"Ibu, Nenek, janin di dalam kandungan Raylene tidak boleh dibiarkan hidup. Apa gunanya posisi ratu jika pada akhirnya anak wanita jalang itu yang naik tahta sebagai penerus Allegra." Ekspresi wajah Charlotte terlihat sangat geram.Rebecca dan Dorothy memiliki pemikiran yang sama dengan Charlotte. Janin di dalam kandungan Raylene tidak bisa dibiarkan tetap hidup. Mereka tidak boleh mengambil resiko sekecil apapun. Penerus Allegra harus dilahirkan oleh Charlotte bukan Raylene.Keduanya tidak mengerti kenapa Raylene sangat beruntung. Wanita itu belum lama menikah dengan Xinlaire, tapi sudah mengandung."Nenek akan memesan obat penggugur kandungan segera." Dorothy akan melakukan apa saja untuk cucunya."Berapa lama obat itu akan tersedia, Nenek?""Tidak akan lama, mungkin hanya membutuhkan waktu dua hari saja."Charlotte tidak ingin menunggu lama, jika bisa saat ini juga obat itu ada di tangannya. Memikirkan Raylene mengandung benar-benar membuatnya gila.Siapa yang tahu apa yan
"Lihat mereka baik-baik, siapa yang membeli obat penggugur kandungan dari tokomu?" Xinlaire menatap pengelola toko obat tempat dari mana botol obat yang beberap saat lalu ditemukan.Pengelola itu menatap para pelayan di paviliun Raylene satu per satu. "Itu dia, Yang Mulia."Wajah Melissa mendadak beku. "Tidak! Saya tidak pernah membeli obat apapun dari toko Anda!" Ia segera mengelak."Yang Mulia saya tidak salah mengenali orang. Pelayan saya juga bisa memberi kesaksian." Pria paruh baya itu berkata dengan sungguh-sungguh.Tatapan Xinlaire berpindah ke beberapa pelayan toko obat yang berlutut di lantai."Yang Mulia, apa yang dikatakan oleh Tuan Eric benar. Saya adalah orang yang melayani Nona itu membeli obat penggugur kandungan." Seorang pelayan wanita bicara.Dada Melissa berdebar tidak menentu sekarang. Dia sangat menyadari bahwa saat ini ia telah dijebak. Orang-orang itu bekerja sama untuk membuatnya menjadi tersangka.Raylene juga menyadari hal yang sama, ia sangat percaya pada Me
Xinlaire kembali ke tempat istirahatnya. Kemarahannya masih belum berkurang sedikitpun. Xinlaire melampiaskan amarahnya terhadap barang-barang yang ada di kamarnya.Dia masih tidak menyangka bahwa Raylene akan begitu kejam. Calon anak mereka tidak memiliki kesalahan sama sekali, seharusnya Raylene tidak membunuhnya.Usai melampiaskan kemarahannya dengan menghancurkan sekelilingnya, Xinlaire meraih botol arak dan meminumnya dengan marah.Apa yang dilakukan oleh Raylene benar-benar tidak termaafkan olehnya. Raylene harus merasakan hukuman dari tindakan sepihaknya.Xinlaire tidak akan pernah memedulikan Raylene lagi. Semakin menderita Raylene di istana dingin maka itu akan semakin baik. Itu adalah harga yang pantas Raylene bayar karena telah membunuh anak mereka.**Dua pelayan mengantarkan Melissa yang telah dicambuk ke istana dingin. Raylene segera mendekati Melissa yang tergeletak di lantai dengan susah payah."Melissa." Hati Raylene tersayat ketika melihat kondisi Melissa
"Yang Mulia." Charlotte menangkap tubuh Xinlaire yang kehilangan keseimbangannya. Aroma arak tercium kuat dari tubuh Xinlaire, entah berapa banyak pria itu minum.Xinlaire mengangkat wajahnya, menatap Charlotte dengan tatapan marah bercampur sedih."Raylene, bagaimana kau bisa begitu kejam! Bagaimana bisa kau membunuh calon anak kita!" Xinlaire salah mengenali orang."Yang Mulia." Charlotte ingin mengatakan pada Xinlaire bahwa dirinya bukanlah Raylene, tapi pikiran licik wanita itu segera membuatnya mengurungkan niatnya. Ia bisa menggunakan malam ini untuk membuat Xinlaire menjadi miliknya seutuhnya."Aku menginginkannya, Raylene. Aku menginginkan anak itu!" Xinlaire bersuara lagi, kali ini dengan mata memerah. Kedua tangannya memegang bahu Charlotte dengan kuat.Hati Charlotte terbakar, ia tidak menyangka jika ternyata Xinlaire begitu menyayangi anak di dalam perut Raylene sampai Xinlaire menjadi seperti ini."Yang Mulia, maafkan aku. Aku telah melakukan kesalahan." Charlotte berting
Xinlaire telah berhasil masuk ke dalam kamar Raylene setelah menerjang kobaran api, pria itu mengedarkan pandangannya dan menemukan Raylene telah tergeletak di lantai.Kaki Xinlaire bergegas mendekati Raylene. Pria itu meraih tubuh Raylene. "Raylene! Raylene!"Raylene masih memiliki sedikit kesadaran. Wanita itu membuka matanya dan menatap wajah cemas Xinlaire."Jangan tutup matamu! Aku akan membawamu keluar dari sini!" Xinlaire segera berdiri dengan menggendong Raylene.Tangan Raylene menyentuh wajah Xinlaire dengan lembut. Di masa lalu Xinlaire juga tampak seperti ini ketika ia berada dalam bahaya. Saat itu ia berpikir bahwa Xinlaire sangat takut kehilangannya. Ia sangat bahagia karena merasa begitu dicintai oleh Xinlaire. Namun, ternyata semua itu hanyalah sandiwara Xinlaire.Dan sekarang kenapa Xinlaire harus terlihat seperti ini lagi? bukankah semua rencananya telah berhasil? dia seharusnya tidak perlu bersandiwara lagi."Xinlaire, apakah pernah sedikit saja kau benar-
Raylene tidak mengharapkan bahwa ia akan terbangun di kamar Xinlaire. Bahkan setelah kebakaran itu nyawanya masih saja bisa diselamatkan padahal ia sangat berharap kematian benar-benar datang menjemputnya.Tabib yang menjaga Raylene sangat lega setelah selesai memeriksa kondisi Raylene yang sudah stabil. Untunglah keajaiban masih berpihak padanya."Bagaimana kondisinya?" tanya Xinlaire. Orang yang paling lega ketika Raylene membuka mata adalah Xinlaire, bayang-bayang kehilangan yang mencekiknya kini telah menguap. Ia bisa kembali bernapas dengan benar, tanpa rasa sesak di dada."Kondisi Selir Raylene sudah stabil, tapi Selir Raylene masih perlu berbaring di ranjang selama beberapa hari ke depan agar benar-benar pulih. Selain itu ia juga harus terus meminum obatnya agar luka dalamnya sembuh.""Kau bisa meninggalkan tempat ini sekarang.""Baik, Yang Mulia." Tabib segera mundur. Hanya Sang Pencipta yang tahu betapa ia sangat ingin meninggalkan kediaman rajanya. Setiap detik yang ia lalui
Malam harinya Xinlaire kembali ke kediamannya. Pria itu mendapatkan laporan bahwa Raylene belum menyentuh makan malamnya sama sekali, wanita itu juga belum meminum obatnya.Ketika ia memasuki kamarnya, ia melihat Raylene sedang berbaring miring memunggunginya."Selir Raylene, apakah kau sudah tidak memedulikan Kakakmu yang ada di penjara?" Xinlaire terpaksa menggunakan cara ini untuk mengancam Raylene.Raylene masih memejamkan matanya, Xinlaire sangat licik. Pria itu masih ingin menipunya dengan menggunakan kakaknya yang saat ini sudah tidak ada di penjara. Namun, ia akan mengikuti permainan Xinlaire. Ia akan membuat Xinlaire berpikir bahwa ia mengikuti semua kata-kata pria itu karena memikirkan nasib kakaknya."Baiklah jika itu yang kau inginkan. Raphael tidak akan mendapatkan makanan selama satu minggu ke depan."Raylene membuka matanya. "Kakakku tidak melakukan kesalahan apapun!""Salah atau tidak, itu tergantung padamu, Raylene.""Aku sangat membencimu, Xinlaire.""Untu
Satu minggu setelah beristirahat total di atas ranjang, kondisi Raylene akhirnya sedikit lebih baik. Sekarang wanita itu sedang berada di taman istana Xinlaire.Saat ini matahari tengah memancarkan kehangatannya, tapi meski begitu tetap tidak bisa menghangatkan Raylene yang berdiri tanpa penghalang sinar matahari.Di belakang Raylene ada Xinlaire yang saat ini baru saja kembali dari barak pasukannya. Pria itu telah pergi pagi-pagi sekali untuk melatih pasukannya. Ia kembali saat ini karena hampir waktunya sarapan."Siapkan sarapan di sini!" Xinlaire memberi perintah pada Edmund."Baik, Yang Mulia."Beberapa saat kemudian sarapan telah dihidangkan di meja yang terletak di gazebo.Dua pelayan dan Vivian yang ada di belakang Raylene segera mundur karena Xinlaire yang datang mendekat."Sudah waktunya untuk sarapan." Xinlaire berdiri di belakang Raylene.Raylene membalik tubuhnya, pandangan Xinlaire terkunci pada sosok rapuh Raylene yang bermandikan cahaya matahari. Raylene tampak masih le