Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di sebuah area hutan kelapa yang begitu rindang. Tampak seorang pemuda tengah menggenggam sebuah keris di tangan kirinya. Sesaat setelah itu, sosok pemuda yang menangkap itu mulai menggerakan tangan kanannya untuk menjangkau leher pihak lain. Saat hal itu terjadi, suasana di area itu mulai berbuah menjadi mencekam. Sosok yang berada di posisi terperangkap itu hanya bisa bergetar takut Ketika menutup matanya. “Tidak!” Hijau hanya bisa menyesal dalam hati Ketika memejamkan mata menunggu ajalnya. “Ssshhhhh” suara ricuh angin mulai terdengar keras di area itu. “...” Hal yang terjadi selanjutnya adalah keheningan. Sementara itu Hijau yang masih mengerutkan wajahnya dengan banyak mulai bingung. “Ehhh apakah ini rasanya mati? Ini bahkan tidak sakit,” gumam pemuda itu pelan. Sementara pandangan Hijau gelap karena belum membuka matanya, dia bisa merasakan sejumlah angin kencang mulai menyentuh setiap sudut tubuhnya dengan amat buruk. “Apa yang terjadi sekarang? Apakah ini perasaan ber
Bukan Sembarang Kelapa Di sebuah hutan kelapa yang ada di kota Dataran tinggi, tampak seorang paruh baya tengah memimpin seorang anak muda menuju ke satu arah. Paruh baya itu terlihat tidak nyaman berada di dekat pihak lain. Namun sosok pemuda tampaknya tidak memperhatikan apa pun. Dia jelas seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi. Setelah mereka berdua berjalan beberapa waktu, kedua orang itu akhirnya sampai ke sebuah tempat yang cukup sibuk dengan berbagai macam orang yang sedang bekerja. Tempat itu terlihat kusam dengan bangunan luas yang hanya memiliki atap. “Tuan kedua, kenapa tuan repot-repot kemari?” tanya seorang di area itu yang tampak bertugas untuk memperhatikan kinerja orang-orang. “Tidak aku hanya ingin mengantarkan pemuda ini untuk memilih kelapa,” kata Santan tampak datar. Dengan itu sosok yang bertugas itu mulai melihat ke arah Surya. Sosok itu hanya bisa heran Ketika melihat penampilan Surya yang seperti pemuda biasa pada umumnya. “Apa yang spesial dari a
Di sebuah area yang tampak bersih dengan sejumlah buah kelapa hijau di sekitarnya. Tampak sekelompok orang tengah membisu dengan canggung Ketika melihat ke satu arah. jelas mereka tengah menunggu jawaban pemuda yang menginginkan tiga puluh buah kelapa yang harganya bisa membuat satu desa kenyang. Santan yang tidak jauh dari tempat itu hanya bisa berpikir bahwa Surya akan merasa ditipu karena harga buah kelapanya begitu tinggi. Mungkin bagi orang awam buah kelapa itu memiliki harga yang tidak masuk akal, namun buah kelapa itu sebenarnya adalah buah kelapa yang sudah ditanam dengan kemampuan benih milik keluarga Karambia sendiri, sehingga kelapa-kelapa itu memiliki banyak manfaat. Bahkan dengan harga yang tinggi, buah-buah itu tetap habis di pasar kalangan atas. Santan yang melihat Surya jelas yakin bahwa Surya bukan dari kalangan atas dengan itu Surya tidak akan tahu nilai jual dari kelapa itu. Dengan itu, Santan ingin berkata untuk mengambilnya saja tanpa membayar ke arah surya.
Di sebuah bengkel yang ada di kota Dataran tinggi, tampak seorang kakek tengah membawa gentong senjata bersamanya. Datuk merah berniat untuk menyepuh benda yang telah di tempa-nya. dengan itu datuk merah mulai mengambil salah satu kelapa hijau yang ada di sudut gedung tidak jauh darinya. Datuk merah mengambil kelapa itu masih dengan tatapan pasrah, jelas dia masih tidak terima dengan keborosan Surya. Datuk merah jelas tahu bahwa benda ini begitu tidak masuk akal harganya untuk sekedar buah kelapa. Namun sosok itu hanya bisa memaklumi dan menyalahkan dirinya sendiri Ketika mengingat dia tidak merincikan apa yang harus dibeli oleh muridnya. “Huft lebih baik aku kini fokus dengan penyepuhan,” kata datuk merah sembari mengehla nafas pendek. Kakek itu meletakan gentong yang berisikan sejumlah senjata ke tanah. Kemudian kakek itu mulai menatap kelapa hijau yang mulus di tangannya yang lain. Setelah tampak puas menatap, sosok datuk merah mulai menebas bagian atas kelapa itu dengan sek
Surya sudah lama khawatir tentang masalah pesanan walikota, dia jelas tidak banyak tahu tentang keris, namun Ketika mengingat keris yang telah diserap pedang bodohnya, Surya jelas ingat bentuk keris itu bahkan sampai detail terkecilnya. “Aahahah sial, aku memikirkan hal ini begitu keras, namun hal ini dapat diselesaikan dengan hanya melihat pedang bodoh ini!” Teriak Surya dengan senang. Sementara Surya dalam keadaan yang baik, pedang yang ada di tangan Surya mulai berhenti bergetar. Pedang itu seolah tahu bahwa tuannya sedang bahagia, dengan itu benda mati yang ada di tangan Surya itu terlihat bertanya-tanya. Pralaya jelas tahu bawha tuannya adalah bajiangan yang suka melecehkannya dengan membuat dirinya menjadi sekop dan linggis. Dan lagi, Surya sangat senang memarahinya hanya karena masalah-masalah kecil, pikirnya. Jika Surya tahu bahwa pedang itu dapat berpikir dan mengeluh terhadap Surya di dalam pikirnya, Surya mungkin akan bingung harus bereaksi apa. Saat pedang itu diam
Di depan sebuah gua gelap yang ada di kota tanah datar, sekelompok pemuda tengah menatap ke satu arah dengan histeris. Mereka adalah kelompok pemuda yang berasal dari desa di sekitar gunung Agung. Mereka sedang menunggu sosok yang akan mengajari mereka kemampuan silat. Berharap bahwa sosok guru yang akan mengajar mereka yang datang. namun sosok yang mereka dapati malah dua mata bulat dengan kilau oranye yang begitu menyeramkan. Kelompok pemuda itu tanpa sadar bergetar hebat karena ketakutan. Ini bahkan tidak terkecuali untuk Rizal yang menjadi pemimpin dari kelompok pemuda itu. “A-apa itu?” tanya salah satu orang di kelompok. Meskipun ada yang bertanya, tidak ada satupun balasan dari orang di sekitar. Jelas mereka sama bodohnya dengan pihak lain. Mereka juga mungkin tidak akan peduli dengan pertanyaan itu ketika memikirkan nyawa mereka yang mungkin akan melayang. Kelompok itu begitu paranoid tentang kematian karena aura menyeramkan yang keluar dari sudut yang ditempati mata oran
“Arghhhhh!” “Arghhh rusukku!” “Aououoo,” “Auk auk~~” Di sebuah area sekitaran sungai yang ada di kota Dataran tinggi, suara yang menyakitkan mulai terdengar di area itu bercampur dengan suara aliran air mengalir. Hal yang kini terjadi di tempat itu adalah sekelompok orang tengah berbaris dengan kuda-kuda yang rapi. Bukan hal itu yang salah, namun sejumlah memar dan warna merah yang terlihat jelas di permukaan kulit dari kelompok pemuda dan anjing-anjing itu. Mereka sekarang sedang dilatih Surya untuk menjadi pesilat yang kuat. Sudah satu jam Surya memukuli kelompok makhluk hidup itu dengan sekuat tenaga. Kelompok itu bahkan sampai menangis Ketika rasa sakit yang mereka alami begitu mengerikan untuk di bayangkan. Hal yang membuat kelompok itu semakin merasa tersayat adalah senyum puas dan bengis yang terpampang di wajah Surya. “Ahhh apakah ini yang dirasakan kakek itu saat melatih ku? Ini sungguh menyenangkan,” kata Surya dalam hati dengan puas. Surya terus saja memukuli kelo
Di sebuah sudut yang ada di bengkel datuk merah, seorang pemuda tengah menatap ke satu arah dengan seksama. “Ahhh sial apa yang terjadi?” Tanya Surya dengan bingung. “Swoshh!” Saat pemuda itu kebingungan, sejumlah udara dingin mulai mengalir pelan di area itu. Surya sama sekali tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Sejumlah perasaan hangat yang akrab mulai mengalir dari jantung milik Surya. “Ahhh ini energi benih ku!” teriak Surya kaget. Dia jelas tanpa sadar telah menggunakan energi benih yang tersimpan di dalam teko miliknya. Dengan itu sejumlah aliran cahaya mulai bergerak dari jantung menuju tangan Surya. Setelah cahaya itu sampai di tangan Surya, cahaya itu terus saja melanjutkan untuk bergerak ke arah benda yang ada di tangan Surya. Dengan itu Surya kini bisa melihat cahaya berwarna merah dan juga oranye sedang menjalar ke keris yang sudah lama ada di tangannya. Fenomena itu jelas begitu aneh. Surya bisa melihat keris itu seolah adalah tanah retak dengan cahaya-cahay