Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya đđđ.
Di sebuah bengkel yang ada di kota Dataran tinggi, tampak seorang kakek tengah membawa gentong senjata bersamanya. Datuk merah berniat untuk menyepuh benda yang telah di tempa-nya. dengan itu datuk merah mulai mengambil salah satu kelapa hijau yang ada di sudut gedung tidak jauh darinya. Datuk merah mengambil kelapa itu masih dengan tatapan pasrah, jelas dia masih tidak terima dengan keborosan Surya. Datuk merah jelas tahu bahwa benda ini begitu tidak masuk akal harganya untuk sekedar buah kelapa. Namun sosok itu hanya bisa memaklumi dan menyalahkan dirinya sendiri Ketika mengingat dia tidak merincikan apa yang harus dibeli oleh muridnya. âHuft lebih baik aku kini fokus dengan penyepuhan,â kata datuk merah sembari mengehla nafas pendek. Kakek itu meletakan gentong yang berisikan sejumlah senjata ke tanah. Kemudian kakek itu mulai menatap kelapa hijau yang mulus di tangannya yang lain. Setelah tampak puas menatap, sosok datuk merah mulai menebas bagian atas kelapa itu dengan sek
Surya sudah lama khawatir tentang masalah pesanan walikota, dia jelas tidak banyak tahu tentang keris, namun Ketika mengingat keris yang telah diserap pedang bodohnya, Surya jelas ingat bentuk keris itu bahkan sampai detail terkecilnya. âAahahah sial, aku memikirkan hal ini begitu keras, namun hal ini dapat diselesaikan dengan hanya melihat pedang bodoh ini!â Teriak Surya dengan senang. Sementara Surya dalam keadaan yang baik, pedang yang ada di tangan Surya mulai berhenti bergetar. Pedang itu seolah tahu bahwa tuannya sedang bahagia, dengan itu benda mati yang ada di tangan Surya itu terlihat bertanya-tanya. Pralaya jelas tahu bawha tuannya adalah bajiangan yang suka melecehkannya dengan membuat dirinya menjadi sekop dan linggis. Dan lagi, Surya sangat senang memarahinya hanya karena masalah-masalah kecil, pikirnya. Jika Surya tahu bahwa pedang itu dapat berpikir dan mengeluh terhadap Surya di dalam pikirnya, Surya mungkin akan bingung harus bereaksi apa. Saat pedang itu diam
Di depan sebuah gua gelap yang ada di kota tanah datar, sekelompok pemuda tengah menatap ke satu arah dengan histeris. Mereka adalah kelompok pemuda yang berasal dari desa di sekitar gunung Agung. Mereka sedang menunggu sosok yang akan mengajari mereka kemampuan silat. Berharap bahwa sosok guru yang akan mengajar mereka yang datang. namun sosok yang mereka dapati malah dua mata bulat dengan kilau oranye yang begitu menyeramkan. Kelompok pemuda itu tanpa sadar bergetar hebat karena ketakutan. Ini bahkan tidak terkecuali untuk Rizal yang menjadi pemimpin dari kelompok pemuda itu. âA-apa itu?â tanya salah satu orang di kelompok. Meskipun ada yang bertanya, tidak ada satupun balasan dari orang di sekitar. Jelas mereka sama bodohnya dengan pihak lain. Mereka juga mungkin tidak akan peduli dengan pertanyaan itu ketika memikirkan nyawa mereka yang mungkin akan melayang. Kelompok itu begitu paranoid tentang kematian karena aura menyeramkan yang keluar dari sudut yang ditempati mata oran
âArghhhhh!â âArghhh rusukku!â âAououoo,â âAuk auk~~â Di sebuah area sekitaran sungai yang ada di kota Dataran tinggi, suara yang menyakitkan mulai terdengar di area itu bercampur dengan suara aliran air mengalir. Hal yang kini terjadi di tempat itu adalah sekelompok orang tengah berbaris dengan kuda-kuda yang rapi. Bukan hal itu yang salah, namun sejumlah memar dan warna merah yang terlihat jelas di permukaan kulit dari kelompok pemuda dan anjing-anjing itu. Mereka sekarang sedang dilatih Surya untuk menjadi pesilat yang kuat. Sudah satu jam Surya memukuli kelompok makhluk hidup itu dengan sekuat tenaga. Kelompok itu bahkan sampai menangis Ketika rasa sakit yang mereka alami begitu mengerikan untuk di bayangkan. Hal yang membuat kelompok itu semakin merasa tersayat adalah senyum puas dan bengis yang terpampang di wajah Surya. âAhhh apakah ini yang dirasakan kakek itu saat melatih ku? Ini sungguh menyenangkan,â kata Surya dalam hati dengan puas. Surya terus saja memukuli kelo
Di sebuah sudut yang ada di bengkel datuk merah, seorang pemuda tengah menatap ke satu arah dengan seksama. âAhhh sial apa yang terjadi?â Tanya Surya dengan bingung. âSwoshh!â Saat pemuda itu kebingungan, sejumlah udara dingin mulai mengalir pelan di area itu. Surya sama sekali tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Sejumlah perasaan hangat yang akrab mulai mengalir dari jantung milik Surya. âAhhh ini energi benih ku!â teriak Surya kaget. Dia jelas tanpa sadar telah menggunakan energi benih yang tersimpan di dalam teko miliknya. Dengan itu sejumlah aliran cahaya mulai bergerak dari jantung menuju tangan Surya. Setelah cahaya itu sampai di tangan Surya, cahaya itu terus saja melanjutkan untuk bergerak ke arah benda yang ada di tangan Surya. Dengan itu Surya kini bisa melihat cahaya berwarna merah dan juga oranye sedang menjalar ke keris yang sudah lama ada di tangannya. Fenomena itu jelas begitu aneh. Surya bisa melihat keris itu seolah adalah tanah retak dengan cahaya-cahay
Karena kerumunan yang diam, Surya mulai berkata lagi. âApakah kalian benar-benar tidak ingin berlatih lagi?â Dengan itu kelompok pemuda desa itu akhirnya sadar. Mereka langsung memikirkan alasan yang cocok untuk bisa mengelak dari pertanyaan Surya. âT-tidak monster balang, kami sangat ingin berlatih di bawah naunganmu,â kata sosok yang pertama kali berkata bahwa dia tidak ingin lagi berlatih di bawah Surya. Surya yang mendengar pernyataan ini jelas tahu apa yang telah dilakukan pihak lain sebelumnya. Surya sudah ada di tempat itu berada beberapa saat yang lalu. Memikirkan kesalahan pihak lain, Surya tampak tidak ragu mendaratkan pukulannya ke tubuh pihak lain itu. âArgââ Dengan kejadian ini kelompok itu menjadi terkejut. Jelas mereka tidak berharap Surya begitu tidak masuk akal memukuli sosok itu tanpa alasan. âSekali lagi aku tanya, Apakah ada di antara kalian yang tidak ingin lagi berlatih di bawah naungan ku?â Dengan itu keheningan sekali lagi terjadi di tempat itu. Rizal
Di sebuah rumah gadang yang ada di kota Dataran tinggi, seorang yang mencurigakan mulai masuk ke dalam salah satu ruangan. âBagaimana apakah kau sudah memastikannya?â tanya orang di dalam ruangan yang terlihat sudah lama menunggu. âIya sumando, bisa dipastikan bahwa dia telah menggunakan teko itu dengan benar.â Sosok mencurigakan itu menjelaskan dengan tenang. Pada awalnya sosok yang dipanggil sumando itu tenang dan acuh pada awalnya. Namun setelah mendengar apa yang disampaikan oleh orang yang kini berada tepat di hadapannya, sosok itu hanya bisa menjadi terkejut. âApakah kau jelas akan hal itu?â tanya sosok yang dipanggil sumando itu tidak percaya. âIya saya jelas dengan itu sumando, coba sumando bisa lihat ini.â Dengan perkataan itu, sosok mencurigakan mulai bergerak maju sambil menyodorkan sebuah benda ke arah sosok sumando yang ada di hadapannya. Sosok sumando yang sudah tampak geregetan mulai menjangkau benda itu dengan sigap. Saat sosok sumando itu bisa melihat hal yang
Di depan sebuah pintu yang cukup besar, Surya tengah berada di posisi canggung ketika merasakan ada sebuah serangan yang mengarah ke belakang lehernya. âSwiss!â Dengan sigap Surya melepaskan tangannya yang memegang gagang pintu dan kemudian merundukan kepalanya agar tidak terkena serangan dari pihak lain. Saat Surya sudah merunduk, dia mencoba untuk berguling ke belakang menjaga jarak serang antara dirinya dan sosok yang menyerangnya. Setelah Surya berguling ke belakang, dia kemudian mulai memposisikan tubuhnya untuk seimbang agar bisa melihat pihak lain. Saat Surya sudah bisa menstabilkan dirinya dengan cukup baik. Surya kini bisa melihat seorang wanita dengan wajah tegas tengah menatapnya dengan tampilan bermusuhan. âSial siapa wanita aneh ini?â kutuk Surya dalam hati. Kedua orang itu masih saja saling menatap dengan intens. Mata Surya yang sudah lama melihat pihak lain dengan seksama akhirnya bisa melihat pergerakan dari otot pihak lain. Sekali lagi serangan belati yang mem