Share

Bab 4

Penulis: De_anothe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-06 23:56:06

Pada minggu pagi, seperti biasanya Lyona sedang bermalas-malasan di atas ranjangnya. Ia hanya berguling ke kanan dan ke kiri lalu berhenti dan menatap langit-langit kamarnya. Ia ditinggal sendirian oleh kedua orang tuanya yang sedang berkunjung ke paman Lyona di kota. Juki merupakan kakak kedua dari ayah Lyona yang merantau ke kota setalah lulus sekolah untuk mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih besar daripada di desa. Ayah Lyona tinggal di sebuah desa yang mayoritas penduduknya adalah petani dan ia merantau ke pesisir untuk menjadi pelaut. Mimpi ayahnya itu bermula ketika ia diajak kakek Lyona berlibur ke pantai dan ia melihat para pelaut yang sedang berlayar dan nelayan-nelayan yang sedang mencari ikan dengan perahu. Ayah Lyona sangat suka menaiki perahu dan suasana laut. Dalam benaknya, ia merasa sangat luas ketika berlayar di laut. Oleh karena itu, ia pun mendaftarkan dirinya untuk menjadi pelaut namun sayangnya ia tidak lolos tes untuk menjadi seorang pelayaran. Karena ia merupakan orang yang ikhlas dan gigih, akhirnya ia pun tetap menetapkan diri untuk bekerja di pesisir dan akhirnya menjadi nelayan. Hingga sekarang, ia masih menyukai laut. Karenanya walaupun uang yang dihasilkan tidak seberapa dibandingkan gaji pelaut, ia tetap dengan tekun melakukannya dengan hati yang ikhlas.

Lyona membuka ponselnya dan masuk ke situsnya. Ia melihat dengan seksama dan situsnya belum ada yang mendaftar. Lalu ia pun bangkit dan mengambil handuk. Ia mengambil sepasang baju ganti dan bergegas mandi. 15 menit kemudian ia kembali ke kamarnya dengan berlari kecil. Lalu ia membuka laptopnya dan masuk ke situsnya. Ia menunggu dengan sabar para calon anak didiknya. Lama ia menatap, akhirnya ia bosan dan perutnya lapar. Lyona pun keluar kamarnya dan mengambil nasi juga lauk, dimakannya dengan lahap. Lyona jika sudah makan, maka ia tidak akan teralihkan oleh apapun dan akan fokus ke makanannya apalagi jika sudah menu favoritnya. Ia makan dengan lahap dan melahap sesendok dan sesendok lainnya dengan teratur. Makanannya pun telah habis dan ia mengambil segelas penuh air. Ia kembali duduk dan minum air di gelasnya dengan seteguk demi seteguk. Ia menaruh gelasnya di atas meja dan menuju kamarnya, ia melihat laptopnya dan situsnya masih tetap seperti sebelumnya. Ia pun kembali ke meja makan dan membersihkan piring dan gelasnya. Ia membawa peralatan makannya ke wastafel untuk dicuci dan selesai mencuci, ia mengambil lap untuk mengalap meja makan.

Lyona kembali ke kamarnya dan menghela napas panjang. Ia kembali duduk di depan laptopnya dengan hilang semangat. Namun, ketika ia melihat menghidupkan laptopnya, ia melihat ada yang mengirim pesan kepadanya. Mata Lyona menemukan cahayanya kembali dan ia menganga tidak percaya. matanya terbelalak dan ia menutup mulut menganganya dengan tangan. Ia bergetar tidak percaya, ia mencoba menarik napas menenangkan diri dan menghembuskannya. Ia pun membalas klien pertamanya itu. Masih tidak percaya, ia berkali-kali membaca pesan tersebut dan senyumnya semakin melebar.

“Ini beneran? Astaga…..” ucapnya tidak percaya.

Klien pertama yang Lyona terima terasa sangat berharga baginya. Ia pun dengan antusias menunggu klien tersebut menjawab pesannya dan ia akan berusaha untuk seramah mungkin. Ia pun mulai menanyakan nama, jenjang pendidikan, dan mata pelajaran yang kliennya pilih. Selama 2 menit belum ada jawaban. Lalu Lyona berdiri dan mengambil segelas air, ia mendadak merasa gugup menyambut klien pertamanya. Lalu kliennya menjawab, ia bernama Malva dan duduk di bangku SMP. Lyona berpikir bahwa ini sangat pas, mengingat dirinya yang masih SMA dan pastinya sudah paham dengan materi-materi SMP. Lyona kembali membalas dan menanyakan mata pelajaran apa yang akan ia ambil serta waktu lesnya. Malva menjawab bahwa ia ingin semua mata pelajaran, namun spesifik ke matematika dan ia ingin sekitar pukul 19.00. Lyona pun berpikir sejenak. Ia merasa sedikit lupa dengan materi-materi mata pelajaran SMP. Namun ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan berusaha semaksimal mungkin dan akan membantu kliennya hingga ia bisa. Lalu masalah waktu, Lyona masih berpikir cara untuk membagi waktunya dengan mengerjakan tugas-tugasnya. Akhirnya ia mengiyakan keinginan kliennya tersebut, namun ia juga menuliskan bahwa ia tidak bisa setiap hari mengadakan les. Klien tersebut tidak langsung menjawab.

Lyona menatap layar monitor sekitar 5 menit menunggu jawaban, namun belum juga dijwab oleh kliennya. Lalu ia merasa mengantuk dan akhirnya membuka pemutar musik dan memutar musik di ponselnya. Lalu Malva membalas, ia mengiyakan permintaan Lyona tersebut. Senyum Lyona kembali melebar setelah membaca pesan kliennya. Lalu belum sempat membalas, Malva menanyakan berapa biaya untuk lesnya. Lyona pun sadar ia belum memperkirakan biayanya dan ia mengetuk-ketukkan jari-jarinya. Ia pun mencari di G****e berapa biaya les online dan ia mendapatkan pencerahan. Ia pun menawarkan 50 ribu untuk 1 jamnya dan itu sudah mencakup semua mata pelajaran. Lalu Malva menjawab akan menanyakannya dahulu kepada ibunya. Lyona pun bangkit dari tempat duduknya dan membawa laptopnya ke ranjangnya dan ia merebahkan diri di sebelah laptopnya sambil menunggu kliennya.

Hampir tertidur, ia seketika bangun setelah mendengar notifikasi pesannya. Kliennya setuju dan ingin sekitar 1-2 jam setiap les. Lalu Lyona menjawab dengan senang. Lalu Malva bertanya apakah les tersebut bisa offline atau tidak. Lyona pun menjawabnya dan mengatakan untuk saat ini hanya bisa lewat online saja. Walaupun kliennya mengiyakan, namun Lyona tahu bahwa ia pasti sedikit kecewa. Akhirnya ia menawarkan untuk sesekali zoom pada saat-saat tertentu dan akan selalu mendampinginya, dan ketika ia kesulitan Lyona akan mudah untuk mengajari dan memberikan solusi. Lyona pun juga menuliskan bahwa ia akan membantu kliennya tersebut untuk bisa dan paham dalam mata pelajaran yang dirasanya sulit. Malva membalas dengan sangat ramah dan berterima kasih kepada Lyona dan memberikan emoji love. Lyona merasa gemas dengan kliennya ini, dan ia pun membalasnya dengan menggunakan emoji juga. Ia merasa sangat tidak sabar untuk memulainya segera.

Lyona membuka new tab pada G****e-nya dan mencari materi-materi kembali SMP agar ia bisa memberikan sekaligus belajar lagi saat memulai lesnya. Ia menggulirkan halaman barunya dengan melihat-lihat materi apa saja yang sekiranya pas untuk ia bagikan nanti.

“Apa ya kira-kira?” tanyanya pada diri sendiri.

“Udah kelamaan gak SMP jadi lupa,” ucapnya. “Astaga. Gak boleh. Pokoknya aku harus inget dan bisa ngajarin muridku,” tegasnya pada dirinya.

Ia pun menyalin beberapa link yang menurutnya cocok untuk diberikan nanti kepada muridnya. Secara khusus, Lyona ingin menyebut Malva sebagai murid daripada klien. Namun ia akan memanggilnya ‘adik’ saja agar lebih enak dan nyaman. Ia pun membuka link-link tersebut dan mempelajari materi-materi tersebut satu-persatu. Ia tidak ingin mengecewakan sedikit pun kliennya.

“Ini gimana ya dulu?” ia mengetuk-ketukkan jari-jarinya di sebelah touchpad laptopnya untuk mengingat-ingat.

“Harus dicatat dan dipelajari kembali ini.” Lyona pun turun dari ranjangnya.

Ia mengambil notebook miliknya yang masih kosong dan mengambil alat tulis di tasnya. Ia pun kembali ke ranjangnya dan menatap dengan serius monitor yang ada di depannya. Ia mencatat dan menggulir-gulirkan perlahan materi-materi itu. Ia sangat serius hingga rasa kantuknya hilang. Selama beberapa lama, ia tetap seperti itu dan fokusnya teralihkan sewaktu ada notifikasi dari ponselnya. Ia melirik layar ponselnya dan melihat apa notifikasi yang masuk. Notifikasi tersebut berasal dari grup kelasnya dan berisikan informasi-informasi dari sekolah yang dikirim ke grup kelas. Ia mengabaikan dan melanjutkan mecatatnya.

De_anothe

Maaf aku baru bisa update sekarang. Soalnya lagi sibuk banget akhir-akhir ini. Oh ya, terima kasih kepada para readers yang sudah membaca dan selamat membaca bab baru.

| Sukai

Bab terkait

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 5

    Satu minggu pertama telah berlalu dan Lyona masih memiliki 1 murid. Kendati demikian, ia tetap menerima karena baginya berbagi ilmu lebih utama dibandingkan gaji. Awalnya memang ia membuka les online untuk mendapatkan uang sebagai biaya study tour-nya, namun ketika melakukannya ia lebih merasa senang karena bisa membantu. Ia pun akhirnya mempunyai keinginan untuk menjalankan lesnya meskipun uang yang ia targetkan sudah terkumpul. Ia pun juga selalu menanyakan bagaimana pembelajarannya, dan ia menerima ulasan yang baik dari Malva. Malva mengatakan cara ia mengajarinya sangat sabar dan juga asyik. Lyona menjelaskan berulang-ulang hal yang belum dipahami hingga muridnya paham, karena jika muridnya tidak paham dan ia terus melanjutkan materinya ia merasa tidak ada gunanya. Hal itu sama saja tidak mengajari apa-apa. Yang terpenting muridnya paham dan bisa dengan apa yang diajarkannya. Ia tidak keberatan untuk menjelaskan kembali dan berulang-ulang jika ada materi yang belum dipah

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Teardrops in the Cold Water   Bab 6

    Pagi ini Lyona bangun 25 menit lebih lambat dari biasanya. Saat melihat jam dinding di kamarnya, ia bergegas bangun dan mengambil seragamnya. Dengan berlari, ia mengambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Ia hampir tersandung kakinya sendiri saat berlari. Tidak seperti biasanya. Hari ini ia sendirian di rumah dan tidak ada yang membangunkannya. Kedua orang tuanya sedang berada di luar kota untuk urusan perdagangan ikan bersama beberapa warga. Biasanya ia akan dibangunkan jika tidak segera bangun. Karena itulah ia melewatkan waktu bangunnya. Sangat ceroboh pikirnya. Lyona menghabiskan waktu 15 menit untuk mandi dan memakai seragamnya. Lyona memutuskan untuk memakai bedak saja dan langsung berangkat ke sekolah. Pada hari biasa, ia menghabiskan 15 menit untuk mandi, 10 menit memakai seragam, dan 5 menit berdandan. Lyona memang tidak memakai make up ke sekolah, namun ia tetap memakai bedak, sunscreen, dan lip balm. Setelah aktivitas paginya itu, ia biasanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Teardrops in the Cold Water   Bab 7

    Lyona berjalan dengan setengah menyeret kakinya. Nyeri karena berlari pagi tadi masih sedikit terasa dan itu membuat kakinya kaku. Ia berjalan sambil melamun karena uang yang diterimanya. Ia pun juga mulai memikirkan orang tuanya, bagaimana keadaannya dan apakah mereka baik-baik saja di sana. Ia menatap jalan yang ia lalui tanpa mengangkat tatapannya. Ia fokus dengan pikiran-pikiran yang terlintas di kepalanya. Bahkan ia berkedip 5 detik sekali. Kebiasaan yang sulit hilang. Di belakang Lyona ada yang berjalan memerhatikannya. Ia menatap Lyona sejak tadi tanpa Lyona sadari. Ia pun was-was jika Lyona akan tahu ia sedang mengikutinya. Karenanya, ia berjalan lebih lambat karena kaki panjangnya sebanding dengan 2 langkah kaki Lyona. Seitar 5 meter di belakang Lyona. Tidak tanggung-tanggung, ia mengikuti Lyona hingga ke daerah pemukimannya. Ia berhenti tepat di gapura masuk dan mengangkat kepalanya membaca nama yang terdapat di gapura. Sejenak ia melihat daerah itu dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-13
  • Teardrops in the Cold Water   Bab 8

    Alarm Lyona berbunyi nyaring dan Lyona seketika terbangun dari mimpinya. Alarm tersebut sengaja ia nyalakan dengan nada yang nyaring agar dirinya tidak lagi telat seperti kemarin. Namun tetap saja ia terkejut dengan nyaringnya alarm tersebut. Seperti alarm darurat ketika terjadi suatu bencana atau akan datangnya ombak besar pesisir, senyaring itu untuk luas kamarnya. Ia menghela napas ketika bangun dan mematikan ‘alarm kematian’-nya itu. “Hampir saja kena serangan jantung. Astaga, ternyata senyaring ini suaranya. Aku harus menggantinya nanti.” Lyona berdiri dan menghela napas agar dirinya kembali tenang. Ia pun bangkit dan menyambar seragamnya yang sudah digantungnya semalam. Ia berjalan santai menuju kamar mandi, karena ini masih pagi dan meskipun ia bergerak seperti siput pun tidak akan terlambat. Ia mengambil handuk dan masuk kamar mandi dengan menguap lebar yang ia biarkan saja tidak ditutup tangan. Ia bersenandung sambil mandi. Entah karena keadaan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Teardrops in the Cold Water   Bab 1

    Hari itu sangat panas di pesisir, orang-orang sibuk dengan urusan mereka. Orang-orang berlalu-lalang tanpa peduli dengan panasnya udara yang menerpa diri mereka. Bagaimana pun keadaan dan cuacanya mereka harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka melakukannya dengan semangat yang tinggi demi sesuap nasi. Lyona, seorang siswi SMA terlihat keluar dari rumahnya untuk berangkat ke sekolah. Ia menyapa orang-orang yang dilewatinya dengan senyum manisnya. “Selamat pagi ibu,” sapanya kepada seorang ibu yang berangkat ke pasar untuk menjual ikan. “Oh. Pagi neng Lyona, mau berangkat sekolah neng?” tanya ibu tersebut. “Iya bu. Ini ibu mau ke pasar?” “Iya neng. Mau jualan hasil tangkapan semalem.” “Oh iya. Semoga laris manis ya bu.” “Amin. Terima kasih neng.” “Sama – sama ibu.” Setelah bertegur sapa Lyona dan ibu tersebut mengambil jalan berbeda dengan tujuan yang berbeda pula. Lyona dengan menggendong tas abu-abun

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Teardrops in the Cold Water   Bab 2

    Lyona pulang setelah berpamitan dengan temannya. Hari pertama yang berat pikirnya. Memang tidak mudah bagi Lyona untuk bersosialisasi, ia terkenal anak yang pendiam sejak kecil. Bukan karena dia lemah atau penakut, namun ia tidak ingin kata – katanya menyakiti hati orang lain. Lyona takut akan berkata yang kurang pantas apalagi ketika ia marah, dirinya dapat melontarkan kata – kata yang buruk. Ia berjalan dengan senyum cerah agar dirinya tetap dalam mood yang baik. Ia tidak sabar bercerita kepada ibunya bagaimana hari pertamanya. Ia akan menceritakan bahagianya dia agar sang ibu tenang dan tidak gelisah lagi terhadap dunia persekolahnnya setelah masalah di sekolah lamanya. Lyona sempat dibully dan difitnah habis – habisan oleh teman – temannya di sekolah sebelumnya dan berakhir Lyona yang terpuruk secara mental. Masalahnya mungkin terdengar sepele, hanya karena salah satu teman perempuannya tidak suka jika pacarnya punya perasaan lebih terhadap Lyona. Padahal Lyona sendi

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Teardrops in the Cold Water   Bab 3

    Melihat bagaimana orang tuanya mengusahakan dirinya untuk tetap ikut membuat Lyona merasa membebani. Ia pun memutuskan untuk mencari kerja paruh waktu yang bisa ia lakukan disela-sela sekolahnya. Ada beberapa pekerjaan yang bisa ia lakukan saat ini. Namun, ia pikir jika dirinya melakukan ini terang-terangan, maka orang tuanya akan marah. Lama ia berlarut dalam pikirannya. Pada saat itu, ia mendengar teman-temannya sedang membicarakan tentang les dan juga bayaran les adik Karine. Lyona pun seperti mendapat sambaran petir dalam dirinya. Dengan senyum bahagianya, ia pun bertanya tentang les itu. “Maaf menyela, les kayak gitu diadakan kapan?” Lyona bertanya langsung pada intinya. Ia menunggu jawaban temannya dengan penuh harap. “Ah, kalau itu tergantung yang minta sih. Bisa juga buat janji dulu, bisanya yang ngasih les kapan dan yang les bisanya kapan.” Okky menjawab pertanyaan Lyona. “Kamu mau les juga nih?” goda Sekta. “Ah, bukan gitu, c

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-28

Bab terbaru

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 8

    Alarm Lyona berbunyi nyaring dan Lyona seketika terbangun dari mimpinya. Alarm tersebut sengaja ia nyalakan dengan nada yang nyaring agar dirinya tidak lagi telat seperti kemarin. Namun tetap saja ia terkejut dengan nyaringnya alarm tersebut. Seperti alarm darurat ketika terjadi suatu bencana atau akan datangnya ombak besar pesisir, senyaring itu untuk luas kamarnya. Ia menghela napas ketika bangun dan mematikan ‘alarm kematian’-nya itu. “Hampir saja kena serangan jantung. Astaga, ternyata senyaring ini suaranya. Aku harus menggantinya nanti.” Lyona berdiri dan menghela napas agar dirinya kembali tenang. Ia pun bangkit dan menyambar seragamnya yang sudah digantungnya semalam. Ia berjalan santai menuju kamar mandi, karena ini masih pagi dan meskipun ia bergerak seperti siput pun tidak akan terlambat. Ia mengambil handuk dan masuk kamar mandi dengan menguap lebar yang ia biarkan saja tidak ditutup tangan. Ia bersenandung sambil mandi. Entah karena keadaan

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 7

    Lyona berjalan dengan setengah menyeret kakinya. Nyeri karena berlari pagi tadi masih sedikit terasa dan itu membuat kakinya kaku. Ia berjalan sambil melamun karena uang yang diterimanya. Ia pun juga mulai memikirkan orang tuanya, bagaimana keadaannya dan apakah mereka baik-baik saja di sana. Ia menatap jalan yang ia lalui tanpa mengangkat tatapannya. Ia fokus dengan pikiran-pikiran yang terlintas di kepalanya. Bahkan ia berkedip 5 detik sekali. Kebiasaan yang sulit hilang. Di belakang Lyona ada yang berjalan memerhatikannya. Ia menatap Lyona sejak tadi tanpa Lyona sadari. Ia pun was-was jika Lyona akan tahu ia sedang mengikutinya. Karenanya, ia berjalan lebih lambat karena kaki panjangnya sebanding dengan 2 langkah kaki Lyona. Seitar 5 meter di belakang Lyona. Tidak tanggung-tanggung, ia mengikuti Lyona hingga ke daerah pemukimannya. Ia berhenti tepat di gapura masuk dan mengangkat kepalanya membaca nama yang terdapat di gapura. Sejenak ia melihat daerah itu dan

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 6

    Pagi ini Lyona bangun 25 menit lebih lambat dari biasanya. Saat melihat jam dinding di kamarnya, ia bergegas bangun dan mengambil seragamnya. Dengan berlari, ia mengambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Ia hampir tersandung kakinya sendiri saat berlari. Tidak seperti biasanya. Hari ini ia sendirian di rumah dan tidak ada yang membangunkannya. Kedua orang tuanya sedang berada di luar kota untuk urusan perdagangan ikan bersama beberapa warga. Biasanya ia akan dibangunkan jika tidak segera bangun. Karena itulah ia melewatkan waktu bangunnya. Sangat ceroboh pikirnya. Lyona menghabiskan waktu 15 menit untuk mandi dan memakai seragamnya. Lyona memutuskan untuk memakai bedak saja dan langsung berangkat ke sekolah. Pada hari biasa, ia menghabiskan 15 menit untuk mandi, 10 menit memakai seragam, dan 5 menit berdandan. Lyona memang tidak memakai make up ke sekolah, namun ia tetap memakai bedak, sunscreen, dan lip balm. Setelah aktivitas paginya itu, ia biasanya

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 5

    Satu minggu pertama telah berlalu dan Lyona masih memiliki 1 murid. Kendati demikian, ia tetap menerima karena baginya berbagi ilmu lebih utama dibandingkan gaji. Awalnya memang ia membuka les online untuk mendapatkan uang sebagai biaya study tour-nya, namun ketika melakukannya ia lebih merasa senang karena bisa membantu. Ia pun akhirnya mempunyai keinginan untuk menjalankan lesnya meskipun uang yang ia targetkan sudah terkumpul. Ia pun juga selalu menanyakan bagaimana pembelajarannya, dan ia menerima ulasan yang baik dari Malva. Malva mengatakan cara ia mengajarinya sangat sabar dan juga asyik. Lyona menjelaskan berulang-ulang hal yang belum dipahami hingga muridnya paham, karena jika muridnya tidak paham dan ia terus melanjutkan materinya ia merasa tidak ada gunanya. Hal itu sama saja tidak mengajari apa-apa. Yang terpenting muridnya paham dan bisa dengan apa yang diajarkannya. Ia tidak keberatan untuk menjelaskan kembali dan berulang-ulang jika ada materi yang belum dipah

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 4

    Pada minggu pagi, seperti biasanya Lyona sedang bermalas-malasan di atas ranjangnya. Ia hanya berguling ke kanan dan ke kiri lalu berhenti dan menatap langit-langit kamarnya. Ia ditinggal sendirian oleh kedua orang tuanya yang sedang berkunjung ke paman Lyona di kota. Juki merupakan kakak kedua dari ayah Lyona yang merantau ke kota setalah lulus sekolah untuk mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih besar daripada di desa. Ayah Lyona tinggal di sebuah desa yang mayoritas penduduknya adalah petani dan ia merantau ke pesisir untuk menjadi pelaut. Mimpi ayahnya itu bermula ketika ia diajak kakek Lyona berlibur ke pantai dan ia melihat para pelaut yang sedang berlayar dan nelayan-nelayan yang sedang mencari ikan dengan perahu. Ayah Lyona sangat suka menaiki perahu dan suasana laut. Dalam benaknya, ia merasa sangat luas ketika berlayar di laut. Oleh karena itu, ia pun mendaftarkan dirinya untuk menjadi pelaut namun sayangnya ia tidak lolos tes untuk menjadi seorang pelayaran. Karena ia meru

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 3

    Melihat bagaimana orang tuanya mengusahakan dirinya untuk tetap ikut membuat Lyona merasa membebani. Ia pun memutuskan untuk mencari kerja paruh waktu yang bisa ia lakukan disela-sela sekolahnya. Ada beberapa pekerjaan yang bisa ia lakukan saat ini. Namun, ia pikir jika dirinya melakukan ini terang-terangan, maka orang tuanya akan marah. Lama ia berlarut dalam pikirannya. Pada saat itu, ia mendengar teman-temannya sedang membicarakan tentang les dan juga bayaran les adik Karine. Lyona pun seperti mendapat sambaran petir dalam dirinya. Dengan senyum bahagianya, ia pun bertanya tentang les itu. “Maaf menyela, les kayak gitu diadakan kapan?” Lyona bertanya langsung pada intinya. Ia menunggu jawaban temannya dengan penuh harap. “Ah, kalau itu tergantung yang minta sih. Bisa juga buat janji dulu, bisanya yang ngasih les kapan dan yang les bisanya kapan.” Okky menjawab pertanyaan Lyona. “Kamu mau les juga nih?” goda Sekta. “Ah, bukan gitu, c

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 2

    Lyona pulang setelah berpamitan dengan temannya. Hari pertama yang berat pikirnya. Memang tidak mudah bagi Lyona untuk bersosialisasi, ia terkenal anak yang pendiam sejak kecil. Bukan karena dia lemah atau penakut, namun ia tidak ingin kata – katanya menyakiti hati orang lain. Lyona takut akan berkata yang kurang pantas apalagi ketika ia marah, dirinya dapat melontarkan kata – kata yang buruk. Ia berjalan dengan senyum cerah agar dirinya tetap dalam mood yang baik. Ia tidak sabar bercerita kepada ibunya bagaimana hari pertamanya. Ia akan menceritakan bahagianya dia agar sang ibu tenang dan tidak gelisah lagi terhadap dunia persekolahnnya setelah masalah di sekolah lamanya. Lyona sempat dibully dan difitnah habis – habisan oleh teman – temannya di sekolah sebelumnya dan berakhir Lyona yang terpuruk secara mental. Masalahnya mungkin terdengar sepele, hanya karena salah satu teman perempuannya tidak suka jika pacarnya punya perasaan lebih terhadap Lyona. Padahal Lyona sendi

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 1

    Hari itu sangat panas di pesisir, orang-orang sibuk dengan urusan mereka. Orang-orang berlalu-lalang tanpa peduli dengan panasnya udara yang menerpa diri mereka. Bagaimana pun keadaan dan cuacanya mereka harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka melakukannya dengan semangat yang tinggi demi sesuap nasi. Lyona, seorang siswi SMA terlihat keluar dari rumahnya untuk berangkat ke sekolah. Ia menyapa orang-orang yang dilewatinya dengan senyum manisnya. “Selamat pagi ibu,” sapanya kepada seorang ibu yang berangkat ke pasar untuk menjual ikan. “Oh. Pagi neng Lyona, mau berangkat sekolah neng?” tanya ibu tersebut. “Iya bu. Ini ibu mau ke pasar?” “Iya neng. Mau jualan hasil tangkapan semalem.” “Oh iya. Semoga laris manis ya bu.” “Amin. Terima kasih neng.” “Sama – sama ibu.” Setelah bertegur sapa Lyona dan ibu tersebut mengambil jalan berbeda dengan tujuan yang berbeda pula. Lyona dengan menggendong tas abu-abun

DMCA.com Protection Status