Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di sebuah sudut yang ada di bengkel datuk merah, seorang pemuda tengah menatap ke satu arah dengan seksama. “Ahhh sial apa yang terjadi?” Tanya Surya dengan bingung. “Swoshh!” Saat pemuda itu kebingungan, sejumlah udara dingin mulai mengalir pelan di area itu. Surya sama sekali tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Sejumlah perasaan hangat yang akrab mulai mengalir dari jantung milik Surya. “Ahhh ini energi benih ku!” teriak Surya kaget. Dia jelas tanpa sadar telah menggunakan energi benih yang tersimpan di dalam teko miliknya. Dengan itu sejumlah aliran cahaya mulai bergerak dari jantung menuju tangan Surya. Setelah cahaya itu sampai di tangan Surya, cahaya itu terus saja melanjutkan untuk bergerak ke arah benda yang ada di tangan Surya. Dengan itu Surya kini bisa melihat cahaya berwarna merah dan juga oranye sedang menjalar ke keris yang sudah lama ada di tangannya. Fenomena itu jelas begitu aneh. Surya bisa melihat keris itu seolah adalah tanah retak dengan cahaya-cahay
Karena kerumunan yang diam, Surya mulai berkata lagi. “Apakah kalian benar-benar tidak ingin berlatih lagi?” Dengan itu kelompok pemuda desa itu akhirnya sadar. Mereka langsung memikirkan alasan yang cocok untuk bisa mengelak dari pertanyaan Surya. “T-tidak monster balang, kami sangat ingin berlatih di bawah naunganmu,” kata sosok yang pertama kali berkata bahwa dia tidak ingin lagi berlatih di bawah Surya. Surya yang mendengar pernyataan ini jelas tahu apa yang telah dilakukan pihak lain sebelumnya. Surya sudah ada di tempat itu berada beberapa saat yang lalu. Memikirkan kesalahan pihak lain, Surya tampak tidak ragu mendaratkan pukulannya ke tubuh pihak lain itu. “Arg—“ Dengan kejadian ini kelompok itu menjadi terkejut. Jelas mereka tidak berharap Surya begitu tidak masuk akal memukuli sosok itu tanpa alasan. “Sekali lagi aku tanya, Apakah ada di antara kalian yang tidak ingin lagi berlatih di bawah naungan ku?” Dengan itu keheningan sekali lagi terjadi di tempat itu. Rizal
Di sebuah rumah gadang yang ada di kota Dataran tinggi, seorang yang mencurigakan mulai masuk ke dalam salah satu ruangan. “Bagaimana apakah kau sudah memastikannya?” tanya orang di dalam ruangan yang terlihat sudah lama menunggu. “Iya sumando, bisa dipastikan bahwa dia telah menggunakan teko itu dengan benar.” Sosok mencurigakan itu menjelaskan dengan tenang. Pada awalnya sosok yang dipanggil sumando itu tenang dan acuh pada awalnya. Namun setelah mendengar apa yang disampaikan oleh orang yang kini berada tepat di hadapannya, sosok itu hanya bisa menjadi terkejut. “Apakah kau jelas akan hal itu?” tanya sosok yang dipanggil sumando itu tidak percaya. “Iya saya jelas dengan itu sumando, coba sumando bisa lihat ini.” Dengan perkataan itu, sosok mencurigakan mulai bergerak maju sambil menyodorkan sebuah benda ke arah sosok sumando yang ada di hadapannya. Sosok sumando yang sudah tampak geregetan mulai menjangkau benda itu dengan sigap. Saat sosok sumando itu bisa melihat hal yang
Di depan sebuah pintu yang cukup besar, Surya tengah berada di posisi canggung ketika merasakan ada sebuah serangan yang mengarah ke belakang lehernya. “Swiss!” Dengan sigap Surya melepaskan tangannya yang memegang gagang pintu dan kemudian merundukan kepalanya agar tidak terkena serangan dari pihak lain. Saat Surya sudah merunduk, dia mencoba untuk berguling ke belakang menjaga jarak serang antara dirinya dan sosok yang menyerangnya. Setelah Surya berguling ke belakang, dia kemudian mulai memposisikan tubuhnya untuk seimbang agar bisa melihat pihak lain. Saat Surya sudah bisa menstabilkan dirinya dengan cukup baik. Surya kini bisa melihat seorang wanita dengan wajah tegas tengah menatapnya dengan tampilan bermusuhan. “Sial siapa wanita aneh ini?” kutuk Surya dalam hati. Kedua orang itu masih saja saling menatap dengan intens. Mata Surya yang sudah lama melihat pihak lain dengan seksama akhirnya bisa melihat pergerakan dari otot pihak lain. Sekali lagi serangan belati yang mem
Di sebuah ruangan yang tampak sedikit berantakan akibat tumpukan kertas. Dua orang paruh baya tengah berbicara dengan serius satu sama lain. “Jadi kurang lebih begitu walikota,” kata paruh baya kepada walikota. “Ahhh ini begitu merepotkan,” kata walikota dengan sedikit meringis. “Hahahah jika begitu aku pamit dulu untuk segera mengundurkan diri,” “Baiklah hat—" Saat walikota berkata, sebuah suara dan aura yang mencekam mulai muncul di area itu. Dengan itu kedua paruh baya itu saling menatap dengan penuh arti. Mereka berdua kemudian mulai bergegas menuju keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Setelah kedua orang itu membuka pintu ruangan, mereka bisa melihat seorang remaja tengah mengarahkan pukulan ke arah seorang wanita. Tetua pertama belati bengkok yang melihat hal ini sedikit cemas. Sementara itu, walikota yang melihat hal ini hanya bisa mengerutkan keningnya Ketika menatap sosok yang menyerang. Saat mereka berdua berpikir bahwa mereka telah terlambat untuk m
Di depan kantor walikota yang tidak terlalu luas, seorang pemuda tengah menatap ke satu arah dengan jijik dan begitu benci. Pemuda itu kini terlihat begitu menyeramkan seperti seorang psikopat yang ingin menembus jantung pihak lain. Dengan itu, Surya mulai menggerakan sedikit ototnya untuk menyerang. Namun sebelum dia bisa bergerak, Surya tersadar Ketika sebuah teriakan terdengar. “Heyy nak, sampai kapan kau ingin bertarung? Kau harus mengganti rugi jika kantorku menjadi rusak!” Dengan ini wajah Surya yang menegang akhirnya mulai mengendur saat dia tanpa sadar bergumam. “Ahh,” jelas Surya begitu pelit untuk mengeluarkan duitnya hanya untuk memperbaiki bangunan buruk ini. Dengan hal ini, area itu menjadi sunyi. Setiap mata yang ada di tempat itu melihat ke satu arah dengan tatapan kompleks. Sementara itu, Surya mulai menoleh ke arah tetua pertama dengan jijik, sebelum akhirnya menoleh ke arah sumber suara yang didengar Surya sebelumnya. “Hey walikota, tempatmu begitu busuk. Ak
Di perguruan belati bengkok. Seorang paruh baya memimpin sekelompok pemuda untuk berjalan ke salah satu ruangan. “Taruh dia di situ, panggilkan tabib untuk segera mengobatinya,” perintah paruh baya itu. “Baik tetua pertama,” kata seorang pemuda kemudian memberi busur sebelum akhirnya pergi. Dengan itu sosok paruh baya melihat seorang wanita muda yang juga ada di ruangan itu. wanita muda itu terlihat linglung karena satu alasan. “Tampaknya dia masih belum bisa melupakan hal yang tadi,” tetua pertama berkata dalam hati. “Nova kau bisa pulang kembali kerumah mu untuk istirahat,” perintah tetua pertama dengan ringan. Mendengar hal ini, Nova sontak kaget dan kemudian tersadar dari lamunannya. “Baik terima kasih tetua.” Nova pun memberi busur yang sama hormat sebelum akhirnya pergi. Kini hanya tersisa tetua pertama dan pemuda yang terbaring lemas di dalam ruang itu. Tetua pertama mau tidak mau mengingat hal yang sebelumnya. Dengan itu dia menghela nafas tidak berharap. Sementara t
Di sebuah ruangan yang cukup rapi dan terlihat serius. Terlihat lima paruh baya tengah duduk dengan tegak seolah tengah melakukan pertemuan yang begitu penting. Selain ada tetua pertama, kedua, ketiga, dan kelima. Kini ada tetua keempat yang baru saja di tarik untuk masuk. “Jadi begini, pemuda itu pada awalnya hanya ingin mengantar senjata yang telah dipesan oleh perguruan. Namun dia di halangi oleh salah satu murid, dan murid itu adalah awan lado yang merupakan anak dari kepala keluarga lado saat ini. saat itu aku masih ingat anak keluarga lado itu menjadi bubur karenanya...” Tetua keempat yang tidak tau apa-apa hanya bisa bertanya dengan tidak berharap setelah mendengarkan penjelasan tetua pertama. “Apakah pemuda itu tidak takut akan keluarga Lado?” Dengan in tetua kedua pun melanjutkan untuk menjawab. “Bahkan dia tidak takut kepada tetua pertama.” Dengan jawaban itu tetua keempat tersentak tidak percaya. “Ahhh apakah benar?” dia bertanya menuju ke arah tetua pertama. “Ya it