Raylene tidak mengharapkan bahwa ia akan terbangun di kamar Xinlaire. Bahkan setelah kebakaran itu nyawanya masih saja bisa diselamatkan padahal ia sangat berharap kematian benar-benar datang menjemputnya.Tabib yang menjaga Raylene sangat lega setelah selesai memeriksa kondisi Raylene yang sudah stabil. Untunglah keajaiban masih berpihak padanya."Bagaimana kondisinya?" tanya Xinlaire. Orang yang paling lega ketika Raylene membuka mata adalah Xinlaire, bayang-bayang kehilangan yang mencekiknya kini telah menguap. Ia bisa kembali bernapas dengan benar, tanpa rasa sesak di dada."Kondisi Selir Raylene sudah stabil, tapi Selir Raylene masih perlu berbaring di ranjang selama beberapa hari ke depan agar benar-benar pulih. Selain itu ia juga harus terus meminum obatnya agar luka dalamnya sembuh.""Kau bisa meninggalkan tempat ini sekarang.""Baik, Yang Mulia." Tabib segera mundur. Hanya Sang Pencipta yang tahu betapa ia sangat ingin meninggalkan kediaman rajanya. Setiap detik yang ia lalui
Malam harinya Xinlaire kembali ke kediamannya. Pria itu mendapatkan laporan bahwa Raylene belum menyentuh makan malamnya sama sekali, wanita itu juga belum meminum obatnya.Ketika ia memasuki kamarnya, ia melihat Raylene sedang berbaring miring memunggunginya."Selir Raylene, apakah kau sudah tidak memedulikan Kakakmu yang ada di penjara?" Xinlaire terpaksa menggunakan cara ini untuk mengancam Raylene.Raylene masih memejamkan matanya, Xinlaire sangat licik. Pria itu masih ingin menipunya dengan menggunakan kakaknya yang saat ini sudah tidak ada di penjara. Namun, ia akan mengikuti permainan Xinlaire. Ia akan membuat Xinlaire berpikir bahwa ia mengikuti semua kata-kata pria itu karena memikirkan nasib kakaknya."Baiklah jika itu yang kau inginkan. Raphael tidak akan mendapatkan makanan selama satu minggu ke depan."Raylene membuka matanya. "Kakakku tidak melakukan kesalahan apapun!""Salah atau tidak, itu tergantung padamu, Raylene.""Aku sangat membencimu, Xinlaire.""Untu
Satu minggu setelah beristirahat total di atas ranjang, kondisi Raylene akhirnya sedikit lebih baik. Sekarang wanita itu sedang berada di taman istana Xinlaire.Saat ini matahari tengah memancarkan kehangatannya, tapi meski begitu tetap tidak bisa menghangatkan Raylene yang berdiri tanpa penghalang sinar matahari.Di belakang Raylene ada Xinlaire yang saat ini baru saja kembali dari barak pasukannya. Pria itu telah pergi pagi-pagi sekali untuk melatih pasukannya. Ia kembali saat ini karena hampir waktunya sarapan."Siapkan sarapan di sini!" Xinlaire memberi perintah pada Edmund."Baik, Yang Mulia."Beberapa saat kemudian sarapan telah dihidangkan di meja yang terletak di gazebo.Dua pelayan dan Vivian yang ada di belakang Raylene segera mundur karena Xinlaire yang datang mendekat."Sudah waktunya untuk sarapan." Xinlaire berdiri di belakang Raylene.Raylene membalik tubuhnya, pandangan Xinlaire terkunci pada sosok rapuh Raylene yang bermandikan cahaya matahari. Raylene tampak masih le
Satu minggu berlalu, berdasarkan pemeriksaan tabib kondisi fisik Raylene sudah cukup baik untuk melakukan perjalanan jauh. Oleh sebab itu hari ini Raylene akan meninggalkan istana seperti yang sudah direncanakan sebelumnya.Raylene telah melangkah menuju ke kereta kuda yang akan membawanya ke desa North. Raylene tiba-tiba teringat pada Melissa. Meninggalkan istana adalah sesuatu yang telah direncanakan oleh Melissa untuknya. Namun, sekarang dia pergi sendirian karena Melissa telah tiada.Harusnya Raylene bahagia karena akhirnya ia akan berada jauh dari Xinlaire, tapi perasaannya tidak begitu baik karena ia masih tidak tahu apa tujuan Xinlaire mengirimnya ke desa North.Namun, apapun tujuan Xinlaire ia tidak akan mengizinkan Xinlaire menyakiti orang-orang di desa itu. Tidak ada lagi orang yang boleh terluka karena dirinya.Sebelum masuk ke dalam keretanya, Raylene melihat ke arah istana sekali lagi, ia menemukan Charlotte berdiri di atas jembatan lengkung yang ada di deka
Suara denting pedang yang saling beradu masih terdengar setelah beberapa waktu terlewati. Saat ini salah satu pemimpin pasukan pembunuh bayaran tengah menyerang Raylene dengan agresif, setiap serangan pria itu tajam dan mematikan.Serangan demi serangan yang diarahkan padanya menguras tenaga Raylene, tapi wanita itu tidak mundur sedikit pun. Ia telah membunuh dua pembunuh bayaran yang menyerangnya sebelumnya, dan saat ini ia harus melakukan hal yang sama terhadap pria yang tengah mengayunkan pedang padanya.Ia berhasil menghindar dan membalas serangan dari lawannya, tapi hal itu tidak berlangsung lebih lama karena pada serangan selanjutnya, Raylene terlambat menghindar sehingga menyebabkan lengannya terkena ayunan pedang lawannya.Raylene melihat ke lengannya yang kini terluka dan berdarah, tapi fokusnya segera kembali lebih cepat karena pria di depannya kembali menyerangnya dengan ganas. Udara saat ini dipenuhi dengan bau darah yang kuat.Eric -penjaga bayangan terbaik yang dikirim o
Kuda hitam Xinlaire menembus gelapnya malam. Pria itu tidak beristirahat sedikit pun. Ia hanya ingin segera sampai ke desa tempat Ilyin berada saat ini.Sekarang ia menyesali keputusanya mengirim Raylene ke desa North. Ia pikir ia telah memastikan keamanan Raylene, tapi ternyata Raylene tetap berada dalam bahaya.Meski ia mengetahui bahwa racun di tubuh Raylene telah diatasi oleh obat penawar milik Daniel, tapi tetap saja ia mencemaskan Raylene.Luka Raylene sebelumnya belum sembuh sepenuhnya, dan sekarang wanitanya itu mendapatkan luka baru. Ia berniat mengirim Raylene ke desa North untuk penyembuhan, tapi ia hampir saja mengantarkan istrinya ke tempat peristirahatan terakhir.Setelah menerjang malam berjam-jam, Xinlaire sampai di penginapan tempat Raylene berada. Pria itu langsung turun dari kudanya, melangkah dengan pasti menuju ke kamar Raylene dengan dipandu oleh bawahannya yang tadi datang melapor padanya."Bagaimana kondisi Selir Raylene?" Xinlaire melewati Danie
"Yang Mulia, kami telah memeriksa markas Bulan Hitam, tidak ada siapapun lagi di sana, juga tempat itu telah dibersihkan."Xinlaire sangat tidak puas dengan laporan Eric, tapi jika menangkap Bulan Hitam menjadi pekerjaan yang mudah, maka Bulan Hitam tidak akan ditakuti oleh orang-orang dari dunia hitam."Perketat penjagaan di setiap gerbang kota. Siapapun yang hendak meninggalkan kota harus diperiksa terlebih dahulu. Pastikan orang-orang Bulan Hitam tidak meninggalkan wilayah kerajaan.""Baik, Yang Mulia," jawab Eric."Temui Domenico, sampaikan padanya untuk menyelidiki orang-orang yang mungkin memiliki dendam dengan Raylene atau keluarganya.""Baik, Yang Mulia.""Pergilah!""Saya permisi, Yang Mulia." Eric bergerak mundur lalu berbalik.Setelah menerima laporan dari Eric, Xinlaire keluar dari kamarnya. Pria itu masuk ke kamar Raylene. Ini sudah larut malam, jadi Raylene pasti telah tidur.Pandangan Xinlaire jatuh ke wajah tenang Raylene. Pria itu tidak mengeluarkan suara sedikit pun,
Satu jam setelah Xinlaire sampai di istana, Raylene dan yang lainnya juga sampai. Vivian segera membawa Raylene untuk menghadap ke Xinlaire.Tatapan Raylene saat ini terarah pada Charlotte yang masih berbaring di atas ranjang Xinlaire. Ia tidak cemburu sama sekali dengan keberadaan Charlotte di sana. Hatinya yang sakit, tidak bisa merasakan apapun lagi."Memberi salam pada, Yang Mulia Raja." Vivian mengucapkan salam pada Xinlaire terlebih dahulu, lalu kemudian beralih pada Charlotte."Selir Raylene, sepertinya kau melupakan sopan santunmu." Xinlaire berkata dingin pada Raylene.Raylene tersenyum kecil. "Maafkan aku, Yang Mulia. Aku benar-benar lupa. Memberi salam pada Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Ratu.""Bawa Selir Raylene kembali ke paviliunnya.""Paviliunku?" Raylene mengerutkan keningnya. "Bukankah seharusnya aku dikirim kembali ke istana dingin? Oh, benar, istana dingin terbakar, tapi bukankah paviliunku terlalu bagus untuk tempat tinggalku?""Bukankah seharusnya ka
Pemakaman Raphael telah dilakukan, saat ini Raylene sedang menggendong putranya."Raylene, ayo kembali." Xinlaire harus menjelaskan pada Raylene ketika Raylene sudah lebih tenang. Kali ini ia merasakan bagaimana rasanya difitnah dan ia tidak memiliki bukti untuk menunjukan bahwa ia tidak bersalah sama seperti yang terjadi ketika Raylene difitnah oleh Charlotte ketika Raylene mengalami keguguran.Raylene mengangkat kepalanya, matanya masih sembab karena menangisi kepergian kakaknya."Kembali? Aku tidak akan pernah kembali bersamamu."Xinlaire tidak menepati janjinya, pria itu sekali lagi telah menghancurkan hati dan kepercayaannya."Menyingkir!" Raylene mengeluarkan belati yang ia simpan di balik gaunnya. Siapapun yang berani menghalanginya maka orang itu akan mati.Di sebelahnya ada Nora yang juga mengeluarkan belati, Nora akan menemani ke mana pun Raylene pergi."Jangan menyakiti Ratu ataupun Putra Mahkota!" Xinlaire memperingati orang-orangnya yang saat ini sudah siaga.Namun
Hari ini Xinlaire membuka gerbang, ia dan seluruh pasukannya kini berada di tanah lapang menghadapi Bennedict dan juga Raphael.Kedua belah pihak berada di tempat masing-masing saling berhadapan dengan keinginan untuk saling mengalahkan.Bennedict memiringkan wajahnya menatap Raphael mengejek. "Tampaknya adikmu gagal menjalankan tugasnya."Jika Raylene gagal maka bagaimana keadaan Raylene saat ini apakah Raylene dibunuh oleh Xinlaire?"Kau tidak perlu mencemaskan adikmu, Mantan Putra Mahkota Raphael. Raja Xinlaire pasti tidak akan membunuhnya. Adikmu terlalu cantik untuk menjadi mayat, selain itu Raja Xinlaire juga memiliki anak dengan adikmu, tapi mungkin saat ini nasib adikmu tidak terlalu baik.""Aku pasti akan membunuh bajingan itu hari ini!" Raphael berkata dengan tatapan sinis pada Xinlaire yang berada jauh di sana.Pasukan dua kerajaan itu mulai bergerak saat pemimpin mereka memberikan arahan untuk menyerang.Pagi itu cuaca sangat cerah, semangat dari kedua pasukan membara.
Raylene membuka matanya ketika ia merasa bahwa Xinlaire telah terlelap. Tangan wanita itu bergerak ke bawah bantalnya, ia mengambil belati yang sudah ia simpan sejak beberapa saat lalu.Tangan wanita itu menggenggam belatinya dengan kuat, ia duduk dengan perlahan lalu kemudian mengayunkan belatinya ke dada Xinlaire.Namun, gerakannya yang semula dipenuhi oleh keyakinan kini terhenti tepat ketika ujung runcing belati itu hanya kurang satu senti dari dada Xinlaire, tempat di mana jantung pria itu berada.Sekali lagi Raylene mengalami pertentangan batin. Dia masih tidak tahan untuk membunuh Xinlaire.Tekadnya saat ini mulai goyah, tangannya mulai gemetar. Nyatanya ia hanyalah Raylene Allegra yang tidak akan pernah mampu membunuh Xinlaire.Raylene mengutuk dirinya sendiri yang masih memiliki kelembutan hati untuk pria yang telah menyakitinya sedemikian rupa.Ia merasa bahwa dirinya benar-benar menjijikan, bahkan setelah semuanya, ternyata masih tersisa rasa untuk Xinlaire. Di dunia ini, t
Malam harinya saat semua orang masih sibuk menyingkirkan mayat dan membersihkan bekas perang Raylene menyusup keluar dari Kota Perth melewati jalur rahasia.Sekarang ia berada di tengah hutan yang gelap, Raylene mengandalkan pengetahuannya tentang alam untuk sampai ke tenda musuh."Siapa kau?!" Seorang prajurit yang sedang berpatroli menghentikan Raylene. "Ada penyusup di sini!""Aku ingin bertemu dengan Tuan Raphael," seru Raylene. "Aku adalah adiknya, Raylene Allegra."Beberapa prajurit segera berkumpul, mereka mengarahkan pedang pada Raylene.Semua prajurit yang ada di depan Raylene tahu bahwa Raphael memang memiliki adik, dan adik pria itu saat ini adalah Ratu Allegra.Karena wanita di depan mereka mengaku sebagai adik Raphael, mereka tidak bisa bertindak sembarangan."Beritahukan Tuan Raphael bahwa ada wanita bernama Raylene Allegra ingin bertemu dengannya." Salah satu orang yang mengarahkan pedang pada Raylene adalah komandan pasukan."Baik, Komandan Jackson."Beberapa sa
"Bagaimana dengan pasukan bantuan Kerajaan Allegra?" Bennedict bertanya pada mata-mata yang ia kirim untuk mengawasi di luar gerbang kota Vegaz, kota yang terletek sebelum kota Perth. Jika pasukan bantuan ingin pergi ke kota Perth, maka mereka harus melewati gerbang kota Vegaz terlebih dahulu."Pasukan bantuan Kerajaan Allegra masih berada di Kota Vegaz, Yang Mulia. Belum ada tanda-tanda mereka akan meninggalkan Kota Vegaz."Senyum tampak di wajah Bennedith. Pasukan bantuan tampaknya sangat berhati-hati. Mungkin saat ini mereka masih menyusun strategi untuk menembus para pasukannya yang telah mengepung Kota Perth.Tidak peduli strategi apapun yang sedang direncanakan oleh para jenderal Allegra, mereka tidak akan bisa mencapai grebang kota Perth. Pasukannya telah berjaga di bukit bebatuan, jika pasukan bantuan melewati bukit bebatuan itu, maka pasukannya akan menghujani pasukan bantuan dengan panah api dan batu dari atas.Pada akhirnya pasukan bantuan hanya akan menarik mundur pasukann
Pasukan musuh berhasil memanjat dinding benteng, serangan panah api dan bola api berhasil membuat pasukan yang berjaga di atas benteng berguguran.Raylene memegang pedangnya kuat, saat ada prajurit yang berhasil naik ia akan mengayunkan pedangnya membunuh prajurit-prajurit itu. Situasi di atas benteng semakin memanas, api di mana-mana, suara denting pedang beradu terdengar hampir di setiap sudut.Xinlaire memperhatikan Raylene yang berada tidak begitu jauh darinya sembari terus menyerang pasukan musuh. Xinlaire tidak bisa tidak memuji keberanian istrinya, baik dulu ataupun sekarang ini adalah pertama kalinya Raylene ikut dalam peperangan seperti ini, tapi Raylene tidak takut sama sekali. Ia benar-benar tidak salah jatuh cinta pada Raylene.Waktu berlalu, pasukan musuh kini ditarik mundur. Gerbang kota Perth masih bisa dipertahankan. Hari ini kerajaan Onyx kehilangan cukup banyak pasukannya, begitu juga dengan Allegra.Prajurit mulai mengangkat mayat-mayat yang bergeleta
Sudah dua minggu sejak pasukan dikirim menuju ke Kota Perth dan Kota Ashyr, tapi rombongan itu belum sampai ke kota tujuan mereka karena waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sana adalah satu bulan lebih. Seorang prajurit datang dengan tergesa. Pria itu berlutut beberapa langkah di depan Xinlaire. "Yang Mulia, ada surat dari Walikota Alexander dari Kota Perth."Domenico mengambil surat itu lalu kemudian menyerahkannya pada Xinlaire. Raut wajah Xinlaire tidak terlihat baik ketika ia membaca isi surat itu. Kota Perth telah dikepung oleh pasukan kerajaan Onyx.Xinlaire tidak bisa berdiam diri di istananya saja. Ia akan turun untuk berperang. Dengan situasi saat ini Kota PErth masih bisa menunggu pasukan mereka datang dalam satu bulan ke depan. Untungnya dua minggu lalu ia telah mengirim surat ke pemimpin Kota Perth mengenai kemungkinan kerajaan Onyx akan menyerang sehingga kota itu memiliki cukup banyak cadangan makanan. Xinlaire mengambil kertas lalu menulis surat balasan. Ia memerint
Setelah hari itu, Raylene tidak mendapatkan ingatan lainnya lagi. Namun, ia masih tetap memikirkan hal-hal yang telah muncul di benaknya. Ia ingin menanyakan banyak hal pada Xinlaire, tapi entah kenapa ia merasa bahwa suaminya menyembunyikan sesuatu darinya begitu juga dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.Vivian berkata padanya bahwa sebaiknya ia tidak perlu memikirkan hal-hal yang mengganggu pikirannya begitu juga dengan Nora.Ia bisa saja pergi menemui Luana untuk bertanya, tapi mungkin Luana juga akan mengatakan hal yang sama. Lalu, apakah ia harus berhenti memikirkan hal-hal yang mengganggunya itu?"Yang Mulia." Nora memanggil Raylene, teh di tangan Raylene sudah hampir dingin karena Raylene tidak kunjung menyesapnya.Raylene tersadar. Wanita itu kemudian menghela napas. Ia tidak sadar bahwa ia telah melamun cukup lama. "Yang Mulia, apa yang sedang Anda pikirkan?" Nora bertanya pada Raylene."Aku hanya memikirkan beberapa hal, itu tidak terlalu penting." Raylene engg
Setelah malam itu, Raylene tidak pernah mengalami mimpi buruk lagi. Ia juga telah berhenti memikirkan tentang peristiwa berdarah itu. Sekarang usia kehamilannya sudah memasuki sembilan bulan. Hanya tinggal menunggu hari lagi ia akan melahirkan. Untuk mempermudah persalinannya, Raylene memperbanyak jalan kaki di pagi dan sore hari seperti yang sedang ia lakukan sekarang. Langkah kaki Raylene terhenti ketika ia merasa air mengalir di pahanya. "Yang Mulia, ada apa?" tanya Nora."Sepertinya aku akan segera melahirkan.""Yang Mulia, mari kembali ke kamar." Nora memegangi tangan Raylene. "Ada apa?" Vivian mendekat."Yang Mulia Ratu akan segera melahirkan, segera panggil tabib."Vivian segera pergi. Ia memberi arahan pada seorang prajurit untuk memberitahu Xinlaire mengenai Raylene yang akan segera melakukan persalinan.Tabib datang setelah beberapa waktu bersama dengan tim medis lainnya. Mereka semua segera menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk proses persalinan.Tidak lama kemudian Xi