"Yang Mulia, apakah Anda merasa tidak enak badan?" Melissa memperhatikan wajah Raylene yang pucat."Kepalaku sedikit pusing," jawab Raylene. "Aku tidak bisa menghabiskan sarapan." Wanita itu berdiri dari tempat duduknya, mungkin dia akan merasa lebih baik setelah istirahat.Selama ia kurang tidur karena Xinlaire yang terus menerus menyentuhnya. Mungkin itulah penyebab ia tidak enak badan seperti ini."Yang Mulia mari saya bantu." Melissa hendak meraih tangan Raylene, tapi segera ditolak oleh Raylene."Aku bisa sendiri." Raylene meninggalkan kursi dan hendak menuju ranjang, tapi belum ia mencapai ranjang tubuhny telah jatuh ke lantai."Yang Mulia!" Melissa berlari panik menuju Raylene. Wanita itu memanggil Raylene sekali lagi, tapi tidak ada jawaban."Vivian!"Vivian segera masuk. "Apa yang terjadi pada Selir Raylene?""Aku tidak tahu, Yang Mulia tiba-tiba tidak sadarkan diri. Bantu aku membawa Yang Mulia ke ranjang, lalu setelah itu tolong panggilkan tabib."Vivian segera membantu Mel
"Ibu, Nenek, janin di dalam kandungan Raylene tidak boleh dibiarkan hidup. Apa gunanya posisi ratu jika pada akhirnya anak wanita jalang itu yang naik tahta sebagai penerus Allegra." Ekspresi wajah Charlotte terlihat sangat geram.Rebecca dan Dorothy memiliki pemikiran yang sama dengan Charlotte. Janin di dalam kandungan Raylene tidak bisa dibiarkan tetap hidup. Mereka tidak boleh mengambil resiko sekecil apapun. Penerus Allegra harus dilahirkan oleh Charlotte bukan Raylene.Keduanya tidak mengerti kenapa Raylene sangat beruntung. Wanita itu belum lama menikah dengan Xinlaire, tapi sudah mengandung."Nenek akan memesan obat penggugur kandungan segera." Dorothy akan melakukan apa saja untuk cucunya."Berapa lama obat itu akan tersedia, Nenek?""Tidak akan lama, mungkin hanya membutuhkan waktu dua hari saja."Charlotte tidak ingin menunggu lama, jika bisa saat ini juga obat itu ada di tangannya. Memikirkan Raylene mengandung benar-benar membuatnya gila.Siapa yang tahu apa yan
"Lihat mereka baik-baik, siapa yang membeli obat penggugur kandungan dari tokomu?" Xinlaire menatap pengelola toko obat tempat dari mana botol obat yang beberap saat lalu ditemukan.Pengelola itu menatap para pelayan di paviliun Raylene satu per satu. "Itu dia, Yang Mulia."Wajah Melissa mendadak beku. "Tidak! Saya tidak pernah membeli obat apapun dari toko Anda!" Ia segera mengelak."Yang Mulia saya tidak salah mengenali orang. Pelayan saya juga bisa memberi kesaksian." Pria paruh baya itu berkata dengan sungguh-sungguh.Tatapan Xinlaire berpindah ke beberapa pelayan toko obat yang berlutut di lantai."Yang Mulia, apa yang dikatakan oleh Tuan Eric benar. Saya adalah orang yang melayani Nona itu membeli obat penggugur kandungan." Seorang pelayan wanita bicara.Dada Melissa berdebar tidak menentu sekarang. Dia sangat menyadari bahwa saat ini ia telah dijebak. Orang-orang itu bekerja sama untuk membuatnya menjadi tersangka.Raylene juga menyadari hal yang sama, ia sangat percaya pada Me
Xinlaire kembali ke tempat istirahatnya. Kemarahannya masih belum berkurang sedikitpun. Xinlaire melampiaskan amarahnya terhadap barang-barang yang ada di kamarnya.Dia masih tidak menyangka bahwa Raylene akan begitu kejam. Calon anak mereka tidak memiliki kesalahan sama sekali, seharusnya Raylene tidak membunuhnya.Usai melampiaskan kemarahannya dengan menghancurkan sekelilingnya, Xinlaire meraih botol arak dan meminumnya dengan marah.Apa yang dilakukan oleh Raylene benar-benar tidak termaafkan olehnya. Raylene harus merasakan hukuman dari tindakan sepihaknya.Xinlaire tidak akan pernah memedulikan Raylene lagi. Semakin menderita Raylene di istana dingin maka itu akan semakin baik. Itu adalah harga yang pantas Raylene bayar karena telah membunuh anak mereka.**Dua pelayan mengantarkan Melissa yang telah dicambuk ke istana dingin. Raylene segera mendekati Melissa yang tergeletak di lantai dengan susah payah."Melissa." Hati Raylene tersayat ketika melihat kondisi Melissa
"Yang Mulia." Charlotte menangkap tubuh Xinlaire yang kehilangan keseimbangannya. Aroma arak tercium kuat dari tubuh Xinlaire, entah berapa banyak pria itu minum.Xinlaire mengangkat wajahnya, menatap Charlotte dengan tatapan marah bercampur sedih."Raylene, bagaimana kau bisa begitu kejam! Bagaimana bisa kau membunuh calon anak kita!" Xinlaire salah mengenali orang."Yang Mulia." Charlotte ingin mengatakan pada Xinlaire bahwa dirinya bukanlah Raylene, tapi pikiran licik wanita itu segera membuatnya mengurungkan niatnya. Ia bisa menggunakan malam ini untuk membuat Xinlaire menjadi miliknya seutuhnya."Aku menginginkannya, Raylene. Aku menginginkan anak itu!" Xinlaire bersuara lagi, kali ini dengan mata memerah. Kedua tangannya memegang bahu Charlotte dengan kuat.Hati Charlotte terbakar, ia tidak menyangka jika ternyata Xinlaire begitu menyayangi anak di dalam perut Raylene sampai Xinlaire menjadi seperti ini."Yang Mulia, maafkan aku. Aku telah melakukan kesalahan." Charlotte berting
Xinlaire telah berhasil masuk ke dalam kamar Raylene setelah menerjang kobaran api, pria itu mengedarkan pandangannya dan menemukan Raylene telah tergeletak di lantai.Kaki Xinlaire bergegas mendekati Raylene. Pria itu meraih tubuh Raylene. "Raylene! Raylene!"Raylene masih memiliki sedikit kesadaran. Wanita itu membuka matanya dan menatap wajah cemas Xinlaire."Jangan tutup matamu! Aku akan membawamu keluar dari sini!" Xinlaire segera berdiri dengan menggendong Raylene.Tangan Raylene menyentuh wajah Xinlaire dengan lembut. Di masa lalu Xinlaire juga tampak seperti ini ketika ia berada dalam bahaya. Saat itu ia berpikir bahwa Xinlaire sangat takut kehilangannya. Ia sangat bahagia karena merasa begitu dicintai oleh Xinlaire. Namun, ternyata semua itu hanyalah sandiwara Xinlaire.Dan sekarang kenapa Xinlaire harus terlihat seperti ini lagi? bukankah semua rencananya telah berhasil? dia seharusnya tidak perlu bersandiwara lagi."Xinlaire, apakah pernah sedikit saja kau benar-
Raylene tidak mengharapkan bahwa ia akan terbangun di kamar Xinlaire. Bahkan setelah kebakaran itu nyawanya masih saja bisa diselamatkan padahal ia sangat berharap kematian benar-benar datang menjemputnya.Tabib yang menjaga Raylene sangat lega setelah selesai memeriksa kondisi Raylene yang sudah stabil. Untunglah keajaiban masih berpihak padanya."Bagaimana kondisinya?" tanya Xinlaire. Orang yang paling lega ketika Raylene membuka mata adalah Xinlaire, bayang-bayang kehilangan yang mencekiknya kini telah menguap. Ia bisa kembali bernapas dengan benar, tanpa rasa sesak di dada."Kondisi Selir Raylene sudah stabil, tapi Selir Raylene masih perlu berbaring di ranjang selama beberapa hari ke depan agar benar-benar pulih. Selain itu ia juga harus terus meminum obatnya agar luka dalamnya sembuh.""Kau bisa meninggalkan tempat ini sekarang.""Baik, Yang Mulia." Tabib segera mundur. Hanya Sang Pencipta yang tahu betapa ia sangat ingin meninggalkan kediaman rajanya. Setiap detik yang ia lalui
Malam harinya Xinlaire kembali ke kediamannya. Pria itu mendapatkan laporan bahwa Raylene belum menyentuh makan malamnya sama sekali, wanita itu juga belum meminum obatnya.Ketika ia memasuki kamarnya, ia melihat Raylene sedang berbaring miring memunggunginya."Selir Raylene, apakah kau sudah tidak memedulikan Kakakmu yang ada di penjara?" Xinlaire terpaksa menggunakan cara ini untuk mengancam Raylene.Raylene masih memejamkan matanya, Xinlaire sangat licik. Pria itu masih ingin menipunya dengan menggunakan kakaknya yang saat ini sudah tidak ada di penjara. Namun, ia akan mengikuti permainan Xinlaire. Ia akan membuat Xinlaire berpikir bahwa ia mengikuti semua kata-kata pria itu karena memikirkan nasib kakaknya."Baiklah jika itu yang kau inginkan. Raphael tidak akan mendapatkan makanan selama satu minggu ke depan."Raylene membuka matanya. "Kakakku tidak melakukan kesalahan apapun!""Salah atau tidak, itu tergantung padamu, Raylene.""Aku sangat membencimu, Xinlaire.""Untu
Pemakaman Raphael telah dilakukan, saat ini Raylene sedang menggendong putranya."Raylene, ayo kembali." Xinlaire harus menjelaskan pada Raylene ketika Raylene sudah lebih tenang. Kali ini ia merasakan bagaimana rasanya difitnah dan ia tidak memiliki bukti untuk menunjukan bahwa ia tidak bersalah sama seperti yang terjadi ketika Raylene difitnah oleh Charlotte ketika Raylene mengalami keguguran.Raylene mengangkat kepalanya, matanya masih sembab karena menangisi kepergian kakaknya."Kembali? Aku tidak akan pernah kembali bersamamu."Xinlaire tidak menepati janjinya, pria itu sekali lagi telah menghancurkan hati dan kepercayaannya."Menyingkir!" Raylene mengeluarkan belati yang ia simpan di balik gaunnya. Siapapun yang berani menghalanginya maka orang itu akan mati.Di sebelahnya ada Nora yang juga mengeluarkan belati, Nora akan menemani ke mana pun Raylene pergi."Jangan menyakiti Ratu ataupun Putra Mahkota!" Xinlaire memperingati orang-orangnya yang saat ini sudah siaga.Namun
Hari ini Xinlaire membuka gerbang, ia dan seluruh pasukannya kini berada di tanah lapang menghadapi Bennedict dan juga Raphael.Kedua belah pihak berada di tempat masing-masing saling berhadapan dengan keinginan untuk saling mengalahkan.Bennedict memiringkan wajahnya menatap Raphael mengejek. "Tampaknya adikmu gagal menjalankan tugasnya."Jika Raylene gagal maka bagaimana keadaan Raylene saat ini apakah Raylene dibunuh oleh Xinlaire?"Kau tidak perlu mencemaskan adikmu, Mantan Putra Mahkota Raphael. Raja Xinlaire pasti tidak akan membunuhnya. Adikmu terlalu cantik untuk menjadi mayat, selain itu Raja Xinlaire juga memiliki anak dengan adikmu, tapi mungkin saat ini nasib adikmu tidak terlalu baik.""Aku pasti akan membunuh bajingan itu hari ini!" Raphael berkata dengan tatapan sinis pada Xinlaire yang berada jauh di sana.Pasukan dua kerajaan itu mulai bergerak saat pemimpin mereka memberikan arahan untuk menyerang.Pagi itu cuaca sangat cerah, semangat dari kedua pasukan membara.
Raylene membuka matanya ketika ia merasa bahwa Xinlaire telah terlelap. Tangan wanita itu bergerak ke bawah bantalnya, ia mengambil belati yang sudah ia simpan sejak beberapa saat lalu.Tangan wanita itu menggenggam belatinya dengan kuat, ia duduk dengan perlahan lalu kemudian mengayunkan belatinya ke dada Xinlaire.Namun, gerakannya yang semula dipenuhi oleh keyakinan kini terhenti tepat ketika ujung runcing belati itu hanya kurang satu senti dari dada Xinlaire, tempat di mana jantung pria itu berada.Sekali lagi Raylene mengalami pertentangan batin. Dia masih tidak tahan untuk membunuh Xinlaire.Tekadnya saat ini mulai goyah, tangannya mulai gemetar. Nyatanya ia hanyalah Raylene Allegra yang tidak akan pernah mampu membunuh Xinlaire.Raylene mengutuk dirinya sendiri yang masih memiliki kelembutan hati untuk pria yang telah menyakitinya sedemikian rupa.Ia merasa bahwa dirinya benar-benar menjijikan, bahkan setelah semuanya, ternyata masih tersisa rasa untuk Xinlaire. Di dunia ini, t
Malam harinya saat semua orang masih sibuk menyingkirkan mayat dan membersihkan bekas perang Raylene menyusup keluar dari Kota Perth melewati jalur rahasia.Sekarang ia berada di tengah hutan yang gelap, Raylene mengandalkan pengetahuannya tentang alam untuk sampai ke tenda musuh."Siapa kau?!" Seorang prajurit yang sedang berpatroli menghentikan Raylene. "Ada penyusup di sini!""Aku ingin bertemu dengan Tuan Raphael," seru Raylene. "Aku adalah adiknya, Raylene Allegra."Beberapa prajurit segera berkumpul, mereka mengarahkan pedang pada Raylene.Semua prajurit yang ada di depan Raylene tahu bahwa Raphael memang memiliki adik, dan adik pria itu saat ini adalah Ratu Allegra.Karena wanita di depan mereka mengaku sebagai adik Raphael, mereka tidak bisa bertindak sembarangan."Beritahukan Tuan Raphael bahwa ada wanita bernama Raylene Allegra ingin bertemu dengannya." Salah satu orang yang mengarahkan pedang pada Raylene adalah komandan pasukan."Baik, Komandan Jackson."Beberapa sa
"Bagaimana dengan pasukan bantuan Kerajaan Allegra?" Bennedict bertanya pada mata-mata yang ia kirim untuk mengawasi di luar gerbang kota Vegaz, kota yang terletek sebelum kota Perth. Jika pasukan bantuan ingin pergi ke kota Perth, maka mereka harus melewati gerbang kota Vegaz terlebih dahulu."Pasukan bantuan Kerajaan Allegra masih berada di Kota Vegaz, Yang Mulia. Belum ada tanda-tanda mereka akan meninggalkan Kota Vegaz."Senyum tampak di wajah Bennedith. Pasukan bantuan tampaknya sangat berhati-hati. Mungkin saat ini mereka masih menyusun strategi untuk menembus para pasukannya yang telah mengepung Kota Perth.Tidak peduli strategi apapun yang sedang direncanakan oleh para jenderal Allegra, mereka tidak akan bisa mencapai grebang kota Perth. Pasukannya telah berjaga di bukit bebatuan, jika pasukan bantuan melewati bukit bebatuan itu, maka pasukannya akan menghujani pasukan bantuan dengan panah api dan batu dari atas.Pada akhirnya pasukan bantuan hanya akan menarik mundur pasukann
Pasukan musuh berhasil memanjat dinding benteng, serangan panah api dan bola api berhasil membuat pasukan yang berjaga di atas benteng berguguran.Raylene memegang pedangnya kuat, saat ada prajurit yang berhasil naik ia akan mengayunkan pedangnya membunuh prajurit-prajurit itu. Situasi di atas benteng semakin memanas, api di mana-mana, suara denting pedang beradu terdengar hampir di setiap sudut.Xinlaire memperhatikan Raylene yang berada tidak begitu jauh darinya sembari terus menyerang pasukan musuh. Xinlaire tidak bisa tidak memuji keberanian istrinya, baik dulu ataupun sekarang ini adalah pertama kalinya Raylene ikut dalam peperangan seperti ini, tapi Raylene tidak takut sama sekali. Ia benar-benar tidak salah jatuh cinta pada Raylene.Waktu berlalu, pasukan musuh kini ditarik mundur. Gerbang kota Perth masih bisa dipertahankan. Hari ini kerajaan Onyx kehilangan cukup banyak pasukannya, begitu juga dengan Allegra.Prajurit mulai mengangkat mayat-mayat yang bergeleta
Sudah dua minggu sejak pasukan dikirim menuju ke Kota Perth dan Kota Ashyr, tapi rombongan itu belum sampai ke kota tujuan mereka karena waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sana adalah satu bulan lebih. Seorang prajurit datang dengan tergesa. Pria itu berlutut beberapa langkah di depan Xinlaire. "Yang Mulia, ada surat dari Walikota Alexander dari Kota Perth."Domenico mengambil surat itu lalu kemudian menyerahkannya pada Xinlaire. Raut wajah Xinlaire tidak terlihat baik ketika ia membaca isi surat itu. Kota Perth telah dikepung oleh pasukan kerajaan Onyx.Xinlaire tidak bisa berdiam diri di istananya saja. Ia akan turun untuk berperang. Dengan situasi saat ini Kota PErth masih bisa menunggu pasukan mereka datang dalam satu bulan ke depan. Untungnya dua minggu lalu ia telah mengirim surat ke pemimpin Kota Perth mengenai kemungkinan kerajaan Onyx akan menyerang sehingga kota itu memiliki cukup banyak cadangan makanan. Xinlaire mengambil kertas lalu menulis surat balasan. Ia memerint
Setelah hari itu, Raylene tidak mendapatkan ingatan lainnya lagi. Namun, ia masih tetap memikirkan hal-hal yang telah muncul di benaknya. Ia ingin menanyakan banyak hal pada Xinlaire, tapi entah kenapa ia merasa bahwa suaminya menyembunyikan sesuatu darinya begitu juga dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.Vivian berkata padanya bahwa sebaiknya ia tidak perlu memikirkan hal-hal yang mengganggu pikirannya begitu juga dengan Nora.Ia bisa saja pergi menemui Luana untuk bertanya, tapi mungkin Luana juga akan mengatakan hal yang sama. Lalu, apakah ia harus berhenti memikirkan hal-hal yang mengganggunya itu?"Yang Mulia." Nora memanggil Raylene, teh di tangan Raylene sudah hampir dingin karena Raylene tidak kunjung menyesapnya.Raylene tersadar. Wanita itu kemudian menghela napas. Ia tidak sadar bahwa ia telah melamun cukup lama. "Yang Mulia, apa yang sedang Anda pikirkan?" Nora bertanya pada Raylene."Aku hanya memikirkan beberapa hal, itu tidak terlalu penting." Raylene engg
Setelah malam itu, Raylene tidak pernah mengalami mimpi buruk lagi. Ia juga telah berhenti memikirkan tentang peristiwa berdarah itu. Sekarang usia kehamilannya sudah memasuki sembilan bulan. Hanya tinggal menunggu hari lagi ia akan melahirkan. Untuk mempermudah persalinannya, Raylene memperbanyak jalan kaki di pagi dan sore hari seperti yang sedang ia lakukan sekarang. Langkah kaki Raylene terhenti ketika ia merasa air mengalir di pahanya. "Yang Mulia, ada apa?" tanya Nora."Sepertinya aku akan segera melahirkan.""Yang Mulia, mari kembali ke kamar." Nora memegangi tangan Raylene. "Ada apa?" Vivian mendekat."Yang Mulia Ratu akan segera melahirkan, segera panggil tabib."Vivian segera pergi. Ia memberi arahan pada seorang prajurit untuk memberitahu Xinlaire mengenai Raylene yang akan segera melakukan persalinan.Tabib datang setelah beberapa waktu bersama dengan tim medis lainnya. Mereka semua segera menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk proses persalinan.Tidak lama kemudian Xi