"Yang Mulia." Charlotte menangkap tubuh Xinlaire yang kehilangan keseimbangannya. Aroma arak tercium kuat dari tubuh Xinlaire, entah berapa banyak pria itu minum.Xinlaire mengangkat wajahnya, menatap Charlotte dengan tatapan marah bercampur sedih."Raylene, bagaimana kau bisa begitu kejam! Bagaimana bisa kau membunuh calon anak kita!" Xinlaire salah mengenali orang."Yang Mulia." Charlotte ingin mengatakan pada Xinlaire bahwa dirinya bukanlah Raylene, tapi pikiran licik wanita itu segera membuatnya mengurungkan niatnya. Ia bisa menggunakan malam ini untuk membuat Xinlaire menjadi miliknya seutuhnya."Aku menginginkannya, Raylene. Aku menginginkan anak itu!" Xinlaire bersuara lagi, kali ini dengan mata memerah. Kedua tangannya memegang bahu Charlotte dengan kuat.Hati Charlotte terbakar, ia tidak menyangka jika ternyata Xinlaire begitu menyayangi anak di dalam perut Raylene sampai Xinlaire menjadi seperti ini."Yang Mulia, maafkan aku. Aku telah melakukan kesalahan." Charlotte berting
Xinlaire telah berhasil masuk ke dalam kamar Raylene setelah menerjang kobaran api, pria itu mengedarkan pandangannya dan menemukan Raylene telah tergeletak di lantai.Kaki Xinlaire bergegas mendekati Raylene. Pria itu meraih tubuh Raylene. "Raylene! Raylene!"Raylene masih memiliki sedikit kesadaran. Wanita itu membuka matanya dan menatap wajah cemas Xinlaire."Jangan tutup matamu! Aku akan membawamu keluar dari sini!" Xinlaire segera berdiri dengan menggendong Raylene.Tangan Raylene menyentuh wajah Xinlaire dengan lembut. Di masa lalu Xinlaire juga tampak seperti ini ketika ia berada dalam bahaya. Saat itu ia berpikir bahwa Xinlaire sangat takut kehilangannya. Ia sangat bahagia karena merasa begitu dicintai oleh Xinlaire. Namun, ternyata semua itu hanyalah sandiwara Xinlaire.Dan sekarang kenapa Xinlaire harus terlihat seperti ini lagi? bukankah semua rencananya telah berhasil? dia seharusnya tidak perlu bersandiwara lagi."Xinlaire, apakah pernah sedikit saja kau benar-
Raylene tidak mengharapkan bahwa ia akan terbangun di kamar Xinlaire. Bahkan setelah kebakaran itu nyawanya masih saja bisa diselamatkan padahal ia sangat berharap kematian benar-benar datang menjemputnya.Tabib yang menjaga Raylene sangat lega setelah selesai memeriksa kondisi Raylene yang sudah stabil. Untunglah keajaiban masih berpihak padanya."Bagaimana kondisinya?" tanya Xinlaire. Orang yang paling lega ketika Raylene membuka mata adalah Xinlaire, bayang-bayang kehilangan yang mencekiknya kini telah menguap. Ia bisa kembali bernapas dengan benar, tanpa rasa sesak di dada."Kondisi Selir Raylene sudah stabil, tapi Selir Raylene masih perlu berbaring di ranjang selama beberapa hari ke depan agar benar-benar pulih. Selain itu ia juga harus terus meminum obatnya agar luka dalamnya sembuh.""Kau bisa meninggalkan tempat ini sekarang.""Baik, Yang Mulia." Tabib segera mundur. Hanya Sang Pencipta yang tahu betapa ia sangat ingin meninggalkan kediaman rajanya. Setiap detik yang ia lalui
Malam harinya Xinlaire kembali ke kediamannya. Pria itu mendapatkan laporan bahwa Raylene belum menyentuh makan malamnya sama sekali, wanita itu juga belum meminum obatnya.Ketika ia memasuki kamarnya, ia melihat Raylene sedang berbaring miring memunggunginya."Selir Raylene, apakah kau sudah tidak memedulikan Kakakmu yang ada di penjara?" Xinlaire terpaksa menggunakan cara ini untuk mengancam Raylene.Raylene masih memejamkan matanya, Xinlaire sangat licik. Pria itu masih ingin menipunya dengan menggunakan kakaknya yang saat ini sudah tidak ada di penjara. Namun, ia akan mengikuti permainan Xinlaire. Ia akan membuat Xinlaire berpikir bahwa ia mengikuti semua kata-kata pria itu karena memikirkan nasib kakaknya."Baiklah jika itu yang kau inginkan. Raphael tidak akan mendapatkan makanan selama satu minggu ke depan."Raylene membuka matanya. "Kakakku tidak melakukan kesalahan apapun!""Salah atau tidak, itu tergantung padamu, Raylene.""Aku sangat membencimu, Xinlaire.""Untu
Satu minggu setelah beristirahat total di atas ranjang, kondisi Raylene akhirnya sedikit lebih baik. Sekarang wanita itu sedang berada di taman istana Xinlaire.Saat ini matahari tengah memancarkan kehangatannya, tapi meski begitu tetap tidak bisa menghangatkan Raylene yang berdiri tanpa penghalang sinar matahari.Di belakang Raylene ada Xinlaire yang saat ini baru saja kembali dari barak pasukannya. Pria itu telah pergi pagi-pagi sekali untuk melatih pasukannya. Ia kembali saat ini karena hampir waktunya sarapan."Siapkan sarapan di sini!" Xinlaire memberi perintah pada Edmund."Baik, Yang Mulia."Beberapa saat kemudian sarapan telah dihidangkan di meja yang terletak di gazebo.Dua pelayan dan Vivian yang ada di belakang Raylene segera mundur karena Xinlaire yang datang mendekat."Sudah waktunya untuk sarapan." Xinlaire berdiri di belakang Raylene.Raylene membalik tubuhnya, pandangan Xinlaire terkunci pada sosok rapuh Raylene yang bermandikan cahaya matahari. Raylene tampak masih le
Satu minggu berlalu, berdasarkan pemeriksaan tabib kondisi fisik Raylene sudah cukup baik untuk melakukan perjalanan jauh. Oleh sebab itu hari ini Raylene akan meninggalkan istana seperti yang sudah direncanakan sebelumnya.Raylene telah melangkah menuju ke kereta kuda yang akan membawanya ke desa North. Raylene tiba-tiba teringat pada Melissa. Meninggalkan istana adalah sesuatu yang telah direncanakan oleh Melissa untuknya. Namun, sekarang dia pergi sendirian karena Melissa telah tiada.Harusnya Raylene bahagia karena akhirnya ia akan berada jauh dari Xinlaire, tapi perasaannya tidak begitu baik karena ia masih tidak tahu apa tujuan Xinlaire mengirimnya ke desa North.Namun, apapun tujuan Xinlaire ia tidak akan mengizinkan Xinlaire menyakiti orang-orang di desa itu. Tidak ada lagi orang yang boleh terluka karena dirinya.Sebelum masuk ke dalam keretanya, Raylene melihat ke arah istana sekali lagi, ia menemukan Charlotte berdiri di atas jembatan lengkung yang ada di deka
Suara denting pedang yang saling beradu masih terdengar setelah beberapa waktu terlewati. Saat ini salah satu pemimpin pasukan pembunuh bayaran tengah menyerang Raylene dengan agresif, setiap serangan pria itu tajam dan mematikan.Serangan demi serangan yang diarahkan padanya menguras tenaga Raylene, tapi wanita itu tidak mundur sedikit pun. Ia telah membunuh dua pembunuh bayaran yang menyerangnya sebelumnya, dan saat ini ia harus melakukan hal yang sama terhadap pria yang tengah mengayunkan pedang padanya.Ia berhasil menghindar dan membalas serangan dari lawannya, tapi hal itu tidak berlangsung lebih lama karena pada serangan selanjutnya, Raylene terlambat menghindar sehingga menyebabkan lengannya terkena ayunan pedang lawannya.Raylene melihat ke lengannya yang kini terluka dan berdarah, tapi fokusnya segera kembali lebih cepat karena pria di depannya kembali menyerangnya dengan ganas. Udara saat ini dipenuhi dengan bau darah yang kuat.Eric -penjaga bayangan terbaik yang dikirim o
Kuda hitam Xinlaire menembus gelapnya malam. Pria itu tidak beristirahat sedikit pun. Ia hanya ingin segera sampai ke desa tempat Ilyin berada saat ini.Sekarang ia menyesali keputusanya mengirim Raylene ke desa North. Ia pikir ia telah memastikan keamanan Raylene, tapi ternyata Raylene tetap berada dalam bahaya.Meski ia mengetahui bahwa racun di tubuh Raylene telah diatasi oleh obat penawar milik Daniel, tapi tetap saja ia mencemaskan Raylene.Luka Raylene sebelumnya belum sembuh sepenuhnya, dan sekarang wanitanya itu mendapatkan luka baru. Ia berniat mengirim Raylene ke desa North untuk penyembuhan, tapi ia hampir saja mengantarkan istrinya ke tempat peristirahatan terakhir.Setelah menerjang malam berjam-jam, Xinlaire sampai di penginapan tempat Raylene berada. Pria itu langsung turun dari kudanya, melangkah dengan pasti menuju ke kamar Raylene dengan dipandu oleh bawahannya yang tadi datang melapor padanya."Bagaimana kondisi Selir Raylene?" Xinlaire melewati Danie