuanya."I-iya. Semalam gue ke club. Jadi bangun kesiangan," jawab Jordi jujur."Loe pergi dengan siapa?" Hana mengernyit curiga. Jordi tidak mengatakan apapun bahwa ia akan pergi ke klub malam setelah kelulusan kuliah."Sama teman-teman gue lah." Jordi berusaha melepaskan pelukkan Hana di lehernya tapi Hana tetap bermanja ria."Sama Alice juga?" tanya Hana curiga.Jordi mengangguk."Kalian mabuk?""Enggak sih. Gue cuma minum jus jeruk.""Alice ikut mabok?""Enggak. Dia minum jus jeruk juga.""Oh ..." Hana memperhatikan leher Jordi yang ada bekas kissmark. Ia semakin mendekati leher Jordi dan mata hazel-nya membulat."Loe ... loe abis tidur sama cewek?" tanya Hana panik."Hah ..." Jordi menjadi gugup. Kesan cool yang biasanya ditampilkan oleh Jordi sudah tidak ada di depan Hana, yang ada hanya kepanikan semata."Ka-kagak!" elak Jordi."Ini di leher loe ada bekas kissmark," tunjuk Hana dengan penuh rasa cemburu ke leher Jordi."Hah ... masa sih?" Jordi pura-pura bodoh."Loe udah macem-macem ya, Jor!" tuduh Hana. Matanya menampilkan ketidaksukaan atas fakta yang baru ia dapatkan."Kagak. Ini cuma alergi!" tegas Jordi yang sudah seperti orang bodoh."Loe lupa kalau gue ini calon dokter? Buka baju loe! Gue mo lihat," paksa Hana yang berusaha membuka kaos yang dikenakan oleh Jordi."Enggak! Apaan sih loe!" tolak Jordi yang tetap tidak mau melakukan keinginan Hana. Bisa bahaya kalau misalkan ketahuan bahwa banyak kissmark yang ditinggalkan Alice di tubuh Jordi. Gawat deh. Bisa perang dunia nanti."Apa sekarang cewek itu ada di sini?" Mata hazel Hana sudah mulai memerah, menahan tangis. Ia sangat menyukai Jordi tapi sepertinya Jordi biasa saja. Tidak menampilkan perasaan apapun terhadapnya. Hana juga sering mendengar bahwa Jordi adalah tipe pria yang suka bergonta-ganti wanita, mungkin one night stand sering dilakukan oleh Jordi, tapi tidak kepada Hana. Jordi bahkan tidak pernah mencium bibir Hana sama sekali. Selama satu tahun ... tidak ada sentuhan sama sekali. Kaku, bagaikan bukan pasangan kekasih."Cewek mana sih maksud loe?" Nada suara Jordi naik satu oktaf."Berarti benar yang orang-orang katakan tentang loe." Hana menitikkan air matanya yang penuh kesedihan."Apa?""Loe suka one night stand," pekik Hana.Jordi menarik nafas dalam-dalam."Kalau iya memang kenapa?" ketus Jordi. Biarlah Hana salah paham sesuai dengan tuduhan orang-orang, yang terpenting tidak ketahuan bahwa Jordi baru saja berhubungan intim dengan Alice. Terserah Hana mau berkata apa. Jordi tidak peduli. Ia sama sekali tidak mencintai Hana. Jordi berpacaran dengan Hana juga karena terpaksa, Alice terlalu memaksanya untuk mencoba berhubungan dengan Hana.PLAK!Hana menampar pipi Jordi hingga merah. Sungguh ... Hana sangat sakit hati dengan pengakuan Jordi. Mereka akan bertunangan sebulan lagi, tapi Jordi malah one night stand dengan perempuan lain."Kita akan bertunangan sebulan lagi, Jor! Kenapa loe tega banget melakukan semua ini sama gue? Apa salah gue?" Hana memukul dadanya sendiri sambil menangis. Perih, sakit dan kecewa, itulah yang dirasakan oleh Hana. Pria yang sangat ia sukai semenjak bangku sekolah dasar sama sekali tidak memberikan respon positif terhadapnya."Ya kalau loe gak terima, batalin aja!" jawab Jordi dengan sangat cuek."Gila! Kenapa loe semudah itu bilang batalin? Apa loe gak menghargai gue?""Gue menghargai loe dan orang tua loe, sehingga gue mau aja berpacaran dan bertunangan sama loe. Tapi untuk mencintai loe, gue rasa loe udah tahu apa jawaban gue dari dulu sampai sekarang," tegas Jordi."JORDI!" pekik Hana untuk menghentikan ucapan Jordi yang semakin menyayat hatinya."Terserah loe mau bagaimana, gue bener-bener gak peduli. Please jangan urusin semua masalah pribadi gue. Kita berpacaran karena paksaan orang tua bukan atas dasar saling cinta. Gue sudah berusaha, tapi memang gak bisa. Jadi jangan salahin gue!" tukas Jordi dengan rasa tidak pedulinya. Ia bahkan tidak mau melihat mata Hana yang sudah basah dengan air mata."Apa ini semua karena Alice?" tuduh Hana. Ia memang sangat cemburu terhadap Alice yang sepertinya menguasai waktu milik Jordi. Bahkan saat mereka kencan pun, Alice selalu ikut bersama. Jordi dan Hana yang berkencan, tapi malah Jordi yang selalu berbicara, bercanda dengan Alice. Bagaimana Hana tidak kesal?Tapi semua itu berubah semenjak Alice berpacaran dengan Nino, satu bulan setelah Hana berpacaran dengan Jordi. Alice tidak ikut lagi bersama dengan Jordi, tidak mengikuti Jordi kemanapun Jordi pergi dan semua itu membuat Hana lega.Hana pikir dengan Alice memiliki kekasih, maka Jordi tidak akan terpaku dengan Alice lagi, tapi Hana salah. Jordi malah menempel terus saat Alice berkencan dengan Nino. Bahkan Jordi selalu menolak ajakkan Hana untuk pergi berkencan. Sungguh aneh.Mereka mengatakan bahwa mereka adalah sahabat sejati. Tidak ada perasaan apapun, tapi mengapa Hana melihat Jordi seperti orang yang cemburu dengan kedekatan Nino dan Alice? Munafik!"Loe jangan asal tuduh. Gue dan Alice itu bersahabat!" tukas Jordi dengan sangat yakin meskipun hatinya tidak yakin."Bullshit!" bentak Hana."Terserah loe mau percaya apa gak. Gue bener-bener gak peduli dengan omong kosong loe. Lebih baik loe pergi dari sini. Gue mual lihat loe," usir Jordi dengan kasar.Masalah Jordi dengan Alice belum selesai dan Jordi ingin cepat menyelesaikannya sehingga ia harus mengusir Hana keluar dari apartemennya. Segera!BRAK!Tiba-tiba terdengar bunyi barang jatuh dari kamar Jordi dan membuat Hana semakin curiga bahwa Jordi menyembunyikan seseorang di kamarnya."Siapa itu?" bentak Hana, "teman one night stand kamu?" Hati Hana semakin panas.Jordi panik karena mendengar barang jatuh. "Apa Alice jatuh? Pingsankah?" gumam Jordi di dalam hati. Ia menjadi sangat khawatir dengan Alice yang masih berada di dalam lemari. Ia bahkan tidak peduli dengan tuduhan Hana. Rasanya Jordi ingin segera mengusir Hana keluar dari apartemennya sekarang."Ini bukan urusan loe, jadi lebih baik loe keluar dari sini. Gue masih mau lanjutin bercinta sama cewek cantik yang ada di kamar gue. Jadi please ... loe jangan ganggu kesenangan gue!" Jordi menarik tangan Hana untuk keluar dari unit apartemennya walaupun Hana masih berusaha untuk tetap bertahan. Tenaga Hana kalah jauh dari Jordi sehingga terpaksa Hana keluar dari unit apartemen Jordi dengan perasaan yang kacau."JORDI!" teriak Hana yang masih memukul pintu unit apartemen Jordi.Jordi sudah tidak mau meladeni Hana lagi. Biarlah nanti Hana mengadu kepada orang tuanya ataupun orang tua Jordi. Jordi sama sekali tidak peduli, yang terpenting sekarang adalah bagaimana keadaan Alice.Jordi berlari ke
"Jalan hidup masih panjang, Jor. Lagian loe juga tidak mungkin menikah sama gue."Jordi bangkit berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan pelan mendekati Alice yang masih sibuk makan. Ia lalu menarik kursi yang ada di samping Alice dan mengarahkan tubuh Alice untuk menghadap ke arahnya."Maksud loe?""Loe itu gak ada perasaan sama sekali ke gue. Gak ada cinta, lalu kenapa harus memaksa menikah. Apalagi terpaksa karena gue hamil. Kasihan anak gue nanti," jelas Alice seakan tidak peduli dengan tatapan nanar dari mata Jordi."Kalau gue bilang gue cinta sama loe gimana?""Ngaco loe!" Alice dengan sigap menoyor dahi Jordi. "Masih terpengaruh obat ya loe?" ledek Alice yang tersenyum bingung."Serius." Jordi menatap manik Alice dengan sangat dalam."Sudahlah ... jangan karena kejadian semalam, loe bilang cinta sama gue. Gue tuh gak minta pertanggung jawaban sama sekali sama loe. Sudahlah, jangan terbebani!" tegas Alice yang ingin mengakhiri pembicaraan sia-sia ini."Bukan karena semalam juga
"Enggak!" tegas Alice walaupun ia sangat malu. Bisa-bisanya ia melayani bibir Jordi yang menggoda itu."Haha ... jangan bohong, loe. Gue tahu loe suka banget kalau gue kiss." Jordi terkekeh geli melihat Alice yang semakin salah tingkah."Pret lah loe. Sudah! Gue mau pulang aja." Alice menyingkirkan Jordi dari hadapannya lalu mulai mengambil tas dan sepatunya."Eh ... Hana itu masih ada di depan tahu!" ucap Jordi berbohong. Apalagi tujuannya selain menahan Alice lebih lama di dalam apartemennya."Serius loe?" Alice menurunkan lagi tasnya."Kenapa juga gue gak serius?""Jadi kapan gue bisa pulang dong?" tanya Alice yang mulai putus asa. Ia sudah tidak kuat bersama dengan Jordi di satu tempat yang sama. Jantungnya berdebar terus tidak karuan."Nanti malam saja. Gue anter loe. Ntar loe pake hoodie sama tas gue aja. Jadi gak ketahuan kalau loe tu cewe. Oh ya ... jangan lupa pakai masker dan kacamata hitam.""ARGH! Jordi, koq jadi ribet begini sih?" Alice menghentakkan kakinya di lantai. Bet
"Ya itu karena gue masih mengantuk dan loe ganggu gue," sahut Jordi kesal. Ia mencari alasan sebisanya untuk menyingkirkan Hana dan Norita dari apartemennya."Ah ... bohonglah," tampik Hana yang masih tidak percaya dengan Jordi."Kalian itu benar-benar tidak percaya kepada saya ya?" protes Jordi. Ia pura-pura mengambil minum di dapur sekaligus menjaga tempat persembunyian dari Alice itu agar tidak dikunjungi oleh Norita dan Hana."Tapi ada jejak kissmark di leher kamu, Jor!" Sekarang suara Hana mulai keluar dengan nada protesnya."Ya elah ... namanya juga di club. Semua orang mabuk. Jadi kalau ada wanita mabuk yang memberikan kissmark leher saya, ya biasa saja kali," kilah Jordi lagi."Jadi semalam kamu mabuk? Ya ampun Jordi! Mama itu sudah berulang kali mengatakan kepada kamu bahwa kamu tidak boleh mabuk!" ucap Norita geram."Ya kemarin kan acara kelulusan, baru lulus sidang, Ma! Sekali-sekali mabuk tidak apa-apa lah, Ma," jelas Jordi sambil meneguk air minum dari gelasnya. Rasanya ha
"Tapi loe janji dulu satu hal sama gue!" Jordi menatap mata Alice yang berkilauan karena air mata."Apa?""Janji dulu!""Ah ... ini sih janji yang menjebak! Males gue janjian sama loe mah," kilah Alice. Ia terlalu sering ditipu dan dijebak oleh janji Jordi dimana yang menderita terakhir adalah dirinya. Alice sudah hafal benar dengan tingkah laku menyebalkan Jordi ini."Enggak. Kali ini gue gak bakal bohong deh!" Jordi menatap manik cantik Alice. Ia berusaha meyakinkan Alice dari pandangan matanya yang sangat serius."Gue dengerin dulu, loe maunya apa. Kalau make sense buat gue, baru mau gue lakuin." Sekarang Alice lebih pintar daripada sebelumnya. Tidak terlalu pasrah dan percaya kepada janji dan bualan Jordi."Haha ... udah mulai pinter ya loe?" Jordi menoyor kening Alice dengan pelan."M""Gue pengen loe gak akan pernah ninggalin gue," pinta Jordi dengan sangat serius."Hmm ...""Kenapa loe malah mikir sih?" protes Jordi kesal."Ini janji yang sulit, Jor.""Maksud loe itu bagaimana s
Ting!Ponsel Alice berbunyi, menandakan adanya pesan masuk. Alice segera meraih ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkan pesan kepadanya.Jordi : [Alice, jangan pernah loe berpikir untuk meninggalkan gue! Karena gue akan mengejar loe sampai kapanpun. Gue cinta mati sama loe dan gak akan ada yang bisa gantiin loe di hati gue!]Alice menatap layar pipih di ponselnya itu. Menghela nafas kasar."ARGH! Kenapa bisa seperti ini sih?" jerit Alice di dalam hati sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Kacau ... itulah kata yang paling tepat untuk Alice saat ini.Ting!Ponsel Alice kembali berbunyi. Dengan malas, Alice melihat kembali isi pesan dan kemungkinan besar berasal dari Jordi dan ternyata Alice salah. Orang yang mengirimkan pesan adalah Nino. Kekasihnya yang sekarang sedang berada di luar kota karena pekerjaannya.Nino : [Hai, sayang. Kamu sedang apa? Kemarin kamu pulang jam berapa? Koq tidak memberitahu saya?]Alice : [Maaf. Saya lupa. Semalam itu Jordi sakit. Jadi saya membantu mer
Alice sungguh terkejut dengan kehadiran pria yang ada di hadapannya itu. "Surprise!" Nino langsung berhamburan memeluk tubuh Alice yang masih terkejut dengan kedatangannya."Bu-bukannya kamu mau kembali ke Jakarta besok?" tanya Alice bingung.Nino mencium pucuk kepala Alice dan melepaskan pelukan rindunya."Saya sebenarnya besok baru selesai semua pekerjaan, tapi karena saya sudah sangat rindu kepada kamu, maka saya langsung pulang dan menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin," ucap Nino dengan senyumannya yang sangat khas. Senyuman meluluhkan hati Alice."Ayo masuk. Duduk terlebih dahulu." Alice mempersilahkan Nino masuk ke dalam rumahnya. Pintu rumah tetap Alice biarkan terbuka.Nino duduk di tempat duduk yang terbuat dari rotan. Cukup nyaman tapi tidak terlalu empuk karena bantalannya sudah mulai menipis."Sebentar ya, saya ambilkan minum terlebih dahulu." Alice masuk ke dapur dan mengambilkan air putih untuk Nino. Tentu saja pastinya Nino kehausan. Secara Nino berkata kepada Alice
Alice gelagapan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Menerima Nino sebagai suaminya? Tidak ... Alice terlalu kotor untuk itu. Nino tidak pantas mendapatkan Alice yang baru saja rusak."Alice," panggil Nino lembut dan membuyarkan lamunan dari Alice."Ya ... ya," jawab Alice gugup."Apakah kamu mau menikah dengan saya?" Nino mengulang lagi pertanyaannya. Posisinya masih sama, berlutut sambil mengarahkan kotak berisi cincin di hadapan Alice."Sa-saya ..." Alice bingung harus menjawab apa.Ingin mengatakan ya, tapi Alice tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa ia tidak cinta terhadap Nino. Bagaimana pula pernikahan tanpa cinta ini akan berlanjut? Kasihan Nino yang terlalu berharap kepada Alice.Dalam sebelas bulan Alice menjalin hubungan dengan Nino, ia sudah sangat berusaha untuk mencintai Nino, tapi entah kenapa sangat sulit. Apalagi Jordi selalu menganggu kebersamaan mereka untuk mengenal satu sama lain.Jika Alice mengatakan tidak, maka pasti Nino akan sangat kecewa terhadap Alic