"Yang Mulia, apakah Anda akan benar-benar pergi ke jamuan teh yang diadakan oleh Ratu?" Melissa mengkhawatirkan Raylene. Dia tahu bahwa Charlotte tidak menyukai Raylene, dan ia yakin bahwa Charlotte pasti akan mempermukan Raylene di jamuan itu nanti.Sudah satu minggu sejak Charlotte dinobatkan sebagai ratu, dan dalam jangka waktu itu juga hidup Raylene mulai dipersulit. Charlotte mulai memotong uang untuk keperluan Raylene tanpa alasan.Selain itu bagian dapur juga tidak memberikan Raylene makanan mewah seperti biasanya. Raylene nyaris menyantap makanan yang sama dengan pelayan.Mendapatkan perlakuan seperti itu tidak membuat Raylene mengeluh. Pada dasarnya apapun yang ia makan rasanya akan tetap sama, tidak terasa nikmat sama sekali.Bahkan begitu lebih baik, setidaknya dia merasakan apa yang dirasakan oleh kakaknya di penjara yang mungkin mendapatkan makanan tidak layak."Aku harus mematuhi perintah Ratu." Raylene tidak ingin mencari masalah, dia akan baik-baik saja
"Yang Mulia, apakah Anda merasa tidak enak badan?" Melissa memperhatikan wajah Raylene yang pucat."Kepalaku sedikit pusing," jawab Raylene. "Aku tidak bisa menghabiskan sarapan." Wanita itu berdiri dari tempat duduknya, mungkin dia akan merasa lebih baik setelah istirahat.Selama ia kurang tidur karena Xinlaire yang terus menerus menyentuhnya. Mungkin itulah penyebab ia tidak enak badan seperti ini."Yang Mulia mari saya bantu." Melissa hendak meraih tangan Raylene, tapi segera ditolak oleh Raylene."Aku bisa sendiri." Raylene meninggalkan kursi dan hendak menuju ranjang, tapi belum ia mencapai ranjang tubuhny telah jatuh ke lantai."Yang Mulia!" Melissa berlari panik menuju Raylene. Wanita itu memanggil Raylene sekali lagi, tapi tidak ada jawaban."Vivian!"Vivian segera masuk. "Apa yang terjadi pada Selir Raylene?""Aku tidak tahu, Yang Mulia tiba-tiba tidak sadarkan diri. Bantu aku membawa Yang Mulia ke ranjang, lalu setelah itu tolong panggilkan tabib."Vivian segera membantu Mel
"Ibu, Nenek, janin di dalam kandungan Raylene tidak boleh dibiarkan hidup. Apa gunanya posisi ratu jika pada akhirnya anak wanita jalang itu yang naik tahta sebagai penerus Allegra." Ekspresi wajah Charlotte terlihat sangat geram.Rebecca dan Dorothy memiliki pemikiran yang sama dengan Charlotte. Janin di dalam kandungan Raylene tidak bisa dibiarkan tetap hidup. Mereka tidak boleh mengambil resiko sekecil apapun. Penerus Allegra harus dilahirkan oleh Charlotte bukan Raylene.Keduanya tidak mengerti kenapa Raylene sangat beruntung. Wanita itu belum lama menikah dengan Xinlaire, tapi sudah mengandung."Nenek akan memesan obat penggugur kandungan segera." Dorothy akan melakukan apa saja untuk cucunya."Berapa lama obat itu akan tersedia, Nenek?""Tidak akan lama, mungkin hanya membutuhkan waktu dua hari saja."Charlotte tidak ingin menunggu lama, jika bisa saat ini juga obat itu ada di tangannya. Memikirkan Raylene mengandung benar-benar membuatnya gila.Siapa yang tahu apa yan
"Lihat mereka baik-baik, siapa yang membeli obat penggugur kandungan dari tokomu?" Xinlaire menatap pengelola toko obat tempat dari mana botol obat yang beberap saat lalu ditemukan.Pengelola itu menatap para pelayan di paviliun Raylene satu per satu. "Itu dia, Yang Mulia."Wajah Melissa mendadak beku. "Tidak! Saya tidak pernah membeli obat apapun dari toko Anda!" Ia segera mengelak."Yang Mulia saya tidak salah mengenali orang. Pelayan saya juga bisa memberi kesaksian." Pria paruh baya itu berkata dengan sungguh-sungguh.Tatapan Xinlaire berpindah ke beberapa pelayan toko obat yang berlutut di lantai."Yang Mulia, apa yang dikatakan oleh Tuan Eric benar. Saya adalah orang yang melayani Nona itu membeli obat penggugur kandungan." Seorang pelayan wanita bicara.Dada Melissa berdebar tidak menentu sekarang. Dia sangat menyadari bahwa saat ini ia telah dijebak. Orang-orang itu bekerja sama untuk membuatnya menjadi tersangka.Raylene juga menyadari hal yang sama, ia sangat percaya pada Me
Xinlaire kembali ke tempat istirahatnya. Kemarahannya masih belum berkurang sedikitpun. Xinlaire melampiaskan amarahnya terhadap barang-barang yang ada di kamarnya.Dia masih tidak menyangka bahwa Raylene akan begitu kejam. Calon anak mereka tidak memiliki kesalahan sama sekali, seharusnya Raylene tidak membunuhnya.Usai melampiaskan kemarahannya dengan menghancurkan sekelilingnya, Xinlaire meraih botol arak dan meminumnya dengan marah.Apa yang dilakukan oleh Raylene benar-benar tidak termaafkan olehnya. Raylene harus merasakan hukuman dari tindakan sepihaknya.Xinlaire tidak akan pernah memedulikan Raylene lagi. Semakin menderita Raylene di istana dingin maka itu akan semakin baik. Itu adalah harga yang pantas Raylene bayar karena telah membunuh anak mereka.**Dua pelayan mengantarkan Melissa yang telah dicambuk ke istana dingin. Raylene segera mendekati Melissa yang tergeletak di lantai dengan susah payah."Melissa." Hati Raylene tersayat ketika melihat kondisi Melissa
"Yang Mulia." Charlotte menangkap tubuh Xinlaire yang kehilangan keseimbangannya. Aroma arak tercium kuat dari tubuh Xinlaire, entah berapa banyak pria itu minum.Xinlaire mengangkat wajahnya, menatap Charlotte dengan tatapan marah bercampur sedih."Raylene, bagaimana kau bisa begitu kejam! Bagaimana bisa kau membunuh calon anak kita!" Xinlaire salah mengenali orang."Yang Mulia." Charlotte ingin mengatakan pada Xinlaire bahwa dirinya bukanlah Raylene, tapi pikiran licik wanita itu segera membuatnya mengurungkan niatnya. Ia bisa menggunakan malam ini untuk membuat Xinlaire menjadi miliknya seutuhnya."Aku menginginkannya, Raylene. Aku menginginkan anak itu!" Xinlaire bersuara lagi, kali ini dengan mata memerah. Kedua tangannya memegang bahu Charlotte dengan kuat.Hati Charlotte terbakar, ia tidak menyangka jika ternyata Xinlaire begitu menyayangi anak di dalam perut Raylene sampai Xinlaire menjadi seperti ini."Yang Mulia, maafkan aku. Aku telah melakukan kesalahan." Charlotte berting
Xinlaire telah berhasil masuk ke dalam kamar Raylene setelah menerjang kobaran api, pria itu mengedarkan pandangannya dan menemukan Raylene telah tergeletak di lantai.Kaki Xinlaire bergegas mendekati Raylene. Pria itu meraih tubuh Raylene. "Raylene! Raylene!"Raylene masih memiliki sedikit kesadaran. Wanita itu membuka matanya dan menatap wajah cemas Xinlaire."Jangan tutup matamu! Aku akan membawamu keluar dari sini!" Xinlaire segera berdiri dengan menggendong Raylene.Tangan Raylene menyentuh wajah Xinlaire dengan lembut. Di masa lalu Xinlaire juga tampak seperti ini ketika ia berada dalam bahaya. Saat itu ia berpikir bahwa Xinlaire sangat takut kehilangannya. Ia sangat bahagia karena merasa begitu dicintai oleh Xinlaire. Namun, ternyata semua itu hanyalah sandiwara Xinlaire.Dan sekarang kenapa Xinlaire harus terlihat seperti ini lagi? bukankah semua rencananya telah berhasil? dia seharusnya tidak perlu bersandiwara lagi."Xinlaire, apakah pernah sedikit saja kau benar-
Raylene tidak mengharapkan bahwa ia akan terbangun di kamar Xinlaire. Bahkan setelah kebakaran itu nyawanya masih saja bisa diselamatkan padahal ia sangat berharap kematian benar-benar datang menjemputnya.Tabib yang menjaga Raylene sangat lega setelah selesai memeriksa kondisi Raylene yang sudah stabil. Untunglah keajaiban masih berpihak padanya."Bagaimana kondisinya?" tanya Xinlaire. Orang yang paling lega ketika Raylene membuka mata adalah Xinlaire, bayang-bayang kehilangan yang mencekiknya kini telah menguap. Ia bisa kembali bernapas dengan benar, tanpa rasa sesak di dada."Kondisi Selir Raylene sudah stabil, tapi Selir Raylene masih perlu berbaring di ranjang selama beberapa hari ke depan agar benar-benar pulih. Selain itu ia juga harus terus meminum obatnya agar luka dalamnya sembuh.""Kau bisa meninggalkan tempat ini sekarang.""Baik, Yang Mulia." Tabib segera mundur. Hanya Sang Pencipta yang tahu betapa ia sangat ingin meninggalkan kediaman rajanya. Setiap detik yang ia lalui