Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Karena kerumunan yang diam, Surya mulai berkata lagi. “Apakah kalian benar-benar tidak ingin berlatih lagi?” Dengan itu kelompok pemuda desa itu akhirnya sadar. Mereka langsung memikirkan alasan yang cocok untuk bisa mengelak dari pertanyaan Surya. “T-tidak monster balang, kami sangat ingin berlatih di bawah naunganmu,” kata sosok yang pertama kali berkata bahwa dia tidak ingin lagi berlatih di bawah Surya. Surya yang mendengar pernyataan ini jelas tahu apa yang telah dilakukan pihak lain sebelumnya. Surya sudah ada di tempat itu berada beberapa saat yang lalu. Memikirkan kesalahan pihak lain, Surya tampak tidak ragu mendaratkan pukulannya ke tubuh pihak lain itu. “Arg—“ Dengan kejadian ini kelompok itu menjadi terkejut. Jelas mereka tidak berharap Surya begitu tidak masuk akal memukuli sosok itu tanpa alasan. “Sekali lagi aku tanya, Apakah ada di antara kalian yang tidak ingin lagi berlatih di bawah naungan ku?” Dengan itu keheningan sekali lagi terjadi di tempat itu. Rizal
Di sebuah rumah gadang yang ada di kota Dataran tinggi, seorang yang mencurigakan mulai masuk ke dalam salah satu ruangan. “Bagaimana apakah kau sudah memastikannya?” tanya orang di dalam ruangan yang terlihat sudah lama menunggu. “Iya sumando, bisa dipastikan bahwa dia telah menggunakan teko itu dengan benar.” Sosok mencurigakan itu menjelaskan dengan tenang. Pada awalnya sosok yang dipanggil sumando itu tenang dan acuh pada awalnya. Namun setelah mendengar apa yang disampaikan oleh orang yang kini berada tepat di hadapannya, sosok itu hanya bisa menjadi terkejut. “Apakah kau jelas akan hal itu?” tanya sosok yang dipanggil sumando itu tidak percaya. “Iya saya jelas dengan itu sumando, coba sumando bisa lihat ini.” Dengan perkataan itu, sosok mencurigakan mulai bergerak maju sambil menyodorkan sebuah benda ke arah sosok sumando yang ada di hadapannya. Sosok sumando yang sudah tampak geregetan mulai menjangkau benda itu dengan sigap. Saat sosok sumando itu bisa melihat hal yang
Di depan sebuah pintu yang cukup besar, Surya tengah berada di posisi canggung ketika merasakan ada sebuah serangan yang mengarah ke belakang lehernya. “Swiss!” Dengan sigap Surya melepaskan tangannya yang memegang gagang pintu dan kemudian merundukan kepalanya agar tidak terkena serangan dari pihak lain. Saat Surya sudah merunduk, dia mencoba untuk berguling ke belakang menjaga jarak serang antara dirinya dan sosok yang menyerangnya. Setelah Surya berguling ke belakang, dia kemudian mulai memposisikan tubuhnya untuk seimbang agar bisa melihat pihak lain. Saat Surya sudah bisa menstabilkan dirinya dengan cukup baik. Surya kini bisa melihat seorang wanita dengan wajah tegas tengah menatapnya dengan tampilan bermusuhan. “Sial siapa wanita aneh ini?” kutuk Surya dalam hati. Kedua orang itu masih saja saling menatap dengan intens. Mata Surya yang sudah lama melihat pihak lain dengan seksama akhirnya bisa melihat pergerakan dari otot pihak lain. Sekali lagi serangan belati yang mem
Di sebuah ruangan yang tampak sedikit berantakan akibat tumpukan kertas. Dua orang paruh baya tengah berbicara dengan serius satu sama lain. “Jadi kurang lebih begitu walikota,” kata paruh baya kepada walikota. “Ahhh ini begitu merepotkan,” kata walikota dengan sedikit meringis. “Hahahah jika begitu aku pamit dulu untuk segera mengundurkan diri,” “Baiklah hat—" Saat walikota berkata, sebuah suara dan aura yang mencekam mulai muncul di area itu. Dengan itu kedua paruh baya itu saling menatap dengan penuh arti. Mereka berdua kemudian mulai bergegas menuju keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Setelah kedua orang itu membuka pintu ruangan, mereka bisa melihat seorang remaja tengah mengarahkan pukulan ke arah seorang wanita. Tetua pertama belati bengkok yang melihat hal ini sedikit cemas. Sementara itu, walikota yang melihat hal ini hanya bisa mengerutkan keningnya Ketika menatap sosok yang menyerang. Saat mereka berdua berpikir bahwa mereka telah terlambat untuk m
Di depan kantor walikota yang tidak terlalu luas, seorang pemuda tengah menatap ke satu arah dengan jijik dan begitu benci. Pemuda itu kini terlihat begitu menyeramkan seperti seorang psikopat yang ingin menembus jantung pihak lain. Dengan itu, Surya mulai menggerakan sedikit ototnya untuk menyerang. Namun sebelum dia bisa bergerak, Surya tersadar Ketika sebuah teriakan terdengar. “Heyy nak, sampai kapan kau ingin bertarung? Kau harus mengganti rugi jika kantorku menjadi rusak!” Dengan ini wajah Surya yang menegang akhirnya mulai mengendur saat dia tanpa sadar bergumam. “Ahh,” jelas Surya begitu pelit untuk mengeluarkan duitnya hanya untuk memperbaiki bangunan buruk ini. Dengan hal ini, area itu menjadi sunyi. Setiap mata yang ada di tempat itu melihat ke satu arah dengan tatapan kompleks. Sementara itu, Surya mulai menoleh ke arah tetua pertama dengan jijik, sebelum akhirnya menoleh ke arah sumber suara yang didengar Surya sebelumnya. “Hey walikota, tempatmu begitu busuk. Ak
Di perguruan belati bengkok. Seorang paruh baya memimpin sekelompok pemuda untuk berjalan ke salah satu ruangan. “Taruh dia di situ, panggilkan tabib untuk segera mengobatinya,” perintah paruh baya itu. “Baik tetua pertama,” kata seorang pemuda kemudian memberi busur sebelum akhirnya pergi. Dengan itu sosok paruh baya melihat seorang wanita muda yang juga ada di ruangan itu. wanita muda itu terlihat linglung karena satu alasan. “Tampaknya dia masih belum bisa melupakan hal yang tadi,” tetua pertama berkata dalam hati. “Nova kau bisa pulang kembali kerumah mu untuk istirahat,” perintah tetua pertama dengan ringan. Mendengar hal ini, Nova sontak kaget dan kemudian tersadar dari lamunannya. “Baik terima kasih tetua.” Nova pun memberi busur yang sama hormat sebelum akhirnya pergi. Kini hanya tersisa tetua pertama dan pemuda yang terbaring lemas di dalam ruang itu. Tetua pertama mau tidak mau mengingat hal yang sebelumnya. Dengan itu dia menghela nafas tidak berharap. Sementara t
Di sebuah ruangan yang cukup rapi dan terlihat serius. Terlihat lima paruh baya tengah duduk dengan tegak seolah tengah melakukan pertemuan yang begitu penting. Selain ada tetua pertama, kedua, ketiga, dan kelima. Kini ada tetua keempat yang baru saja di tarik untuk masuk. “Jadi begini, pemuda itu pada awalnya hanya ingin mengantar senjata yang telah dipesan oleh perguruan. Namun dia di halangi oleh salah satu murid, dan murid itu adalah awan lado yang merupakan anak dari kepala keluarga lado saat ini. saat itu aku masih ingat anak keluarga lado itu menjadi bubur karenanya...” Tetua keempat yang tidak tau apa-apa hanya bisa bertanya dengan tidak berharap setelah mendengarkan penjelasan tetua pertama. “Apakah pemuda itu tidak takut akan keluarga Lado?” Dengan in tetua kedua pun melanjutkan untuk menjawab. “Bahkan dia tidak takut kepada tetua pertama.” Dengan jawaban itu tetua keempat tersentak tidak percaya. “Ahhh apakah benar?” dia bertanya menuju ke arah tetua pertama. “Ya it
Di sebuah ruangan yang ada di salah satu rumah gadang keluarga lado, seorang wanita tengah duduk di atas kasur dengan wajah yang kurang mengenakan. Wanita itu adalah Nova, seorang murid perguruan belati bengkok yang baru saja pulang dari perjalanan bersama beberapa tetua untuk mengikuti sebuah pertemuan. Dia pada awalnya senang pulang ke kota halamannya, namun kali ini dia menjadi murung karena satu alasan. “Siapa pemuda aneh itu?” tanya Nova memikirkan penampilan Surya yang arogan. Dia jelas bersalah di sini karena menyerang Surya secara tiba-tiba, dan juga dia semakin salah Ketika mengambil kesempatan dari pihak lain yang berusaha untuk tidak ingin bertarung dengannya. Yang membuatnya hampir ingin mengubur wajahnya adalah bahakan setelah melakukah hal tidak tahu malu dengan mengambil kesempatan ketika pihak lain tidak siap, dia masih saja hampir mati akibat serangan balik pemuda itu. “Sekuat apa dia sebenarnya?” tanya sosok itu bingung. Nova bisa mengingat dengan jelas tampila
“Argh!!!”Seorang pemuda berbadan tegap kini tengah meringkuk buruk di tanah. Sosok itu terus saja bergetar dengan hebat seolah tak terima atas rasa sakit yang dirasakannya.Badan tubuh sosok pemuda tegap itu menegang dengan warna merah merona seperti kepiting rebus yang telah dimasak dalam waktu yang lama.Urat-urat tubuhnya yang sudah menonjol sejak awal kini mulai menggeliat seperti cacing yang menginvasi daging di bawah kulitnya.Semakin lama Surya meringkuk dengan gelisah di tanah, semakin pula rasa sakit yang aneh itu menyiksa tubuhnya.Samar-samar Surya menebak bahwa hal yang telah muncul di punggung tangannya adalah sebuah masalah yang dihasilkan setelah dia bersentuhan dengan mayat milik Abar sebelumnya.Hanya pemuda itulah yang terkait dengan beruang, dengan ini, tato beruang yang muncul di punggung tangan Surya jelas berasal darinya.Dengan ini Surya sedikit merasa pahit di mulutnya, dia menyesal karena telah terlalu serakah menjarah mayat pihak lain sebelumnya.Namun meski
Surya yang telah begitu susah payah melawan kelompok organisasi kejam sebelumnya sama sekali tak ingin merugi.Pemuda yang memiliki badan kokoh itu langsung saja bergerak maju ke arah badan mayat kelompok orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.Hal itu terus saja berlanjut hingga akhirnya Surya sampai di tubuh Abar yang tanpa kepala.Dengan pergerakan ringan, Surya langsung saja menggeledah tubuh pihak lain tanpa sedikitpun sopan santun.Pada awalnya Surya bisa mencari dengan begitu mudahnya seolah tengah melakukan hal yang remeh, namun beberapa saat kemudian, ada sebuah gejolak aneh yang muncul dari tubuh tanpa kepala milik Abar.Surya yang begitu dekat dengan tubuh pihak lain merasakan Krisis yang aneh.Pemuda itu sama sekali tak percaya bahwa mayat tanpa kepala itu bisa mengancam Surya, namun seiring berjalannya waktu, perasaan mencekam dan krisis itu teru saja menebal membuat Surya tak enak hati.Surya akhirnya menjauh karena dia ingat bahwa instingnya begitu jarang memiliki kesal
“Badum… badum… badum…” Suara detak jantung yang begitu keras terdengar di dada seorang pemuda kacau. Sosok pemuda itu tak lain adalah Abar yang tengah melihat ke arah seorang pria yang memiliki usia yang hampir sama dengannya. Abar melihat pihak lain dengan begitu takut seolah pihak lain telah menanamkan trauma mendalam kepadanya. Tubuh abar begitu layu, ingin sekali meleleh dan jatuh ke tanah meskipun dia sudah terduduk dengan kacau sekarang. “Tuk tak tuk…” Suara langkah kaki yang pelan dan ringan terdengar seperti teriakan monster di telinga Abar, pemuda kacau itu terus saja menyusut saat suara langkah kaki yang ringan itu semakin jelas di telinganya. Abar bisa melihat dengan jelas senyum hangat dari pemuda tegap yang tengah berjalan ke arahnya. Meskipun terlihat begitu bersahabat, entah mengapa Abar begitu enggan melihat senyum cerah yang ditampilkan oleh pihak lain. Hal ini terus saja membuat Abar frustasi, karena putus asa, pemuda kacau itu mulai membuka mulut untuk bersua
“Swoosh~” “Dum… dum… dum…” Suara ricuh terus saja bermunculan saat dua telapak tangan yang mirip saling berbenturan. Kedua telapak tangan dari dua belah pihak itu tampak mirip namun berbeda. Hal ini seolah telapak tangan itu milik dua orang yang bersaudara. “Bahkan kekuatannya sama!” teriak Kakhi berseru kaget. Kakhi pada awalnya berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi. Bagaimana bisa musuh yang belum pernah ditemui bisa menggunakan serangan yang mirip bahkan hampir sama dengan serangan yang telah didapat kelompoknya. Namun sekarang, setelah kakhi melihat dengan jelas aura dan juga dampak serangan, sosok itu hanya bisa bertanya dalam hati. “Apa maksud conqu suci? Apakah kita sedang dipermainkan?” katanya kesal menatap kedepan. Kedua raksasa besar itu terus saja beradu, mereka begitu sengit karena memiliki kekuatan yang hampir sama, namun meskipun begitu tetap saja ada celah kecil antara kekuatan keduanya. Di saat seperti ini, perbedaan yang sangat kecil sekalipun bisa berdampak
Serangan demi serangan mulai bergerak dengan indah dan kacau menuju ke satu arah, bersamamaan dengan kilau-kilau yang memukau itu, sejumlah besar suara ricuh mulai mengacaukan are sekitar. Seolah sebuah badai akan terjadi, debu-debu dan pepohonan di sekitar mulai terangkat akibat momentum yang diciptakan. Sekelompok orang yang tampak menyerang dengan sembarangan itu kini membentuk sebuah pola yang rumit namun beraturan. Kelompok itu kini melakukan serangan formasi yang telah mereka latih sebelumnya, kini bahkan momentum yang ditunjukkan kelompok orang itu benar-benar seperti monster kuno yang menakutkan. Surya yang melihat hal ini dari kejauhan jelas takjub dan juga terkejut, dia tak pernah membayangkan akan melihat hal yang begitu hebat menyerang ke arahnya. Samar-samar ada gambaran seorang laki-laki putih bersih dengan sepasang sayap indah yang mulai menerjang ke arah Surya. Hal itu terlihat sangat kuat! Namun meskipun begitu, Surya sama sekali tak mengendur. Pemuda berbadan t
“Swosh!”Suara deru angin mulai terdengar saat seorang pemuda melesat dengan kencang menuju ke satu arah.Setelah beberapa saat melesat, sebuah suara benda jatuh mulai terdengar di telinga sekelompok orang di sekitar.“Pluk.”Suara itu tidak begitu besar dan juga sangat terendam, namun meskipun begitu, suara jatuhan itu bisa didengar dengan jelas oleh setiap orang.Kelompok yang sudah lama terpaku melihat ke arah belakang mereka hanya bisa menajamkan mata seolah tak percaya.Sosok yang membawa Abar di tempat ini telah benar-benar kehilangan kepala, di sebelah Abar hanya menyisakan seorang sosok tanpa kepala.“Pluk!”Seolah batu kecil yang bisa membuat seluruh gunung es menjadi longsor, suara kecil jatuhan yang baru saja terdengar itu membuat hati setiap orang yang ada di area sekitar menjadi runtuh.Suara terjatuh itu jelas berasal dari tubuh tanpa kepala sebelumnya.Abar yang juga tersadar akan hal ini hanya bisa melihat ke arah mayat tanpa kepala yang ada di dekatnya dengan tatapn t
Abar dan sosok lain yang ada di sebelahnya tampak mematung saat melihat sekelompok orang yang tengah berlari tidak jauh dari dirinya.Abar pada awalnya berpikir bahwa teriakan sebelumnya adalah kode atau semacam teriakan serangan khusus, namun setelah melihat sekelompok orang yang berlari menjauh dan tak berniat untuk menyerang, hanya membuat Abar menjadi terpana.“Apa situasinya?” Abar tanpa sadar bergumam sendiri.Sosok yang sedari tadi berada di sebelah Abar juga tampak bingung, dia juga ingin bertanya hal yang sama dengan apa yang baru saja di gumamkan Abar sebelumnya. Namun hal itu terhenti karena sebuah batu yang ada di tangannya mulai bergetar.Sosok yang memegang batu itu mulai melihat isi pesan dari batu itu dengan wajah yang aneh, seolah ada hal yang mengganggu pikirannya.Setelah beberapa saat melihat isi pesan dari batu komunikasi miliknya, sosok yang tampil dengan wajah aneh itu tiba-tiba saja merubah raut wajahnya.Sosok itu langsung saja berlari dengan gila-gilaan saat
Di sebuah area hutan yang lebat, sekelompok orang tengah berlari dengan gila-gilaan menuju ke satu arah. “Sial! Apa yang membuat orang itu sampai-sampai mengirim pesan darurat seperti ini?” tanya Kakhi saat berlari sambil melihat sebuah batu yang ada di tangannya. Beberapa saat lalu, kakhi jelas telah sepakat untuk membantu Abar berurusan dengan musuhnya, dengan ini Kakhi yang merupakan salah satu orang yang di percayai tuannya salah satu si bengis menyuruh beberapa orang untuk ikut dengan Abar. Dia berharap beberapa lusin orang itu bisa dengan mudah menjatuhkan lawannya. Namun selang beberapa saat yang singkat, sosok itu malah mendapat pesan di batu komunikasi dengan notifikasi cahaya. Biasanya batu hanya akan bergetar saat salah seorang mengirim pesan. Hal ini merupakan notifikasi umum. Dan ini sangat jelas bagi para anggota dari kelompok itu. Namun hal yang dilihatnya kali ini membuatnya sedikit panik, cahaya hanya akan keluar jika hal yang dikirimkan dalam batu komunikasi bena
Serangan yang kuat dan sejumlah orang melaju dengan cepat ke arah seorang pemuda. Kelompok orang itu begitu besemangat seolah telah di suntik oleh narkoba. Sementara itu, pemuda yang telah menjadi arah serangan itu terkejut sebentar sebelum akhirnya Kembali tenang dan tenang. Sosok Abar yang melihat ini dari kejauhan hanya bisa mencibir. “Cihhh, tidak ada gunanya berlagak keren sekarang!” Sosok Abar berkata penuh dengan kebencian pada awalnya, namun setelah beberapa saat, Surya yang awalnya mematung seolah ketakutan itu tiba-tiba saja bergerak. Dengan seuara tebasan pedang yang jelas tajam, sejumlah kepala munusia terbang kemudian jatuh dengan buruk ketanah. Setelah itu, sejumlah tubuh kaku yang jelas-jelas merupakan tubuh kelompok yang sebelumnya menyerang mulai jatuh dengan layu satu persatu. Abar yang melihat ini langsung saja menjadi negri. “Ahhh apakah dia sekuat ini? tidak mungkin! tidak mungkin” Pemuda itu dengan panik berterika. “Tidak-tidak kalian semua serang, janga