"Apa yang kamu katakan?"
Kini, Bara terlihat menatap wajah Diana yang begitu marah kepada dirinya. Bara baru saja menggaulinya, Bara baru saja memberikan kenikmatan kepada istrinya tersebut. Diana bahkan berkali-kali mengerang karena nikmat yang diberikan oleh Bara, Diana bahkan berkali-kali terlihat memuji keperkasaan suaminya itu. Namun, kini Diana meminta cerai dari Bara. Bahkan belum ada lima menit mereka menyelesaikan pergumulan panas di antara mereka berdua. "Coba katakan sekali lagi, apa yang kamu inginkan, hem?" tanya Bara seraya membalas tatapan penuh kebencian dari Diana. "Aku minta cerai, Mas!" teriak Diana. Bara tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Diana, wanita yang sudah menjadi istrinya itu dulu begitu bersikukuh ingin menikah dengannya. Selain berkata jika Diana begitu mencintai dirinya, Diana juga berkata begitu menyayangi kelima anak-anaknya. Walaupun ayah Diana, Bagas melarang mereka untuk menikah, Diana tetap memperjuangkan restu dari ayahnya. Namun, baru saja mereka selesai memadu kasih, Diana malah meminta cerai kepada dirinya. Padahal, dia hanya mengutarakan apa yang dia inginkan saja. "Cerai? apa kamu sadar dengan apa yang kamu minta, Diana?" tanya Bara dengan tatapan penuh amarah di matanya. Dia merasa terhina ketika Diana meminta cerai darinya, dia adalah orang terpandang. Dia adalah orang terkaya di kampungnya, harga dirinya seakan jatuh dengan permintaan dari Diana yang dirasa begitu cepat. Diana langsung menganggukkan kepalanya tanpa ragu, dia benar-benar ingin bercerai dari pria yang baru saja menggagahi dirinya itu. "Tentu saja aku sadar dengan apa yang aku minta, Mas. Aku tidak mau hanya dijadikan pemuas napsumu saja, aku ingin rumah tangga dengan baik di jalan Tuhan!" jawab Diana tidak kalah emosi dari Bara. Bara yang kesal langsung menarik selimut yang Diana pakai untuk menutupi tubuh polosnya, lalu dia melemparkannya secara sembarang. Diana berusaha untuk menutup tubuhnya dengan bantal, tapi Bara dengan cepat menarik bantal itu dan mendorong tubuh Diana sampai terjatuh di atas tempat tidur. Kelembutan yang baru saja Bara berikan berganti dengan hal yang kasar, karena pria itu merasa benar-benar kesal terhadap Diana. Diana merasa ketakutan dengan perlakuan suaminya yang seperti itu, tetapi dia berusaha untuk menutupi rasa takutnya itu karena tidak ingin ditindas oleh suaminya. Melihat Diana yang berani menatap dirinya, hal itu membuat Bara merasa sangat marah kepada istrinya tersebut. Pria itu dengan cepat berkata. "Dengar wanita bodoh, bukankah aku dari awal sudah mengatakan jika aku mengajak kamu menikah denganku untuk menjadi Ibu dari anak-anakku?" tanya Bara seraya mencekik leher Diana. Mendengar akan hal itu, Diana jadi teringat kala Bara melamar dirinya. Bahkan kata-kata Bara kembali terngiang-ngiang di telinganya. 'Menikahlah denganku, Diana. Jadilah ibu dari anak-anakku, kamu bisa bersenang-senang setelah kita menikah. Karena aku tidak akan membatasi diri kamu, kamu boleh menggunakan hartaku untuk apa yang kamu inginkan.' Diana benar-benar tidak sadar dengan kata-kata menjadi ibu dari anak-anakku, Diana menyangka jika dia akan diajak berumah tangga layaknya seperti wanita yang lainnya. Wanita yang dijadikan istri sekaligus dijadikan ibu dari keturunan yang dia lahirkan dari dalam rahimnya sendiri, wanita yang diperlakukan seperti ratu di dalam kehidupan rumah tangga mereka. "Kenapa malah diam, bodoh!" teriak Bara kala melihat Diana yang malah melamun di sela rasa sakitnya. "Lepaskan, Mas! Ini sangat sakit," teriak Diana seraya berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Bara di lehernya. Jika Bara terus saja mencekik lehernya, Diana bisa saja mati saat itu juga. Dia tidak ingin mati di malam pertamanya menjadi seorang Istri. Jika bisa, justru Diana ingin segera pergi dari sana. Dia ingin segera terbebas dari lelaki yang dia rasa sangat aneh dalam berkelakuan dan dalam permintaannya. Bara terlihat begitu kesal, dia tidak menyangka jika Diana akan langsung meminta cerai kepada dirinya. Padahal, semenjak dia mengenal Diana, wanita itu terlihat begitu lembut, Bara tidak pernah mendengar Diana marah atau berkata dengan nada kasar. "Baiklah, akan aku lepaskan. Tapi, kamu tidak boleh membangkang sebagai seorang istri." Bara melepaskan cengkraman tangannya pada leher Diana. Diana beringsut, dia duduk seraya memeluk bantal agar menutupi tubuhnya. Rasa sakit pada area intinya dia abaikan, karena saat ini dia hanya ingin meminta kejelasan dari lelaki yang baru saja menikahinya itu. "Tolong jelaskan dengan apa yang kamu bisikkan tadi di telingaku, Mas," pinta Diana. Diana benar-benar tidak paham dengan apa yang dibisikkan oleh Bara, lebih tepatnya dia tidak paham dengan apa yang dipikirkan oleh Bara. Bisa-bisanya pria itu mengatakan hal seperti itu kepada dirinya, hal yang membuat dirinya murka dalam sesaat. "Aku hanya ingin menjadikan kamu sebagai ibu dari anak-anakku, aku hanya ingin menjadikan kamu teman tidurku. Aku tidak mau memiliki anak dari kamu," jelas Bara. Bahkan, sebelum mereka bercinta, Bara memberikan obat kb kepada Dia a. Hal itu sengaja dia lakukan agar wanita yang sudah menjadi istrinya itu tidak hamil setelah bercinta dengannya. "Maksud kamu bagaimana, Mas? Tentu saja aku mau menjadi ibu dari anak-anak kamu, tapi bukan berarti aku tidak mau memiliki anak dari kamu, Mas!" teriak Diana lagi. "Apakah masih kurang jelas, Diana? Lakukanlah operasi steril, karena aku tidak ingin memiliki anak dari kamu. Aku yakin kita akan bahagia tanpa kamu harus melahirkan, lagi pula melahirkan itu hanya akan membuat tubuh kamu menjadi jelek." Bara sengaja mengatakan hal itu, agar Dia a mau menuruti apa yang dia inginkan. Karena walau bagaimanapun juga, dia membutuhkan Diana untuk bisa bercinta dalam setiap waktu yang dia inginkan. Dia tidak akan rela jika Diana akan benar-benar meninggalkan dirinya karena sebuah kata, Cerai. Dia butuh Diana untuk memuaskan hasratnya, dia butuh Diana untuk menjadi sosok ibu bagi anak-anaknya. Diana benar-benar tidak menyangka jika Bara meminta dirinya untuk melakukan operasi steril, Bara berkata jika pria itu tidak ingin memiliki keturunan dari Diana. Bara sudah memiliki 5 anak, baginya 5 anak sudah sangat cukup. Jadi, Diana tidak perlu melahirkan putra ataupun putri untuk dirinya. Diana hanya cukup memuaskan dirinya di atas ranjang, lalu Dia a menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu dari kelima anaknya. "Tapi, Mas. Rumah tangga macam apa yang akan kita jalankan jika aku sudah melakukan operasi sterilisasi? Padahal aku belum pernah melahirkan," ucap Dia a dengan nada mulai melemah. "Kamu sangat konyol Diana. Dari awal aku berkata jika kamu hanya akan menjadi ibu dari anak-anakku, kita berumah tangga bukan untuk memproduksi anak. Karena aku sudah memiliki 5 anak, paham?" Diana menatap nanar ke arah Bara, dia benar-benar tidak paham dengan apa yang Bara pikirkan. Dengan mudahnya Bara mengatakan hal itu. Padahal jika jodoh mereka tidak bertahan lama, bagaimana dengan nasib pernikahannya dengan pria lainnya kalau dia sudah melakukan operasi steril, pikirnya. "Tidak, Mas. Aku tidak paham dengan jalan pemikiran kamu, sekarang yang aku inginkan hanyalah bercerai dengan kamu. Aku tidak ingin mempertahankan pernikahan dengan pria yang hanya mementingkan keinginannya saja." Diana hanyalah manusia biasa, dia ingin memiliki rumah tangga yang bahagia. Dia ingin memiliki anak dari Bara, suaminya. Dia tidak mau jika hanya dijadikan sebagai ibu sambung dari anak-anak Bara tanpa memikirkan keturunan yang terlahir dari dalam rahimnya, dia juga tidak mau jika hanya dijadikan mainan Bara ketika suaminya menginginkannya di atas ranjang. "Mas, aku mau bertanya kepada kamu." Diana menyandarkan tubuhnya pada sandaran tempat tidur, dia berusaha untuk lebih rileks. "Tanyakanlah, Diana!" tantang Bara. "Apakah kamu mencintai aku, Mas?" tanya Diana dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. "Tidak, Diana. Aku tidak mencintai kamu, aku menikahi kamu karena aku seorang pria normal. Aku membutuhkan wanita untuk melampiaskan hasratku, aku butuh sosok ibu untuk anak-anakku." "Apa, Mas? Jadi aku--" "Aku hanya mencintai almarhumah istriku," jelas Bara memangkas ucapan dari Diana. Diana langsung menangis sesenggukan mendengar ucapan dari suaminya, sungguh Diana tidak menyangka jika Bara menikahi dirinya tanpa rasa cinta sedikit pun. Diana benar-benar merasa kecewa mendengar penuturan dari Bara lewat bisikan yang dia sampaikan, dia kecewa dengan apa yang Bara utarakan secara langsung. "Dengarkan aku baik-baik, Diana. Jika kamu ingin tetap berumah tangga denganku, jangan pernah kamu bermimpi untuk melahirkan anakku. Jika kamu ingin bercerai denganku, akan aku kabulkan. Namun, jangan pernah berharap kamu akan bahagia setelah berpisah denganku!" Diana terlihat menggelengkan kepalanya dengan air mata yang menetes di kedua pipinya, rasa sakit setelah Bara memerawani dirinya seakan tidak terasa, karena hatinya terasa lebih sakit dan juga perih. "Kamu sangat tega, Mas!" ucap Diana lirih. "Kamu yang tidak tahu diri, Diana. Kamu itu sudah beruntung mendapatkan pria kaya seperti aku, kamu tinggal berbahagia dengan limpahan harta yang akan aku berikan kepada kamu. Bukan meminta cerai," ucap Bara dengan senyum meledek di bibirnya. "Aku tetap minta bercerai, Mas. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini," ucap Diana mantap. "Terserah, jika memang itu mau kamu. Benahi baju kamu, pergi sekarang juga dari sini. Aku talak tiga kamu saat ini juga!" teriak Bara dengan lantang."Kamu benar-benar manusia tidak bernurani, Mas." Diana merutuki Bara, tetapi hanya mampu di dalam hati saja. Namun, mulutnya malah tertutup dengan rapat.Diana hanya bisa terdiam seraya menatap kepergian Bara ke dalam kamar mandi, lelaki itu bahkan tidak menolehkan wajahnya sama sekali ke arah Diana.Pria itu terlihat begitu marah karena dirinya tidak mau menuruti apa yang diinginkan oleh Bara, Diana baru sadar jika Bara merupakan pria yang bisa dengan mudahnya marah jika keinginannya tidak terwujud.Satu hal yang membuat matanya Diana terasa sakit, pria yang belum lama memerawani dirinya itu terlihat begitu acuh masuk ke dalam kamar mandi tanpa memakai sehelai benang pun.Pria itu seolah tidak malu mempertontonkan tubuhnya yang tidak terbalut busana, padahal Diana seketika merasa jijik saat memandang tubuh lelaki itu.Brak!Bara membanting pintu kamar mandi dengan begitu kencang, dia terlihat begitu emosi karena Diana tidak mau menuruti keinginannya.Padahal, Bara sudah merencanakan
Sepanjang perjalanan menuju kediaman Bagas, Diana terus saja menangis. Dia merasa sedih karena mengalami kejadian yang tidak terduga di malam pertamanya.Air matanya terus saja mengalir di kedua pipinya tanpa dia minta, hatinya terasa sakit dan dadanya terasa sangat sesak. Rasanya dia ingin bunuh diri saja, tapi takut akan dosa."Oh Tuhan, kenapa bisa seperti ini?" tanya Dia a lirih.Sopir taksi yang sedang mengemudi memandang Diana dari kaca spion dengan iba, dia merasa kasihan karena melihat Diana yang terus saja menangis tanpa henti.Namun, dia tidak berani berkata apa pun. Karena dia sangat paham, jika wanita yang sedang bersedih hanya butuh waktu untuk menumpahkan segala kesedihannya itu lewat tangisan.Setelah melakukan satu jam perjalanan, akhirnya Dia a tiba di kediaman sederhana milik ayahnya, Bagas. Ada kelegaan, tetapi ada juga kebingungan."Ini ongkosnya, Pak." Diana memberikan ongkos taksinya dan segera keluar dari taksi tersebut.Diana terlihat melangkahkan kakinya den
Tadi malam. Setelah selesai melaksanakan ritual mandinya, Bara keluar dari dalam kamar mandi dengan hanya menggunakan kimono mandi saja.Dia terlihat mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Diana, dia merasa kesal saat tidak melihat keberadaan wanita yang baru saja dia buka segelnya itu.Padahal, dia hanya menggertak Diana saja dengan mengatakan perempuan itu harus pergi saat ini juga. Menurutnya kata talak yang sudah dia katakan tadi hanya karena emosi semata, seharusnya Diana tidak menganggap dirinya dengan serius.Seharusnya Diana merayu dirinya agar Bara mau tetap melanjutkan pernikahannya, tetapi jika untuk memiliki anak dari Diana, dia tetap tidak akan mau.Dia sudah memiliki 5 orang anak, rasanya tidak mungkin lagi untuk dirirnya menambah anak lagi. Karena memang rencana awal Bara untuk menikah lagi adalah untuk mencari ibu untuk anak-anaknya, bukan untuk memproduksi anak lagi."Ke mana perginya wanita sialan itu? Kenapa dia berani sekali pergi dari sini? Kenapa koper
Bara mengambil ponselnya, lalu dia menatap foto Diana saat bersama dengan dirinya. Mereka terlihat mesra sekali, Bara nampak memeluk dan mengecup pipi Diana."Lihat saja Diana, aku pastikan kamu dan Bagas akan menderita. Aku pasti akan menghancurkan kalian berdua," ucap Bagas dengan pelan tetapi penuh penekanan.Tidak lama kemudian pak sopir nampak melajukan mobilnya menuju kediaman Kusuma, di mana di sana ada ibu dan juga kelima anak Bara. Sepanjang perjalanan menuju kediaman Kusuma, Bara terus saja menggerutu dan mengeluarkan unek-uneknya.Dia benar-benar tidak habis pikiran karena Diana tidak mau kembali kepada dirinya, padahal dia adalah pria kaya. Bukankah semua wanita akan bahagia dengan limpahan harta, lalu kenapa Diana tidak mau kembali kepada dirinya, pikirannya.Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya pak sopir memberhentikan mobilnya tepat di halaman kediaman Kusuma. Bara berjalan masuk menuju rumah megah itu dengan raut wajah kesal, tidak ada kebahagiaan yang terpancar se
"Aku harus menemui Diana, aku harus membicarakan masalah ini dengannya. Kalau perlu aku akan berlutut untuk meminta maaf kepadanya."Sebenarnya Debi merasa malu dengan apa yang sudah dilakukan oleh Bara terhadap Diana, dia juga merasa malu kita harus menemui Diana walaupun hanya untuk sekedar meminta maaf.Rasanya, apa yang sudah dilakukan oleh Bara terhadap Diana benar-benar keterlaluan, Debi bahkan tidak menyangka jika ternyata dia memiliki putra yang bersifat seperti itu.Dia baru tahu jika pemikiran putranya sangatlah picik, di dunia ini mana ada perempuan yang dinikahi tapi tidak boleh melahirkan.Jika ada pun, tentu wanita itu adalah wanita yang tidak baik. Dia ingin menikah, ingin menikmati harta dari Bara tapi tidak ingin memiliki keturunan.Cukup lama Debi terdiam seraya memikirkan cara untuk menemui Diana agar diterima oleh wanita itu, tidak lama kemudian dia nampak tersenyum penuh arti.Kemudian, Debi melangkahkan kakinya menuju kamar si bungsu, putra kelima dari Bara. Menu
"Maaf, Mom. Maafkan aku, aku tidak bisa lagi kembali kepada mas Bara. Tapi, kalau Mom dan juga anak-anak mau main kemari, datanglah kapan pun juga." Diana tersenyum hangat.Mendengar apa yang dikatakan oleh Diana, Debi benar-benar menyesalkan sikap Bara kepada menantunya yang kini sudah menjadi mantan menantunya itu.Jika suatu saat Bara menikah kembali, belum tentu mendapatkan wanita baik seperti Diana, pikirnya. Wanita yang bisa menerima keadaan Bara dengan sepenuh hatinya."Ya, Mom paham," ucap Debi.Cukup lama Debi dan juga Diana berbicara dari hati ke hati, mereka berdua mengutarakan apa yang ada di dalam isi hati mereka berdua. Setelah 3 jam kemudian, akhirnya Debi memutuskan untuk pulang karena takut terjadi kesalahpahaman dengan Bara."Mom pulang dulu, Sayang. Lain kali Mom akan datang lagi," pamit Debi."Yes, Mom. Pulanglah, aku juga sebentar lagi akan pergi. Selepas shalat dzuhur aku ingin pergi ke toko kue milik bapak," ungkap Diana.Debi tersenyum bangga ke arah Diana, wal
"Mana mungkin aku nipu, Mas ada-ada saja." Diana bicara dengan gugup, karena Bara menatap dirinya dengan tatapan intimidasi. "Apa benar kamu tidak menipu aku? Karena aku merasa tidak percaya dengan apa yang kamu katakan, semuanya terdengar tidak benar."Bara masih mencoba bernegosiasi dengan Diana, siapa tahu dia bisa bercinta dengan Diana. Walaupun memang mereka belum menikah kembali, tapi mereka bisa melakukan hal yang lebih.Hal yang selalu diinginkan oleh Bara ketika berdekatan dengan Diana, percintaan yang begitu indah seperti di malam pertama mereka.Bara merasa sulit melupakan malam pertamanya dengan Diana, karena Diana begitu berusaha untuk memuaskan dirinya saat di malam pertama mereka.Diana sama halnya dengan Airin, almarhumah istrinya. Selalu berusaha untuk membahagiakan dirinya, selalu berusaha membuat dia nyaman saat berada di dekat kedua wanita itu.Sayangnya Bara kini sudah melakukan kesalahan, dia tidak tahu jika ternyata menjatuhkan talak 3 itu akan berimbas tidak b
"Lihat saja Diana, Sayang. Mulai besok aku akan mulai mencari simpati dari kamu, aku akan membuat kamu merasa tidak bisa jauh dariku dan anak-anakku." Bara menyeringai dengan licik.Bara sudah bertekad, jika mulai besok dia akan menggunakan anak-anaknya sebagai cara agar Diana tidak mau berjauhan dengan kelima putra-putrinya.Pria berusia tiga puluh lima tahun itu juga sudah bertekad akan memberikan bualan-bualan manis kepada Diana, agar wanita muda itu mau kembali kepada dirinya.Dia sudah bertekad tidak akan melepaskan Diana, karena menurutnya Diana adalah wanita yang terbaik untuk dirinya dan juga anak-anaknya."Aku pasti bisa membuat hati Diana luluh kembali, Aku tidak akan membiarkan wanita secantik Diana jatuh ke pelukan pria lain. Apalagi Diana memiliki body yang sangat seksi," ucap Bara seraya membayangkan pergulatan panas di saat malam pertama mereka.Setelah mengatakan hal itu, Bara langsung pulang ke kediaman Kusuma, dia langsung mengistirahatkan tubuhnya yang begitu lelah.
Satu minggu sudah Diana dan juga Aiden tinggal di luar kota, bukan hanya sekedar melakukan pengembangan bisnis. Namun, mereka seperti terlihat sedang melakukan bulan madu.Setelah pekerjaan selesai, Aiden akan mengajak Diana untuk pergi jalan-jalan. Aiden akan menghabiskan waktu bersama dengan Diana di luar, entah itu untuk makan, hanya sekedar jalan-jalan dan pergi untuk mencari jajanan khas daerah tersebut.Hari ini adalah hari terakhir Diana dan juga Aiden berada di kota tersebut, mereka berdua sedang berkeliling kota untuk mencari oleh-oleh.Aiden berkata mereka tidak perlu membeli oleh-oleh yang banyak, lagi pula dia tidak memiliki saudara yang banyak. Tante Alicia pun berada di luar negeri, beli oleh-oleh sedikit saja untuk Bagas dan juga asisten yang berada di rumahnya.Namun, Diana malah membeli banyak sekali makanan. Dia juga membeli beberapa kerajinan khas daerah sana seperti gelang dan juga kalung, bahkan dia juga memberi topi berhiaskan cangkang kerang."Yang, aku mau beli
Pada akhirnya, Diana dan juga Aiden memakan makanan yang sangat diinginkan oleh Diana itu. Diana memakan cumi pedas manis dengan irisan belimbing wuluh itu dengan raut wajah sumringah.Berbeda dengan Aiden, pria itu sesekali memejamkan matanya karena menahan rasa asam yang begitu menyengat di lidahnya. Air liurnya bahkan sampai hendak menetes."Yang, ini asem banget loh. Nanti kamu bisa sakit perut," ucap Aiden.Diana menolehkan wajahnya ke arah Aiden, lalu dia kembali fokus pada makanan yang ada di hadapannya. Tak ada niatan untuk wanita itu menghentikan kunyahannya."Yang, asem. Nanti sakit perut loh," ulang Aiden."Nggak akan dong, Yang. Ini sangat enak," jawab Diana dengan mulut yang penuh dengan makanan.Aiden tidak menyangka jika Diana akan memesan makanan yang membuat dirinya tersiksa, rasa asam dari belimbing wuluh itu benar-benar membuat dia seakan hendak muntah."Ya udah, kamu abisin makanannya, ya?" ujar Aiden.Aiden yang sudah merasa tidak tahan menghentikan kunyahannya, D
Di saat Aiden sedang melakukan meeting penting dengan klien, Diana benar-benar tertidur dengan begitu lelap. Wanita itu bahkan tidak mengingat untuk memakan apa pun, dia hanya merasakan lelah yang luar biasa.Padahal Dia a tidak banyak mengerjakan pekerjaan, tetapi wanita itu merasakan matanya seakan tidak bisa dibuka. Matanya ingin terus menutup dan tubuhnya seakan ingin menempel terus pada bantal.Alhasil, wanita itu kini masih terlelap dalam tidurnya. Terlebih lagi di sana tidak ada Aiden, tidak ada yang mengganggu waktu tidurnya sama sekali.Meeting penting yang dilakukan oleh Aiden ternyata menghabiskan banyak waktu, karena banyak hal yang harus dipertimbangkan.Terlebih lagi perusahaan cabang ini belum lama berdiri, Aiden harus benar-benar mengurus semuanya dengan sangat baik. Agar tidak salah dalam melangkah nantinya.Pukul 8 malam, Aiden bisa bernapas dengan begitu lega. Karena akhirnya dia bisa segera menemui istrinya, istri tercintanya yang sudah sangat dia rindukan."Akhirn
"Hem! Kamu akan aku hukum dengan--"Dia tak meneruskan ucapannya, Aiden dengan cepat mendekatkan wajahnya pada wajah Diana, bibirnya dengan lincah langsung mengecupi leher jenjang istrinya.Padahal, mereka belum lama selesai bercinta. Akan tetapi, Aiden terlihat begitu berhasrat saat menatap wajah istrinya itu."Jangan, Mas. Aku lelah, hukumannya diganti sama yang lain aja. Nanti aku bisa pingsan," ucap Diana mengiba.Bercinta dengan Aiden memang selalu membuat dia merintih penuh nikmat, tetapi jika terus-menerus melakukannya, rasanya dia benar-benar tidak sanggup."Tapi aku-nya pengen, Yang." Aiden kembali mencumbui bibir istrinya.Namun, dengan cepat Diana menghindari pria itu. Bukannya dia ingin membantah, tetapi ini di kantor. Pekerjaan Aiden sudah terbengkalai, jika mereka kembali bercinta, maka pekerjaan tidak akan selesai juga."Sayang! Pekerjaannya diselesaikan dulu, nanti malem aku kasih lagi," ucap Diana seraya tersenyum dengan begitu manis agar suaminya itu luluh.Awalnya w
Diana tetap menggoyangkan pinggulnya di atas tubuh suaminya, tetapi tidak lama kemudian dia langsung tertawa karena tidak tahan melihat kekesalan di wajah suaminya.Semakin hari dia semakin mengenal sifat dari suaminya, menurutnya Aiden adalah pria yang baik. Pria yang penyayang dan juga pengertian. Namun, dia juga merupakan pria yang tidak ingin diganggu kalau sedang memiliki aktivitas yang serius."Jangan marah-marah, nanti malah nggak enak loh." Diana berkata dengan napas yang terengah-engah, karena saat ini dia sedang berusaha untuk mencapai puncak kenikmatan yang sebentar lagi akan dia dapatkan."Iya, Sayangku."Aiden tersenyum, lalu tangannya terulur untuk meremat kedua dada istrinya dengan begitu lembut. Tidak lama kemudian, bibir Aiden langsung menyambar ujung dada istrinya dengan rakus.Dia sesap dengan penuh gairah, dia perlakukan dada istrinya seperti sebuah makanan yang begitu nikmat untuk disantap."Enak, Yang." Diana merasakan kenikmatan yang begitu luar biasa saat ini.
"Ada apa? Kenapa kamu gelisah seperti itu?" tanya Bagas.Diana langsung menolehkan wajahnya ke arah Bagas, dia berusaha untuk tersenyum manis ke arah ayahnya tersebut. Walaupun dia menduga ada orang yang membuntuti dirinya, tetapi dia tidak bisa mengatakan hal itu begitu saja kepada Bagas.Dia takut jika ayahnya tersebut akan ketakutan, dia takut jika ayahnya akan banyak pikiran. Karena tentunya itu akan berpengaruh terhadap kesehatan dari ayahnya tersebut."Tidak apa-apa, aku hanya kepikiran mas Aiden saja. Dia selalu saja capek dalam bekerja, hari ini aku nggak ikut kerja. Pasti dia akan begitu sibuk," ucap Diana beralasan.Bagas langsung menganggukkan kepalanya, dia membenarkan apa yang dikatakan oleh putrinya. Menantunya itu memang orang yang sangat bekerja keras dalam kesehariannya."Kalau seperti itu, seharusnya tadi kamu tidak usah mengantar Bapak. Bapak kan' bisa pergi dengan sopir," ucap Bagas."Eh? Nggak kayak gitu juga, Pak. Bapak tetap yang terpenting, karena mengurusi Bap
Aiden berteriak-teriak memanggil nama istrinya, dia mencari-cari istrinya dari mulai kamar mandi sampai walk in closet tapi tidak ada.Aiden yang memiliki rasa trauma setelah Diana diculik merasa ketakutan, dia langsung berlari keluar dari dalam kamarnya. Dia ingin berlari ke dapur untuk mencari istrinya.Sungguh dia berharap jika istrinya ada di sana, karena kehausan Diana pergi ke dapur untuk minum, pikirnya.Saat melewati ruang keluarga, Aiden berpapasan dengan bibi. Aiden tentu saja menghentikan langkahnya, karena ingin bertanya kepada bibi. Namun, bibi malah menutup matanya dan membalikkan tubuhnya."Bibi kenapa? Kenapa malah bersikap seperti itu? Saya mau tanya tentang Diana, Bi. Ke mana dia? Apakah ada di dapur?" tanya Aiden.Aiden bertanya dengan tidak sabar kepada bibi, sedangkan bibi terlihat begitu enggan untuk melihat majikannya tersebut."Anu, Den. Nyonya Diana di kamar pak Bagas, tadi dia sesak napas. Jadi Nyonya sedang mengurusi bapaknya," jawab Bibi.Mendengar jawaban
"Anu, Tuan. Itu---"Bibi malah menggaruk pelipis kanannya, dia seperti kebingungan mau mengatakan Siapa yang datang ke sana."Siapa, Bi? Katakan saja," ujar Aiden."Calon besan gak jadi, Den."Aiden hanya bisa menghela napas berat ketika mengetahui siapa yang datang, dua orang yang sangat tidak ingin dia temui itu malah datang ke rumahnya.Kesalahannya memang murni diciptakan oleh Angel, tapi tetap saja dia tidak ingin bertemu dengan kedua orang tua wanita itu. Walaupun mereka tidak ikut andil dalam apa yang dilakukan oleh Angel."Ada apa datang kemari? Kenapa begitu memaksakan untuk datang di saat larut malam seperti ini?" tanya Aiden dengan wajah datarnya.Amira dan juga Arkan la terlihat saling pandang mendengar pertanyaan dari Aiden, karena pada kenyataannya mereka sudah datang dari dua jam yang lalu.Mereka membutuhkan bantuan dari Aiden, maka dari itu mereka hanya menunggu Aiden yang mungkin sedang bergulat dengan istrinya, pikirnya."Kami sudah dua jam berada di sini, maaf kala
Dia yang memilih genre film tersebut, tetapi kini dia sendiri yang tersiksa. Karena ternyata film tersebut banyak adegan kiss-nya, bahkan ada adegan di mana seorang wanita begitu agresif dalam mencari perhatian seorang pria.Pria itu ternyata gampang tergoda dan pada akhirnya mereka berakhir di atas ranjang, walaupun tidak diperlihatkan detailnya seperti apa, tetapi tetap saja hal itu membuat Aiden panas dingin."Yang!" rengek Aiden.Diana sebenarnya merasa kasihan melihat raut wajah suaminya, tetapi dia sengaja tidak memberikan respon yang baik kepada suaminya tersebut."Jangan berisik, Mas. Jangan kaya anak kecil deh," bisik Diana yang tidak mau membuat orang lain terganggu dengan suaranya.Aiden langsung menekuk wajahnya, dia menegakkan tubuhnya lalu memfokuskan pandangannya pada layar besar yang ada di hadapannya.Dia bertekad di dalam hatinya tidak akan menolehkan wajahnya ke arah Diana, karena menoleh sedikit saja ke arah istrinya itu menjadi hal yang sangat berbahaya bagi dirin