Share

Sebuah Suara

Tidak ada yang salah dari kata-kata Arvin. Meski lelaki itu tidak tahu dan mungkin tidak akan mengerti alasan Narendra membiarkan anak-anaknya berada dalam pengasuhan orang tuanya.

"Aku akan memegang janjiku, Tuan Kalandra. Terima kasih sudah memberikan izin padaku. Apa aku bisa memulainya dari malam ini?" Vanya mengerjap penuh harap, rasa rindu dan keinginan kuat untuk bicara pada putrinya membuat dadanya bergemuruh.

Arvin menggeleng. "Sudah sangat larut sekarang, sebaiknya kau pulang dan beristirahat. Biar aku yang menjaga Lovania malam ini."

Meski sedikit kecewa, tapi Vanya memahami maksud baik pria di hadapannya. Ia telah melihat bagaimana Arvin tenggelam dalam tangis dan selalu tampak kosong setiap kali berpapasan dengannya. Tapi, tidak sekali pun pria itu menunjukkan kesedihan dan kekosongannya di depan Elvio.

Vanya sempat berandai-andai ketika melihat bagaimana Arvin tetap menjaga putranya dengan baik dan memeluknya lembut. Kalau saja Narendra memiliki sedikit saja rasa cint
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status