Share

Bab 9

Author: De_anothe
last update Last Updated: 2025-04-12 00:55:46

            Minggu pagi ini Lyona bangun lebih awal dari hari Minggu biasanya. Ia bergegas mandi dan berganti baju. Hari ini memang hari yang dinantinya. Lyona menunggu kepulangan orang tuanya dari luar kota. Tak lupa pula ia memasak. Ia ingin memamerkan bakat memasaknya kepada ibunya. Karena ibunya selalu khawatir ia tidak bisa makan karena tidak bisa memasak. Namun, ia dengan percaya diri mengatakan bahwa dirinya bisa memasak dan tidak akan mati kelaparan. Ia tahu ibunya tidak akan percaya hal tersebut, maka dari itu ia memasakkan orang tuanya.

          Ia mengambil penggorengan lalu menyalakan kompor. Ia akan memasak ikan tuna. Berbeda dengan ikan tuna ibunya yang dimasak asam pedas, ia akan membuat oseng ikan tuna. Ini juga kali pertama Lyona memasak dan mengolah ikan. Ia sangat menunggu ulasan dari sang ahli, yaitu ibunya. Ia memasak dengan sungguh-sungguh.

          1 jam kemudian, pintu depan diketuk. Lyona yang sudah menyiapkan makanan yang ia masak tadi pun mendongak. Ia bergegas menghias dengan rapi dan cantik makanannya. Pintu diketuk kembali dan kini ibunya memanggil nama Lyona.

          “Iya, sebentar.” Lyona melepas celemek dan melemparnya asal. Ia sedikit berlari menuju pintu lalu mengambil kunci dan membukanya.

          “Lama amat neng,” ucap ibunya sambil sedikit menelengkan kepala.

          “Maaf bu, tadi masih beres-beres biar cantik,” jawab Lyona sambil tersenyum polos.

          “Iya. Ini bantu bawa barang-barang.” Lyona mengambil tas besar milik ibunya.     

          “Bapak mana bu?” tanya Lyona sambil menenteng tas ibunya.

          “Ada di belakang. Lagi bawa barang sama oleh-olehmu.”

          “Repot-repot aja sih pakai dibelikan oleh-oleh,” ucap Lyona sambil tersenyum merasa tidak enak tapi dia tidak menolak.

          “Bisa aja ini anak ibu,” jawab ibunya sambil menautkan alisnya dan tersenyum dengan tingkah anaknya.

          Mereka pun masuk sambil terkekeh. Lyona membuka pintu kamar ibunya dan menaruh tas besarnya di atas ranjang. Ibunya pun menaruh barangnya di meja di kamarnya. Lalu beberapa waktu kemudian bapaknya masuk ke dalam dan membawa dua kantong besar berisi oleh-oleh. Lyona yang mendengar bapaknya langsung keluar kamar dan tersenyum cerah. Ia segera mengambil salah satu kantong itu dan membukanya untuk melihat isinya.

          “Nanti aja lihatnya. Ini bantuin bapak dulu.” Lyona mendongak sadar jika bapaknya kesulitan membawa barang.

          Lyona segera menaruh kantong yang ia bawa di meja di ruang keluarga dan kembali dengan cepat kepada bapaknya untuk mengambil kantong satunya. Setelah menaruh keduanya, ia pun segera membuka kantong dan melihat oleh-oleh apa yang dibawakan orang tuanya. Ia sangat senang sekali karena orang tuanya membelikan banyak camilan. Apalagi 5 camilan diantaranya adalah camilan pedas. Lyona adalah penggemar makanan pedas, tidak peduli apa pun makanannya selama itu makanan pedas ia akan memakannya sampai habis.

          Ibunya menyusul mereka berdua ke ruang keluarga dan berdiri di samping suaminya. Bapak Lyona merangkul ibu yang berdiri di sebelahnya. Mereka menatap anak semata wayangnya yang sedang berbinar-binar membuka kantong oleh-oleh yang mereka belikan untuk dirinya. Lyona membuka dan melihat satu-persatu oleh-oleh itu dan mencari yang paling disukainya. Setelah selesai memilah dan melihat-lihat isi kedua kantong, ia menoleh ke belakang dan memeluk orang tuanya. Orang tua Lyona membalas pelukannya dengan erat.

          “Terima kasih bapak, terima kasih ibu. Nanti aku habiskan semua.”

          “Makan secukupnya aja. Jangan banyak-banyak,” ceramah ibunya disela-sela pelukan.

          Mendengar perkataan ibunya, Lyona melepas pelukannya dengan wajah merajuk. Bapaknya kemudian mengelus-elus rambut Lyona dengan gemas. Lyona memeluk bapaknya dengan wajah merajuk dan menatap tajam ibunya.

          “Oh gitu, mau merajuk ke ibu? Gak ibu masakin habis ini,” ancam ibunya dengan membalas tatapan anaknya.

          “Gak papa, nanti dimasakin bapak,” goda Lyona masih memasang wajah merajuk.

          “Udah. Baru pulang udah berantem aja. Bapak lapar nih,” ucap bapak menengahi ibu dan anak itu.

          “Oh iya, Lyona tadi masak lho buat ibu sama bapak,” ucap Lyona sambil melepas pelukan dan wajahnya berubah bersemangat.

          “Beneran nih?” tanya ibunya.

          “Iya beneran, ya kali aku bohong. Mending sekarang ibu sama bapak cobain masakanku aja.”

          Ibu dan bapak Lyona mengikutinya menuju meja makan. Lyona mengambilkan piring untuk bapak, ibu, dan dirinya sendiri. Tidak lupa juga, ia mengambilkan air minum lalu menaruhnya di meja makan. Bapaknya membuka tudung saji dan aroma gurih oseng ikan tuna keluar.

          “Hmm… pasti enak nih.”

          “Pasti dong. Kan Lyona yang masak. Ayo cepetan cobain.”

          “Bakal ibu rasakan sampai ke ujung indra perasa.”

          “Siap chef. Saya menunggu kritik dan sarannya.”

          Mereka tertawa dan kemudian mengambil kursi masing-masing. Bapak mengambil nasi pertama dan disusul ibu lalu Lyona yang terakhir. Oseng ikan tuna menjadi menu yang langsung dituju oleh orang tuanya. Bahkan Lyona pun ikut mengambil dan ingin merasakan masakannya. Ia melihat ibunya mulai menyendok ikan tuna itu ke dalam mulutnya. Ibunya mengunyah sambil melihat ke arah Lyona. Lyona menatap ibunya dengan penuh harap menunggu komentar ibunya. Bapaknya ikut menyendok ikan tuna itu dan mengunyahnya.

          “Menurut ibu–“ ibunya menjeda perkatannya sambil mengunyah lebih dalam ikan tuna tersebut. “ –ikan tunanya udah matang sempurna dan bumbu osengnya agak terlalu asin. Ya gak pak?”

          “Iya, tapi keseluruhannya enak,” jawab bapak dengan mengangguk-anggukkan kepala sambil mengunyah.

          “Jadi–“ Lyona membuka mulutnya dengan menyatukan kedua tangannya “–aku lolos gak nih?”

          “Butuh kursus dari ahli nih. Tapi untuk pemula ini di atas rata-rata alias enak banget. Meskipun asin tapi masih bisa ditoleransi di lidah. Jadi, kamu lulus.” Lyona langsung bangkit dan memeluk ibunya karena tidak tahu harus berkata apa.

          “Terima kasih. Nanti aku kursus ke chef biar jadi ahli.”

          Bapaknya menatap mereka sambil tersenyum dan menyemangati Lyona untuk belajar memasak dengan ibunya. Lalu ia menyuruh Lyona kembali dan melanjutkan makannya. Lyona sangat senang dan menjadi lebih bersemangat menggali bakat memasaknya. Apalagi, kedua orang tuanya sangat menikmati dan mengambil masakannya berkali-kali. Ia merasa sangat bahagia hingga tidak bisa berhenti tersenyum.

          Keluarga kecil itu makan dengan kebahagiaan. Mereka kembali berkumpul dan menemani putri kecilnya makan setelah beberapa waktu. Melihat putri kecil mereka sudah mulai dewasa, tanpa disadari perasaan mereka menjadi lebih bahagia dan merasa telah berhasil membesarkan seorang anak penuh bakat. Mereka akan selalu menemaninya tumbuh.

          Begitu pun Lyona, baginya tidak lagi alasan dirinya hidup jika bukan untuk kedua orang tuanya. Yang dia inginkan adalah kebahagiaan orang tuanya dan ia tidak begitu dengan perkataan orang lain selama hal itu tidak menyangkut orang tuanya. Ia akan menjadi pelindung seperti mereka yang selalu melindungi anak semata wayangnya itu. Suatu saat nanti, ia akan mewujudkan impian orang tuanya dan ia akan menyuruh mereka beristirahat serta menikmati masa tua dan biarkan anak mereka yang membalas untuk merawat mereka. lyona tidak akan pernah menyerah hingga mimpinya itu terwujud. Ia menyayangi orang tuanya seperti mereka menyayanginya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 10

    Pagi ini, Lyona berbisik kepada Jian jika dia punya sesuatu yang spesial. Tanpa berpikir panjang, Jian pun bertanya kepada Lyona apa yang hal spesial yang ia rahasiakan. Pertanyaan itu hanya dijawab dengan senyuman jahil dan meledek dari Lyona. “Nanti juga tau,” bisik Lyona saat guru masuk ke dalam kelas. “Kelamaan. Keponya sekarang bukan nanti,” balas bisik dari Jian yang membuat Lyona semakin tersenyum lebar. Selama satu jam pelajaran berlangsung, Jian merasa tidak tenang dan berkali-kali melirik kea rah Lyona yang juga dibalas tatapan bertanya dari Lyona. Hingga akhirnya ia menatap Lyona lekat-lekat. “Apa?” tanya Lyona tanpa bersuara. Jian pun mengambil sticky notes dan menuliskan pesan di atasnya. Ia menulis dengan fokus penuh. Lyona yang melihatnya bertanya-tanya dan berniat mengintip namun urung karena Jian mengangkat kepalanya dan menempel sticky notes itu di depan Lyona. Tertulis ‘kasih tau rahasianya sekara

    Last Updated : 2025-04-17
  • Teardrops in the Cold Water   Bab 11

    Lyona membuka pintu rumahnya dengan membuang napas kasar. Ia kemudian menutup kembali pintu yang ditutupnya di belakang. Ia melempar tas sembarangan ke pojok kamarnya dan melompat menuju kasurnya. Ia tidur telentang dan menatap langit-langit kamarnya. merasa lelah, ia memejamkan matanya dan menutupnya dengan tangan kirinya. Saat ia memejamkan mata, ia kembali melihat senyuman Kinan di lapangan basket tadi. “Ihh …” ia membuka matanya dengan lebar sambil menghembus-hembuskan napasnya dengan mulut. Ia bangun ke posisi duduk di atas ranjangnya dengan kedua tangan di samping badannya. Ia mengerjap-ngerjap berkali-kali berharap bayangan senyuman itu hilang. Namun ia malah semakin melihatnya jelas. Ia mengangkat tangannya menutupi wajahnya. “Aarrgghh …” ia mendongak kesal menatap langit-langit kamarnya. Kemudian ia beranjak turun dari ranjangnya dan membuka almari pakaiannya untuk berganti baju. Setelahnya ia mengambil tasnya yang tergel

    Last Updated : 2025-04-19
  • Teardrops in the Cold Water   Bab 1

    Hari itu sangat panas di pesisir, orang-orang sibuk dengan urusan mereka. Orang-orang berlalu-lalang tanpa peduli dengan panasnya udara yang menerpa diri mereka. Bagaimana pun keadaan dan cuacanya mereka harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka melakukannya dengan semangat yang tinggi demi sesuap nasi. Lyona, seorang siswi SMA terlihat keluar dari rumahnya untuk berangkat ke sekolah. Ia menyapa orang-orang yang dilewatinya dengan senyum manisnya. “Selamat pagi ibu,” sapanya kepada seorang ibu yang berangkat ke pasar untuk menjual ikan. “Oh. Pagi neng Lyona, mau berangkat sekolah neng?” tanya ibu tersebut. “Iya bu. Ini ibu mau ke pasar?” “Iya neng. Mau jualan hasil tangkapan semalem.” “Oh iya. Semoga laris manis ya bu.” “Amin. Terima kasih neng.” “Sama – sama ibu.” Setelah bertegur sapa Lyona dan ibu tersebut mengambil jalan berbeda dengan tujuan yang berbeda pula. Lyona dengan menggendong tas abu-abun

    Last Updated : 2024-01-25
  • Teardrops in the Cold Water   Bab 2

    Lyona pulang setelah berpamitan dengan temannya. Hari pertama yang berat pikirnya. Memang tidak mudah bagi Lyona untuk bersosialisasi, ia terkenal anak yang pendiam sejak kecil. Bukan karena dia lemah atau penakut, namun ia tidak ingin kata – katanya menyakiti hati orang lain. Lyona takut akan berkata yang kurang pantas apalagi ketika ia marah, dirinya dapat melontarkan kata – kata yang buruk. Ia berjalan dengan senyum cerah agar dirinya tetap dalam mood yang baik. Ia tidak sabar bercerita kepada ibunya bagaimana hari pertamanya. Ia akan menceritakan bahagianya dia agar sang ibu tenang dan tidak gelisah lagi terhadap dunia persekolahnnya setelah masalah di sekolah lamanya. Lyona sempat dibully dan difitnah habis – habisan oleh teman – temannya di sekolah sebelumnya dan berakhir Lyona yang terpuruk secara mental. Masalahnya mungkin terdengar sepele, hanya karena salah satu teman perempuannya tidak suka jika pacarnya punya perasaan lebih terhadap Lyona. Padahal Lyona sendi

    Last Updated : 2024-01-25
  • Teardrops in the Cold Water   Bab 3

    Melihat bagaimana orang tuanya mengusahakan dirinya untuk tetap ikut membuat Lyona merasa membebani. Ia pun memutuskan untuk mencari kerja paruh waktu yang bisa ia lakukan disela-sela sekolahnya. Ada beberapa pekerjaan yang bisa ia lakukan saat ini. Namun, ia pikir jika dirinya melakukan ini terang-terangan, maka orang tuanya akan marah. Lama ia berlarut dalam pikirannya. Pada saat itu, ia mendengar teman-temannya sedang membicarakan tentang les dan juga bayaran les adik Karine. Lyona pun seperti mendapat sambaran petir dalam dirinya. Dengan senyum bahagianya, ia pun bertanya tentang les itu. “Maaf menyela, les kayak gitu diadakan kapan?” Lyona bertanya langsung pada intinya. Ia menunggu jawaban temannya dengan penuh harap. “Ah, kalau itu tergantung yang minta sih. Bisa juga buat janji dulu, bisanya yang ngasih les kapan dan yang les bisanya kapan.” Okky menjawab pertanyaan Lyona. “Kamu mau les juga nih?” goda Sekta. “Ah, bukan gitu, c

    Last Updated : 2024-01-28
  • Teardrops in the Cold Water   Bab 4

    Pada minggu pagi, seperti biasanya Lyona sedang bermalas-malasan di atas ranjangnya. Ia hanya berguling ke kanan dan ke kiri lalu berhenti dan menatap langit-langit kamarnya. Ia ditinggal sendirian oleh kedua orang tuanya yang sedang berkunjung ke paman Lyona di kota. Juki merupakan kakak kedua dari ayah Lyona yang merantau ke kota setalah lulus sekolah untuk mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih besar daripada di desa. Ayah Lyona tinggal di sebuah desa yang mayoritas penduduknya adalah petani dan ia merantau ke pesisir untuk menjadi pelaut. Mimpi ayahnya itu bermula ketika ia diajak kakek Lyona berlibur ke pantai dan ia melihat para pelaut yang sedang berlayar dan nelayan-nelayan yang sedang mencari ikan dengan perahu. Ayah Lyona sangat suka menaiki perahu dan suasana laut. Dalam benaknya, ia merasa sangat luas ketika berlayar di laut. Oleh karena itu, ia pun mendaftarkan dirinya untuk menjadi pelaut namun sayangnya ia tidak lolos tes untuk menjadi seorang pelayaran. Karena ia meru

    Last Updated : 2024-03-06
  • Teardrops in the Cold Water   Bab 5

    Satu minggu pertama telah berlalu dan Lyona masih memiliki 1 murid. Kendati demikian, ia tetap menerima karena baginya berbagi ilmu lebih utama dibandingkan gaji. Awalnya memang ia membuka les online untuk mendapatkan uang sebagai biaya study tour-nya, namun ketika melakukannya ia lebih merasa senang karena bisa membantu. Ia pun akhirnya mempunyai keinginan untuk menjalankan lesnya meskipun uang yang ia targetkan sudah terkumpul. Ia pun juga selalu menanyakan bagaimana pembelajarannya, dan ia menerima ulasan yang baik dari Malva. Malva mengatakan cara ia mengajarinya sangat sabar dan juga asyik. Lyona menjelaskan berulang-ulang hal yang belum dipahami hingga muridnya paham, karena jika muridnya tidak paham dan ia terus melanjutkan materinya ia merasa tidak ada gunanya. Hal itu sama saja tidak mengajari apa-apa. Yang terpenting muridnya paham dan bisa dengan apa yang diajarkannya. Ia tidak keberatan untuk menjelaskan kembali dan berulang-ulang jika ada materi yang belum dipah

    Last Updated : 2024-07-29
  • Teardrops in the Cold Water   Bab 6

    Pagi ini Lyona bangun 25 menit lebih lambat dari biasanya. Saat melihat jam dinding di kamarnya, ia bergegas bangun dan mengambil seragamnya. Dengan berlari, ia mengambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Ia hampir tersandung kakinya sendiri saat berlari. Tidak seperti biasanya. Hari ini ia sendirian di rumah dan tidak ada yang membangunkannya. Kedua orang tuanya sedang berada di luar kota untuk urusan perdagangan ikan bersama beberapa warga. Biasanya ia akan dibangunkan jika tidak segera bangun. Karena itulah ia melewatkan waktu bangunnya. Sangat ceroboh pikirnya. Lyona menghabiskan waktu 15 menit untuk mandi dan memakai seragamnya. Lyona memutuskan untuk memakai bedak saja dan langsung berangkat ke sekolah. Pada hari biasa, ia menghabiskan 15 menit untuk mandi, 10 menit memakai seragam, dan 5 menit berdandan. Lyona memang tidak memakai make up ke sekolah, namun ia tetap memakai bedak, sunscreen, dan lip balm. Setelah aktivitas paginya itu, ia biasanya

    Last Updated : 2024-08-03

Latest chapter

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 11

    Lyona membuka pintu rumahnya dengan membuang napas kasar. Ia kemudian menutup kembali pintu yang ditutupnya di belakang. Ia melempar tas sembarangan ke pojok kamarnya dan melompat menuju kasurnya. Ia tidur telentang dan menatap langit-langit kamarnya. merasa lelah, ia memejamkan matanya dan menutupnya dengan tangan kirinya. Saat ia memejamkan mata, ia kembali melihat senyuman Kinan di lapangan basket tadi. “Ihh …” ia membuka matanya dengan lebar sambil menghembus-hembuskan napasnya dengan mulut. Ia bangun ke posisi duduk di atas ranjangnya dengan kedua tangan di samping badannya. Ia mengerjap-ngerjap berkali-kali berharap bayangan senyuman itu hilang. Namun ia malah semakin melihatnya jelas. Ia mengangkat tangannya menutupi wajahnya. “Aarrgghh …” ia mendongak kesal menatap langit-langit kamarnya. Kemudian ia beranjak turun dari ranjangnya dan membuka almari pakaiannya untuk berganti baju. Setelahnya ia mengambil tasnya yang tergel

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 10

    Pagi ini, Lyona berbisik kepada Jian jika dia punya sesuatu yang spesial. Tanpa berpikir panjang, Jian pun bertanya kepada Lyona apa yang hal spesial yang ia rahasiakan. Pertanyaan itu hanya dijawab dengan senyuman jahil dan meledek dari Lyona. “Nanti juga tau,” bisik Lyona saat guru masuk ke dalam kelas. “Kelamaan. Keponya sekarang bukan nanti,” balas bisik dari Jian yang membuat Lyona semakin tersenyum lebar. Selama satu jam pelajaran berlangsung, Jian merasa tidak tenang dan berkali-kali melirik kea rah Lyona yang juga dibalas tatapan bertanya dari Lyona. Hingga akhirnya ia menatap Lyona lekat-lekat. “Apa?” tanya Lyona tanpa bersuara. Jian pun mengambil sticky notes dan menuliskan pesan di atasnya. Ia menulis dengan fokus penuh. Lyona yang melihatnya bertanya-tanya dan berniat mengintip namun urung karena Jian mengangkat kepalanya dan menempel sticky notes itu di depan Lyona. Tertulis ‘kasih tau rahasianya sekara

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 9

    Minggu pagi ini Lyona bangun lebih awal dari hari Minggu biasanya. Ia bergegas mandi dan berganti baju. Hari ini memang hari yang dinantinya. Lyona menunggu kepulangan orang tuanya dari luar kota. Tak lupa pula ia memasak. Ia ingin memamerkan bakat memasaknya kepada ibunya. Karena ibunya selalu khawatir ia tidak bisa makan karena tidak bisa memasak. Namun, ia dengan percaya diri mengatakan bahwa dirinya bisa memasak dan tidak akan mati kelaparan. Ia tahu ibunya tidak akan percaya hal tersebut, maka dari itu ia memasakkan orang tuanya. Ia mengambil penggorengan lalu menyalakan kompor. Ia akan memasak ikan tuna. Berbeda dengan ikan tuna ibunya yang dimasak asam pedas, ia akan membuat oseng ikan tuna. Ini juga kali pertama Lyona memasak dan mengolah ikan. Ia sangat menunggu ulasan dari sang ahli, yaitu ibunya. Ia memasak dengan sungguh-sungguh. 1 jam kemudian, pintu depan diketuk. Lyona yang sudah menyiapkan makanan yang ia masak tadi pun mendongak. Ia ber

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 8

    Alarm Lyona berbunyi nyaring dan Lyona seketika terbangun dari mimpinya. Alarm tersebut sengaja ia nyalakan dengan nada yang nyaring agar dirinya tidak lagi telat seperti kemarin. Namun tetap saja ia terkejut dengan nyaringnya alarm tersebut. Seperti alarm darurat ketika terjadi suatu bencana atau akan datangnya ombak besar pesisir, senyaring itu untuk luas kamarnya. Ia menghela napas ketika bangun dan mematikan ‘alarm kematian’-nya itu. “Hampir saja kena serangan jantung. Astaga, ternyata senyaring ini suaranya. Aku harus menggantinya nanti.” Lyona berdiri dan menghela napas agar dirinya kembali tenang. Ia pun bangkit dan menyambar seragamnya yang sudah digantungnya semalam. Ia berjalan santai menuju kamar mandi, karena ini masih pagi dan meskipun ia bergerak seperti siput pun tidak akan terlambat. Ia mengambil handuk dan masuk kamar mandi dengan menguap lebar yang ia biarkan saja tidak ditutup tangan. Ia bersenandung sambil mandi. Entah karena keadaan hatinya yang

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 7

    Lyona berjalan dengan setengah menyeret kakinya. Nyeri karena berlari pagi tadi masih sedikit terasa dan itu membuat kakinya kaku. Ia berjalan sambil melamun karena uang yang diterimanya. Ia pun juga mulai memikirkan orang tuanya, bagaimana keadaannya dan apakah mereka baik-baik saja di sana. Ia menatap jalan yang ia lalui tanpa mengangkat tatapannya. Ia fokus dengan pikiran-pikiran yang terlintas di kepalanya. Bahkan ia berkedip 5 detik sekali. Kebiasaan yang sulit hilang. Di belakang Lyona ada yang berjalan memerhatikannya. Ia menatap Lyona sejak tadi tanpa Lyona sadari. Ia pun was-was jika Lyona akan tahu ia sedang mengikutinya. Karenanya, ia berjalan lebih lambat karena kaki panjangnya sebanding dengan 2 langkah kaki Lyona. Seitar 5 meter di belakang Lyona. Tidak tanggung-tanggung, ia mengikuti Lyona hingga ke daerah pemukimannya. Ia berhenti tepat di gapura masuk dan mengangkat kepalanya membaca nama yang terdapat di gapura. Sejenak ia melihat daerah itu dan

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 6

    Pagi ini Lyona bangun 25 menit lebih lambat dari biasanya. Saat melihat jam dinding di kamarnya, ia bergegas bangun dan mengambil seragamnya. Dengan berlari, ia mengambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Ia hampir tersandung kakinya sendiri saat berlari. Tidak seperti biasanya. Hari ini ia sendirian di rumah dan tidak ada yang membangunkannya. Kedua orang tuanya sedang berada di luar kota untuk urusan perdagangan ikan bersama beberapa warga. Biasanya ia akan dibangunkan jika tidak segera bangun. Karena itulah ia melewatkan waktu bangunnya. Sangat ceroboh pikirnya. Lyona menghabiskan waktu 15 menit untuk mandi dan memakai seragamnya. Lyona memutuskan untuk memakai bedak saja dan langsung berangkat ke sekolah. Pada hari biasa, ia menghabiskan 15 menit untuk mandi, 10 menit memakai seragam, dan 5 menit berdandan. Lyona memang tidak memakai make up ke sekolah, namun ia tetap memakai bedak, sunscreen, dan lip balm. Setelah aktivitas paginya itu, ia biasanya

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 5

    Satu minggu pertama telah berlalu dan Lyona masih memiliki 1 murid. Kendati demikian, ia tetap menerima karena baginya berbagi ilmu lebih utama dibandingkan gaji. Awalnya memang ia membuka les online untuk mendapatkan uang sebagai biaya study tour-nya, namun ketika melakukannya ia lebih merasa senang karena bisa membantu. Ia pun akhirnya mempunyai keinginan untuk menjalankan lesnya meskipun uang yang ia targetkan sudah terkumpul. Ia pun juga selalu menanyakan bagaimana pembelajarannya, dan ia menerima ulasan yang baik dari Malva. Malva mengatakan cara ia mengajarinya sangat sabar dan juga asyik. Lyona menjelaskan berulang-ulang hal yang belum dipahami hingga muridnya paham, karena jika muridnya tidak paham dan ia terus melanjutkan materinya ia merasa tidak ada gunanya. Hal itu sama saja tidak mengajari apa-apa. Yang terpenting muridnya paham dan bisa dengan apa yang diajarkannya. Ia tidak keberatan untuk menjelaskan kembali dan berulang-ulang jika ada materi yang belum dipah

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 4

    Pada minggu pagi, seperti biasanya Lyona sedang bermalas-malasan di atas ranjangnya. Ia hanya berguling ke kanan dan ke kiri lalu berhenti dan menatap langit-langit kamarnya. Ia ditinggal sendirian oleh kedua orang tuanya yang sedang berkunjung ke paman Lyona di kota. Juki merupakan kakak kedua dari ayah Lyona yang merantau ke kota setalah lulus sekolah untuk mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih besar daripada di desa. Ayah Lyona tinggal di sebuah desa yang mayoritas penduduknya adalah petani dan ia merantau ke pesisir untuk menjadi pelaut. Mimpi ayahnya itu bermula ketika ia diajak kakek Lyona berlibur ke pantai dan ia melihat para pelaut yang sedang berlayar dan nelayan-nelayan yang sedang mencari ikan dengan perahu. Ayah Lyona sangat suka menaiki perahu dan suasana laut. Dalam benaknya, ia merasa sangat luas ketika berlayar di laut. Oleh karena itu, ia pun mendaftarkan dirinya untuk menjadi pelaut namun sayangnya ia tidak lolos tes untuk menjadi seorang pelayaran. Karena ia meru

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 3

    Melihat bagaimana orang tuanya mengusahakan dirinya untuk tetap ikut membuat Lyona merasa membebani. Ia pun memutuskan untuk mencari kerja paruh waktu yang bisa ia lakukan disela-sela sekolahnya. Ada beberapa pekerjaan yang bisa ia lakukan saat ini. Namun, ia pikir jika dirinya melakukan ini terang-terangan, maka orang tuanya akan marah. Lama ia berlarut dalam pikirannya. Pada saat itu, ia mendengar teman-temannya sedang membicarakan tentang les dan juga bayaran les adik Karine. Lyona pun seperti mendapat sambaran petir dalam dirinya. Dengan senyum bahagianya, ia pun bertanya tentang les itu. “Maaf menyela, les kayak gitu diadakan kapan?” Lyona bertanya langsung pada intinya. Ia menunggu jawaban temannya dengan penuh harap. “Ah, kalau itu tergantung yang minta sih. Bisa juga buat janji dulu, bisanya yang ngasih les kapan dan yang les bisanya kapan.” Okky menjawab pertanyaan Lyona. “Kamu mau les juga nih?” goda Sekta. “Ah, bukan gitu, c

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status