Share

Bab 23

Ardila yang tersadar segera menarik dirinya menjauh dari Arman, wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Jantungnya berdetak kencang, membuat Ardila memalingkan wajahnya salah tingkah.

Sedangkan Arman sama terkejut, wajahnya merah merona. Seakan tidak percaya apa yang terjadi tadi. Lamunan mereka buyar oleh suara Naya.

“Kok berhenti tiba-tiba, sih. Kan jadi nyungsep,” keluh Naya seraya bangkit dari posisinya.

Kening Naya mengkerut dalam melihat tingkah kedua orang yang ada di hadapannya. “Kalian kenapa? Kok mukanya pada merah.”

Wajah Ardila semakin panas, ia bingung harus menjawab apa. Arman yang merasa suasananya canggung segera berdehem, menetralisir degup jantungnya.

“Panas di sini, Nay, karena desak-desakan,” sahut Arman membuat alasan.

Naya mengangguk setuju, “Kita turun saja, deh. Mumpung pawainya lagi berhenti.”

Ardila mengangguk setuju, ia segera menggandeng tangan Naya untuk turun ke bawah. Sekarang ia sangat malu untuk berhadapan dengan Arman.

Merasa puas,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status