Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di depan gerbang perguruan belati bengkok, Surya berjalan ringan seolah tanpa ada beban sedikitpun. Para penjaga yang melihat Surya hanya bisa mengkerut dan sedikit takut mengingat kejadian yang terakhir kali. Tanpa menghiraukan tampilan orang yang ada di sekitarnya, Surya mulai masuk dan menanyakan sesuatu pada penjaga. “Dimana tetua pertama, aku diundang datang ke perguruan ini untuk satu alasan,” Dengan ini para penjaga melihat satu sama lain dengan sedikit tidak berharap. Setelah tampak berkomunikasi satu dengan yang lain, salah satu dari mereka mulai mengantar Surya untuk masuk ke dalam perguruan. Sementara itu, Awan lado bisa dengan jelas mendengar apa yang dibicarakan Surya dengan para penjaga. Dengan ini Awan menjadi bingung dan bertanya-tanya. “Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa tetua pertama ingin berjumpa dengannya?” Awan lado entah harus bersikap bagaimana, dia bisa saja senang karena mungkin tetua pertama meminta pertanggung jawaban terhadap apa yang dilakukan p
Di sebuah jalan yang ada di kota Dataran tinggi, Surya tengah berjalan menuju ke bengkel datuk merah. Surya baru saja kembali dari perguruan belati bengkok untuk mendengarkan satu tawaran. “Apa alam kecil itu?” tanya Surya dengan bingung. Surya masih bisa dengan jelas mengingat hal yang sebelumnya terjadi di ruangan yang ada di perguruan belati bengkok. Dikatakan bahwa mereka mengundang Surya untuk ikut dalam eksplorasi alam kecil. Mereka berkata Surya kemungkinan mendapat beberapa manfaat di sana. “Hmmm tampaknya ini adalah bagian dari kopensasi mereka setelah semuanya.” Surya berpikir dengan relevan. Selanjutnya Surya terus saja berjalan dengan berpikir hingga sampai ke bengkel datuk merah. Saat Surya berjumpa dengan datuk merah , pemuda itu langsung bertanya dengan penasaran. “Datuk, apakah kau tahu apa itu alam kecil?” Mendengar pertanyaan Surya, datuk merah sedikit terkejut. “Darimana kamu mendengar hal itu Surya?” “Ahhh aku baru saja kembali dari perguruan belati beng
Malam hari di Kawasan hutan yang dingin, Surya sedang berlari menuju ke satu arah dengan begitu semangat. “Masih ada beberapa bulan lagi. Aku harus mempersiapkan ini semua sebaik mungkin.” Surya telah diberitahu datuk merah tentang apa itu alam kecil, dengan ini dia ingin sekali masuk dan menjelajahi alam itu untuk membuka matanya. Menurut perkataan pihak lain, alam kecil itu sangat berbahaya namun juga sangat bagus karena terdapat sumber daya yang jarang ditemui ada di sana. Dengan ini Surya harus menyiapkan semuanya sebaik mungkin agar tidak terjadi hal yang tidak dia inginkan saat berada di alam kecil itu. Dengan itu Surya bergegas melanjutkan perjalanannya ke arah sungai. Setelah beberapa saat berlari, Surya akhirnya bisa melihat sekumpulan pemuda dan juga anjing tengah berbaris rapi menunggu sesuatu. Dengan itu Surya langsung saja menghampiri mereka dan memulai pelatihan dari kelompok itu. Pemuda dan anjing-anjing yang dilatih oleh Surya hanya bisa bersabar dengan sejumlah
Di Kawasan hutan yang berembun, seorang pemuda tengah berlari ke satu arah. “Hahahah tubuhku bahkan begitu ringan,” tawa sosok itu ketika merasakan perasaan yang menyenangkan di tubuhnya. Surya sudah lama tidak merasakan kenyamanan seperti ini. “Apa jadinya jika aku tumbuh hingga segitiga bintang tiga? Bukan kah itu akan lebih menakjubkan daripada ini?” tanya Surya dengan semangat. Dia baru saja menempuh segitiga bintang satu yang notabene adalah awal menuju segitiga bintang tiga yang merupakan puncak dari tahap seni persilatan. Karena Surya baru saja masuk ke tahap segitiga bintang satu, dia tidak ingin memikirkan tahap lainnya sekarang. Pemuda tegap itu hanya ingin menyenangkan dirinya dahulu setelah segala macam usaha yang melelahkan. “Baiklah sudah cukup untuk pemikirannya sekarang. Mari kita coba kekuatan baru ini, sejauh mana itu bisa membawaku,” teriak Surya dengan semangat. Dengan itu Surya melanjutkan pergerakannya ke satu arah sambil tersenyum menantikan sesuatu. Set
Di sebuah area luas yang ada di pinggiran sungai, tampak sekelompok orang tengah berbaris melihat ke satu arah. Kelompok itu begitu khusyuk mendengarkan perkataan pihak yang ada di depan mereka seolah mereka adalah kultus baru yang memiliki banyak pengikut. “Sekarang kita akan sampai pada di titik akhirnya, yaitu menanam benih bela diri,” kata Surya menjelaskan. Dengan kata-kata yang sederhana itu, kelompok orang yang sedang berbaris tampak ricuh karena satu alasan. “Ahhh apakah ini nyata?” “Apakah aku tidak bermimpi? Akhirnya aku benar-benar bisa disebut sebagai pesilat?” “Ahhh ibu, aku ingin menangis.” Kelompok itu menjadi sedikit bersukacita setelah sadar bahwa mereka akhirnya bisa sampai ke titik ini. Yampadi yang ada di sudut juga tidak bisa lepas dari perasaan hangat ini, wajahnya yang terbiasa kaku akhirnya melunak dan tersenyum dengan sedikit hangat. Elpri juga tidak mau kalah saat senyum yang ditampilkannya benar-benar tinggi, bahkan senyuman itu hampir menutupi Seba
Di sebuah area cukup gelap di sekitar area gunung agung, suara yang memilukan terdengar mulai tumpah ke segala arah. Bisa dilihat ada sekelompok orang yang sedang menggeliat di tanah kesakitan karena satu alasan. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Surya bingung melihat hal ini. Dia sedang memberikan benih beladiri kepada kelompok pemuda yang akan menjadi orang terpercayanya setelah melatih mereka cukup lama. dia berharap bahwa ini semua akan berjalan dengan lancar. Namun tampaknya hal itu tak semudah apa yang dia pikirkan. Kelompok itu terus saja menggeliat semakin parah seiringnya waktu. Surya yang melihat hal ini mencoba untuk mengingat perasaan sakit yang dia terima saat pertama kali saat di berikan benih oleh inyiak putih. “Apakah aku sampai seperti ini pada saat itu?” tanya Surya sedikit penasaran. Namun setelah dia berpikir ulang beberapa kali, Surya menemukan bahwa dia tidak sampai se histeris ini seolah menanam benih adalah sesuatu yang merenggut nyawa berkali-kali. De
Suara yang nyaman mulai terdengar di telinga. Mulai dari suara hewan di hutan, burung di dahan, dan juga suara gemericik air sungai yang menambah ketenangan. Sosok Rizal yang sedang terbaring samar-samar menggerakan jari tangannya. Cahaya pagi yang terik tampak membuat tidur nyaman Rizal terganggu dan akhirnya membangunkan dirinya untuk bisa menjalani hari. Dengan tampilan malas pemuda Rizal itu membuka matanya. Saat itu juga cahaya matahari pagi mendobrak matanya dengan tidak sopan. Karena hal itu Rizal lantas memposisikan tangannya untuk menghalau sinar itu agar tidak mengacaukan matanya. Setelah beberapa saat, Rizal dan matanya bisa beradaptasi dengan cahaya menyilaukan yang berasal dari matahari pagi itu. Dengan itu, Rizal mulai duduk dengan tegak. dia masih saja mengucek matanya dengan malas masih dalam keadaan ngawang belum sadar dengan sempurna. Selanjutnya pemuda itu mulai menatap ke satu sudut dengan tatapan kosong. Setelah beberapa waktu menatap dengan kosong, sosok it
Benih Yang Berbeda Di pinggiran sungai yang ada di gunung agung, tampak sekelompok makhluk hidup tengah terduduk malas memejamkan mata mereka. Kelompok itu mengerutkan dahi mereka ketika memejamkan mata seolah tengah melakukan sesuatu yang begitu serius. Sebelumnya, ketika kelompok itu baru saja bangun dari tidurnya, Surya menyuruh mereka untuk melihat titik benih yang ada di tubuh mereka. Surya ingin tahu sebenarnya apa yang terjadi dengan kelompok itu setelah Surya menanamkan benih rimaunya kepada mereka. Jelas Surya menjadi heran karena dia ingat bahwa mereka semua seharusnya akan menjadi layu Selama tiga bulan. Dan selama itu juga tubuh manusia mereka perlahan akan berubah menjadi harimau gendut. sama seperti apa yang dialami Surya sebelumnya. Surya sudah membayangkan bahwa dia akan memiliki selusin harimau bersamanya untuk menjaga gunung, namun kini tampaknya khayalan itu tidak relevan sama sekali. Dengan ini Surya melihat ke arah kelompok orang itu dengan tatapan kompleks
“Argh!!!”Seorang pemuda berbadan tegap kini tengah meringkuk buruk di tanah. Sosok itu terus saja bergetar dengan hebat seolah tak terima atas rasa sakit yang dirasakannya.Badan tubuh sosok pemuda tegap itu menegang dengan warna merah merona seperti kepiting rebus yang telah dimasak dalam waktu yang lama.Urat-urat tubuhnya yang sudah menonjol sejak awal kini mulai menggeliat seperti cacing yang menginvasi daging di bawah kulitnya.Semakin lama Surya meringkuk dengan gelisah di tanah, semakin pula rasa sakit yang aneh itu menyiksa tubuhnya.Samar-samar Surya menebak bahwa hal yang telah muncul di punggung tangannya adalah sebuah masalah yang dihasilkan setelah dia bersentuhan dengan mayat milik Abar sebelumnya.Hanya pemuda itulah yang terkait dengan beruang, dengan ini, tato beruang yang muncul di punggung tangan Surya jelas berasal darinya.Dengan ini Surya sedikit merasa pahit di mulutnya, dia menyesal karena telah terlalu serakah menjarah mayat pihak lain sebelumnya.Namun meski
Surya yang telah begitu susah payah melawan kelompok organisasi kejam sebelumnya sama sekali tak ingin merugi.Pemuda yang memiliki badan kokoh itu langsung saja bergerak maju ke arah badan mayat kelompok orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.Hal itu terus saja berlanjut hingga akhirnya Surya sampai di tubuh Abar yang tanpa kepala.Dengan pergerakan ringan, Surya langsung saja menggeledah tubuh pihak lain tanpa sedikitpun sopan santun.Pada awalnya Surya bisa mencari dengan begitu mudahnya seolah tengah melakukan hal yang remeh, namun beberapa saat kemudian, ada sebuah gejolak aneh yang muncul dari tubuh tanpa kepala milik Abar.Surya yang begitu dekat dengan tubuh pihak lain merasakan Krisis yang aneh.Pemuda itu sama sekali tak percaya bahwa mayat tanpa kepala itu bisa mengancam Surya, namun seiring berjalannya waktu, perasaan mencekam dan krisis itu teru saja menebal membuat Surya tak enak hati.Surya akhirnya menjauh karena dia ingat bahwa instingnya begitu jarang memiliki kesal
“Badum… badum… badum…” Suara detak jantung yang begitu keras terdengar di dada seorang pemuda kacau. Sosok pemuda itu tak lain adalah Abar yang tengah melihat ke arah seorang pria yang memiliki usia yang hampir sama dengannya. Abar melihat pihak lain dengan begitu takut seolah pihak lain telah menanamkan trauma mendalam kepadanya. Tubuh abar begitu layu, ingin sekali meleleh dan jatuh ke tanah meskipun dia sudah terduduk dengan kacau sekarang. “Tuk tak tuk…” Suara langkah kaki yang pelan dan ringan terdengar seperti teriakan monster di telinga Abar, pemuda kacau itu terus saja menyusut saat suara langkah kaki yang ringan itu semakin jelas di telinganya. Abar bisa melihat dengan jelas senyum hangat dari pemuda tegap yang tengah berjalan ke arahnya. Meskipun terlihat begitu bersahabat, entah mengapa Abar begitu enggan melihat senyum cerah yang ditampilkan oleh pihak lain. Hal ini terus saja membuat Abar frustasi, karena putus asa, pemuda kacau itu mulai membuka mulut untuk bersua
“Swoosh~” “Dum… dum… dum…” Suara ricuh terus saja bermunculan saat dua telapak tangan yang mirip saling berbenturan. Kedua telapak tangan dari dua belah pihak itu tampak mirip namun berbeda. Hal ini seolah telapak tangan itu milik dua orang yang bersaudara. “Bahkan kekuatannya sama!” teriak Kakhi berseru kaget. Kakhi pada awalnya berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi. Bagaimana bisa musuh yang belum pernah ditemui bisa menggunakan serangan yang mirip bahkan hampir sama dengan serangan yang telah didapat kelompoknya. Namun sekarang, setelah kakhi melihat dengan jelas aura dan juga dampak serangan, sosok itu hanya bisa bertanya dalam hati. “Apa maksud conqu suci? Apakah kita sedang dipermainkan?” katanya kesal menatap kedepan. Kedua raksasa besar itu terus saja beradu, mereka begitu sengit karena memiliki kekuatan yang hampir sama, namun meskipun begitu tetap saja ada celah kecil antara kekuatan keduanya. Di saat seperti ini, perbedaan yang sangat kecil sekalipun bisa berdampak
Serangan demi serangan mulai bergerak dengan indah dan kacau menuju ke satu arah, bersamamaan dengan kilau-kilau yang memukau itu, sejumlah besar suara ricuh mulai mengacaukan are sekitar. Seolah sebuah badai akan terjadi, debu-debu dan pepohonan di sekitar mulai terangkat akibat momentum yang diciptakan. Sekelompok orang yang tampak menyerang dengan sembarangan itu kini membentuk sebuah pola yang rumit namun beraturan. Kelompok itu kini melakukan serangan formasi yang telah mereka latih sebelumnya, kini bahkan momentum yang ditunjukkan kelompok orang itu benar-benar seperti monster kuno yang menakutkan. Surya yang melihat hal ini dari kejauhan jelas takjub dan juga terkejut, dia tak pernah membayangkan akan melihat hal yang begitu hebat menyerang ke arahnya. Samar-samar ada gambaran seorang laki-laki putih bersih dengan sepasang sayap indah yang mulai menerjang ke arah Surya. Hal itu terlihat sangat kuat! Namun meskipun begitu, Surya sama sekali tak mengendur. Pemuda berbadan t
“Swosh!”Suara deru angin mulai terdengar saat seorang pemuda melesat dengan kencang menuju ke satu arah.Setelah beberapa saat melesat, sebuah suara benda jatuh mulai terdengar di telinga sekelompok orang di sekitar.“Pluk.”Suara itu tidak begitu besar dan juga sangat terendam, namun meskipun begitu, suara jatuhan itu bisa didengar dengan jelas oleh setiap orang.Kelompok yang sudah lama terpaku melihat ke arah belakang mereka hanya bisa menajamkan mata seolah tak percaya.Sosok yang membawa Abar di tempat ini telah benar-benar kehilangan kepala, di sebelah Abar hanya menyisakan seorang sosok tanpa kepala.“Pluk!”Seolah batu kecil yang bisa membuat seluruh gunung es menjadi longsor, suara kecil jatuhan yang baru saja terdengar itu membuat hati setiap orang yang ada di area sekitar menjadi runtuh.Suara terjatuh itu jelas berasal dari tubuh tanpa kepala sebelumnya.Abar yang juga tersadar akan hal ini hanya bisa melihat ke arah mayat tanpa kepala yang ada di dekatnya dengan tatapn t
Abar dan sosok lain yang ada di sebelahnya tampak mematung saat melihat sekelompok orang yang tengah berlari tidak jauh dari dirinya.Abar pada awalnya berpikir bahwa teriakan sebelumnya adalah kode atau semacam teriakan serangan khusus, namun setelah melihat sekelompok orang yang berlari menjauh dan tak berniat untuk menyerang, hanya membuat Abar menjadi terpana.“Apa situasinya?” Abar tanpa sadar bergumam sendiri.Sosok yang sedari tadi berada di sebelah Abar juga tampak bingung, dia juga ingin bertanya hal yang sama dengan apa yang baru saja di gumamkan Abar sebelumnya. Namun hal itu terhenti karena sebuah batu yang ada di tangannya mulai bergetar.Sosok yang memegang batu itu mulai melihat isi pesan dari batu itu dengan wajah yang aneh, seolah ada hal yang mengganggu pikirannya.Setelah beberapa saat melihat isi pesan dari batu komunikasi miliknya, sosok yang tampil dengan wajah aneh itu tiba-tiba saja merubah raut wajahnya.Sosok itu langsung saja berlari dengan gila-gilaan saat
Di sebuah area hutan yang lebat, sekelompok orang tengah berlari dengan gila-gilaan menuju ke satu arah. “Sial! Apa yang membuat orang itu sampai-sampai mengirim pesan darurat seperti ini?” tanya Kakhi saat berlari sambil melihat sebuah batu yang ada di tangannya. Beberapa saat lalu, kakhi jelas telah sepakat untuk membantu Abar berurusan dengan musuhnya, dengan ini Kakhi yang merupakan salah satu orang yang di percayai tuannya salah satu si bengis menyuruh beberapa orang untuk ikut dengan Abar. Dia berharap beberapa lusin orang itu bisa dengan mudah menjatuhkan lawannya. Namun selang beberapa saat yang singkat, sosok itu malah mendapat pesan di batu komunikasi dengan notifikasi cahaya. Biasanya batu hanya akan bergetar saat salah seorang mengirim pesan. Hal ini merupakan notifikasi umum. Dan ini sangat jelas bagi para anggota dari kelompok itu. Namun hal yang dilihatnya kali ini membuatnya sedikit panik, cahaya hanya akan keluar jika hal yang dikirimkan dalam batu komunikasi bena
Serangan yang kuat dan sejumlah orang melaju dengan cepat ke arah seorang pemuda. Kelompok orang itu begitu besemangat seolah telah di suntik oleh narkoba. Sementara itu, pemuda yang telah menjadi arah serangan itu terkejut sebentar sebelum akhirnya Kembali tenang dan tenang. Sosok Abar yang melihat ini dari kejauhan hanya bisa mencibir. “Cihhh, tidak ada gunanya berlagak keren sekarang!” Sosok Abar berkata penuh dengan kebencian pada awalnya, namun setelah beberapa saat, Surya yang awalnya mematung seolah ketakutan itu tiba-tiba saja bergerak. Dengan seuara tebasan pedang yang jelas tajam, sejumlah kepala munusia terbang kemudian jatuh dengan buruk ketanah. Setelah itu, sejumlah tubuh kaku yang jelas-jelas merupakan tubuh kelompok yang sebelumnya menyerang mulai jatuh dengan layu satu persatu. Abar yang melihat ini langsung saja menjadi negri. “Ahhh apakah dia sekuat ini? tidak mungkin! tidak mungkin” Pemuda itu dengan panik berterika. “Tidak-tidak kalian semua serang, janga