Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di sebuah ruangan yang tampak sedikit berantakan akibat tumpukan kertas. Dua orang paruh baya tengah berbicara dengan serius satu sama lain. “Jadi kurang lebih begitu walikota,” kata paruh baya kepada walikota. “Ahhh ini begitu merepotkan,” kata walikota dengan sedikit meringis. “Hahahah jika begitu aku pamit dulu untuk segera mengundurkan diri,” “Baiklah hat—" Saat walikota berkata, sebuah suara dan aura yang mencekam mulai muncul di area itu. Dengan itu kedua paruh baya itu saling menatap dengan penuh arti. Mereka berdua kemudian mulai bergegas menuju keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Setelah kedua orang itu membuka pintu ruangan, mereka bisa melihat seorang remaja tengah mengarahkan pukulan ke arah seorang wanita. Tetua pertama belati bengkok yang melihat hal ini sedikit cemas. Sementara itu, walikota yang melihat hal ini hanya bisa mengerutkan keningnya Ketika menatap sosok yang menyerang. Saat mereka berdua berpikir bahwa mereka telah terlambat untuk m
Di depan kantor walikota yang tidak terlalu luas, seorang pemuda tengah menatap ke satu arah dengan jijik dan begitu benci. Pemuda itu kini terlihat begitu menyeramkan seperti seorang psikopat yang ingin menembus jantung pihak lain. Dengan itu, Surya mulai menggerakan sedikit ototnya untuk menyerang. Namun sebelum dia bisa bergerak, Surya tersadar Ketika sebuah teriakan terdengar. “Heyy nak, sampai kapan kau ingin bertarung? Kau harus mengganti rugi jika kantorku menjadi rusak!” Dengan ini wajah Surya yang menegang akhirnya mulai mengendur saat dia tanpa sadar bergumam. “Ahh,” jelas Surya begitu pelit untuk mengeluarkan duitnya hanya untuk memperbaiki bangunan buruk ini. Dengan hal ini, area itu menjadi sunyi. Setiap mata yang ada di tempat itu melihat ke satu arah dengan tatapan kompleks. Sementara itu, Surya mulai menoleh ke arah tetua pertama dengan jijik, sebelum akhirnya menoleh ke arah sumber suara yang didengar Surya sebelumnya. “Hey walikota, tempatmu begitu busuk. Ak
Di perguruan belati bengkok. Seorang paruh baya memimpin sekelompok pemuda untuk berjalan ke salah satu ruangan. “Taruh dia di situ, panggilkan tabib untuk segera mengobatinya,” perintah paruh baya itu. “Baik tetua pertama,” kata seorang pemuda kemudian memberi busur sebelum akhirnya pergi. Dengan itu sosok paruh baya melihat seorang wanita muda yang juga ada di ruangan itu. wanita muda itu terlihat linglung karena satu alasan. “Tampaknya dia masih belum bisa melupakan hal yang tadi,” tetua pertama berkata dalam hati. “Nova kau bisa pulang kembali kerumah mu untuk istirahat,” perintah tetua pertama dengan ringan. Mendengar hal ini, Nova sontak kaget dan kemudian tersadar dari lamunannya. “Baik terima kasih tetua.” Nova pun memberi busur yang sama hormat sebelum akhirnya pergi. Kini hanya tersisa tetua pertama dan pemuda yang terbaring lemas di dalam ruang itu. Tetua pertama mau tidak mau mengingat hal yang sebelumnya. Dengan itu dia menghela nafas tidak berharap. Sementara t
Di sebuah ruangan yang cukup rapi dan terlihat serius. Terlihat lima paruh baya tengah duduk dengan tegak seolah tengah melakukan pertemuan yang begitu penting. Selain ada tetua pertama, kedua, ketiga, dan kelima. Kini ada tetua keempat yang baru saja di tarik untuk masuk. “Jadi begini, pemuda itu pada awalnya hanya ingin mengantar senjata yang telah dipesan oleh perguruan. Namun dia di halangi oleh salah satu murid, dan murid itu adalah awan lado yang merupakan anak dari kepala keluarga lado saat ini. saat itu aku masih ingat anak keluarga lado itu menjadi bubur karenanya...” Tetua keempat yang tidak tau apa-apa hanya bisa bertanya dengan tidak berharap setelah mendengarkan penjelasan tetua pertama. “Apakah pemuda itu tidak takut akan keluarga Lado?” Dengan in tetua kedua pun melanjutkan untuk menjawab. “Bahkan dia tidak takut kepada tetua pertama.” Dengan jawaban itu tetua keempat tersentak tidak percaya. “Ahhh apakah benar?” dia bertanya menuju ke arah tetua pertama. “Ya it
Di sebuah ruangan yang ada di salah satu rumah gadang keluarga lado, seorang wanita tengah duduk di atas kasur dengan wajah yang kurang mengenakan. Wanita itu adalah Nova, seorang murid perguruan belati bengkok yang baru saja pulang dari perjalanan bersama beberapa tetua untuk mengikuti sebuah pertemuan. Dia pada awalnya senang pulang ke kota halamannya, namun kali ini dia menjadi murung karena satu alasan. “Siapa pemuda aneh itu?” tanya Nova memikirkan penampilan Surya yang arogan. Dia jelas bersalah di sini karena menyerang Surya secara tiba-tiba, dan juga dia semakin salah Ketika mengambil kesempatan dari pihak lain yang berusaha untuk tidak ingin bertarung dengannya. Yang membuatnya hampir ingin mengubur wajahnya adalah bahakan setelah melakukah hal tidak tahu malu dengan mengambil kesempatan ketika pihak lain tidak siap, dia masih saja hampir mati akibat serangan balik pemuda itu. “Sekuat apa dia sebenarnya?” tanya sosok itu bingung. Nova bisa mengingat dengan jelas tampila
Di bengkel datuk merah, Surya mengambil sebuah gentong besar bersamanya. “Ahhh masalahku sudah selesai, sekarang saatnya aku untuk melanjutkan penempaan tubuh.” Kata Surya dengan sedikit Bahagia. Jelas pemuda itu tidak seperti orang-orang yang baru saja di temuinya, mereka semua tampak begitu terkejut dan khawatir hanya setelah melihat Surya. namun surya malah senang dan mulai bermandi air hangat untuk merilekskan tubuhnya. Setelah berjalan beberapa saat, Surya melakukan sesuatu yang akrab. Mulai dari membuat api, merebus air, memasukan segala macam rempah-rempah dengan seksama dan masih banyak hal lainnya. Selanjutnya Surya mulai mengaduk rempah-rempah yang telah dia masukan dengan perlahan sampai merata. “Baiklah sekarang sudah selesai, mari kita melakukan hal yang lain,” kata Surya dengan ringan. Dengan itu Surya mulai mengambil tutup gentong besar itu dan kemudian meletakan pengaduk sebelumnya tepat berada di atas tutup gentong tersebut. Setelah itu Surya mulai berjalan ke s
Malam hari, di sebuah area yang cukup berisik dengan suara aliran sungai, tampak sekelompok orang sedang memukul satu sama lain menggunakan batang bambu. “Terus jangan berhenti!” sosok pemuda tegap berteriak dengan kencang. Pemuda itu berjalan mondar mandir di depan barisan kelompok pemuda yang sedang saling memukul tubuh lawan mereka dengan bambu. “Arghhh in menyakitkan,” keluh Yampadi saat menerima serangan Elpri. Dengan sedikit dendam Yampadi menyerang Elpri tepat di rusuknya. “Ahhh ini begitu pedih,” rintih Elpri ketika menerima pukulan itu. Yampadi yang melihat hal ini hanya bisa tersenyum dengan licik. Dengan itu Elpri mau tidak mau melihat ke arah pasangan bertarungnya dengan tatapan tajam. “Jadi ini yang kau mau ya?” tanya Elpri dalam hati. Dengan itu Elpri kemudian tersenyum dan akhirnya kedua orang itu tersenyum bersamaan dengan tampilan aneh. Kelompok orang di sekitar yang tidak sengaja melihat mereka hanya bisa bertanya-tanya. “Hey lihat ada apa dengan mereka?” “
Di depan gerbang perguruan belati bengkok, Surya berjalan ringan seolah tanpa ada beban sedikitpun. Para penjaga yang melihat Surya hanya bisa mengkerut dan sedikit takut mengingat kejadian yang terakhir kali. Tanpa menghiraukan tampilan orang yang ada di sekitarnya, Surya mulai masuk dan menanyakan sesuatu pada penjaga. “Dimana tetua pertama, aku diundang datang ke perguruan ini untuk satu alasan,” Dengan ini para penjaga melihat satu sama lain dengan sedikit tidak berharap. Setelah tampak berkomunikasi satu dengan yang lain, salah satu dari mereka mulai mengantar Surya untuk masuk ke dalam perguruan. Sementara itu, Awan lado bisa dengan jelas mendengar apa yang dibicarakan Surya dengan para penjaga. Dengan ini Awan menjadi bingung dan bertanya-tanya. “Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa tetua pertama ingin berjumpa dengannya?” Awan lado entah harus bersikap bagaimana, dia bisa saja senang karena mungkin tetua pertama meminta pertanggung jawaban terhadap apa yang dilakukan p