Bara mengambil ponselnya, lalu dia menatap foto Diana saat bersama dengan dirinya. Mereka terlihat mesra sekali, Bara nampak memeluk dan mengecup pipi Diana."Lihat saja Diana, aku pastikan kamu dan Bagas akan menderita. Aku pasti akan menghancurkan kalian berdua," ucap Bagas dengan pelan tetapi penuh penekanan.Tidak lama kemudian pak sopir nampak melajukan mobilnya menuju kediaman Kusuma, di mana di sana ada ibu dan juga kelima anak Bara. Sepanjang perjalanan menuju kediaman Kusuma, Bara terus saja menggerutu dan mengeluarkan unek-uneknya.Dia benar-benar tidak habis pikiran karena Diana tidak mau kembali kepada dirinya, padahal dia adalah pria kaya. Bukankah semua wanita akan bahagia dengan limpahan harta, lalu kenapa Diana tidak mau kembali kepada dirinya, pikirannya.Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya pak sopir memberhentikan mobilnya tepat di halaman kediaman Kusuma. Bara berjalan masuk menuju rumah megah itu dengan raut wajah kesal, tidak ada kebahagiaan yang terpancar se
"Aku harus menemui Diana, aku harus membicarakan masalah ini dengannya. Kalau perlu aku akan berlutut untuk meminta maaf kepadanya."Sebenarnya Debi merasa malu dengan apa yang sudah dilakukan oleh Bara terhadap Diana, dia juga merasa malu kita harus menemui Diana walaupun hanya untuk sekedar meminta maaf.Rasanya, apa yang sudah dilakukan oleh Bara terhadap Diana benar-benar keterlaluan, Debi bahkan tidak menyangka jika ternyata dia memiliki putra yang bersifat seperti itu.Dia baru tahu jika pemikiran putranya sangatlah picik, di dunia ini mana ada perempuan yang dinikahi tapi tidak boleh melahirkan.Jika ada pun, tentu wanita itu adalah wanita yang tidak baik. Dia ingin menikah, ingin menikmati harta dari Bara tapi tidak ingin memiliki keturunan.Cukup lama Debi terdiam seraya memikirkan cara untuk menemui Diana agar diterima oleh wanita itu, tidak lama kemudian dia nampak tersenyum penuh arti.Kemudian, Debi melangkahkan kakinya menuju kamar si bungsu, putra kelima dari Bara. Menu
"Maaf, Mom. Maafkan aku, aku tidak bisa lagi kembali kepada mas Bara. Tapi, kalau Mom dan juga anak-anak mau main kemari, datanglah kapan pun juga." Diana tersenyum hangat.Mendengar apa yang dikatakan oleh Diana, Debi benar-benar menyesalkan sikap Bara kepada menantunya yang kini sudah menjadi mantan menantunya itu.Jika suatu saat Bara menikah kembali, belum tentu mendapatkan wanita baik seperti Diana, pikirnya. Wanita yang bisa menerima keadaan Bara dengan sepenuh hatinya."Ya, Mom paham," ucap Debi.Cukup lama Debi dan juga Diana berbicara dari hati ke hati, mereka berdua mengutarakan apa yang ada di dalam isi hati mereka berdua. Setelah 3 jam kemudian, akhirnya Debi memutuskan untuk pulang karena takut terjadi kesalahpahaman dengan Bara."Mom pulang dulu, Sayang. Lain kali Mom akan datang lagi," pamit Debi."Yes, Mom. Pulanglah, aku juga sebentar lagi akan pergi. Selepas shalat dzuhur aku ingin pergi ke toko kue milik bapak," ungkap Diana.Debi tersenyum bangga ke arah Diana, wal
"Mana mungkin aku nipu, Mas ada-ada saja." Diana bicara dengan gugup, karena Bara menatap dirinya dengan tatapan intimidasi. "Apa benar kamu tidak menipu aku? Karena aku merasa tidak percaya dengan apa yang kamu katakan, semuanya terdengar tidak benar."Bara masih mencoba bernegosiasi dengan Diana, siapa tahu dia bisa bercinta dengan Diana. Walaupun memang mereka belum menikah kembali, tapi mereka bisa melakukan hal yang lebih.Hal yang selalu diinginkan oleh Bara ketika berdekatan dengan Diana, percintaan yang begitu indah seperti di malam pertama mereka.Bara merasa sulit melupakan malam pertamanya dengan Diana, karena Diana begitu berusaha untuk memuaskan dirinya saat di malam pertama mereka.Diana sama halnya dengan Airin, almarhumah istrinya. Selalu berusaha untuk membahagiakan dirinya, selalu berusaha membuat dia nyaman saat berada di dekat kedua wanita itu.Sayangnya Bara kini sudah melakukan kesalahan, dia tidak tahu jika ternyata menjatuhkan talak 3 itu akan berimbas tidak b
"Lihat saja Diana, Sayang. Mulai besok aku akan mulai mencari simpati dari kamu, aku akan membuat kamu merasa tidak bisa jauh dariku dan anak-anakku." Bara menyeringai dengan licik.Bara sudah bertekad, jika mulai besok dia akan menggunakan anak-anaknya sebagai cara agar Diana tidak mau berjauhan dengan kelima putra-putrinya.Pria berusia tiga puluh lima tahun itu juga sudah bertekad akan memberikan bualan-bualan manis kepada Diana, agar wanita muda itu mau kembali kepada dirinya.Dia sudah bertekad tidak akan melepaskan Diana, karena menurutnya Diana adalah wanita yang terbaik untuk dirinya dan juga anak-anaknya."Aku pasti bisa membuat hati Diana luluh kembali, Aku tidak akan membiarkan wanita secantik Diana jatuh ke pelukan pria lain. Apalagi Diana memiliki body yang sangat seksi," ucap Bara seraya membayangkan pergulatan panas di saat malam pertama mereka.Setelah mengatakan hal itu, Bara langsung pulang ke kediaman Kusuma, dia langsung mengistirahatkan tubuhnya yang begitu lelah.
"Hey! Tua bangka, di mana Diana-ku?" tanya Bara dengan raut wajah kesal.Bagas begitu kaget dengan suara Bara yang begitu menggelegar, dia langsung menolehkan wajahnya ke arah Bara.Bagas lebih kaget lagi kala melihat raut wajah Bara yang memerah dan siap meledakkan amarah kapan saja, Bagas menghampiri Bara dengan tubuhnya yang bergetar hebat."Ada apa, Nak Bara? Kenapa datang secara tiba-tiba dan langsung marah-marah?" tanya Bagas dengan hati-hati.Bagas berusaha berbicara dengan setenang mungkin, karena dia takut jika Bara akan tahu kalau Diana memang sengaja dia suruh pergi."Di mana Diana, hah? Kamu sembunyikan di mana Diana-ku?" tanya Bara.Bara yang emosi langsung menarik kerah baju Bagas, dia menariknya dengan sangat kencang. Bagas sampai tercekik oleh baju yang dia pakai, dia yang merasa sesak berusaha untuk melepaskan tangan Bara."Aku tidak bisa bernapas," ucap Bagas terbata.Mendengar apa yang dikatakan oleh Bagas, Bara langsung menghempeskan tubuh pria paruh baya itu. Tubu
Walaupun merasa berat hati meninggalkan ayahnya sendirian di kampung halamannya, Diana tetap memutuskan untuk pergi ke ibu kota.Bahkan dia pergi ke ibu kota dengan cara yang tidak mudah, tentu saja hal itu dia lakukan agar dia terhindar dari ancaman Bara.Awalnya dia berpikir dengan pergi ke ibu kota dia akan bisa hidup tenang, tetapi baru saja dia menginjakkan kakinya di ibu kota hidupnya sudah terasa begitu membingungkan.Dia merasa sulit untuk melangkah, terasa ada beban berat yang menghimpit pundaknya. Terlebih lagi saat ini, di saat dia akan menyeberang saja sudah ada mobil yang melaju dengan begitu kencang dan seakan hendak menabrak diri.Brugh!Tubuh Diana terjatuh ke atas aspal, seorang pria yang terlihat begitu tampan nampak turun dari mobil tersebut. Dia langsung menghampiri Diana dan membopong tubuh lemah itu, lalu dia mendudukkan Diana di atas bangku yang berada di pinggir jalan."Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya pria itu.Diana yang begitu syok hanya bisa menatap pria itu
Dia tidak terlihat seperti orang jahat, wajahnya terbilang tampan. Dia juga merupakan pengusaha muda sukses yang wajahnya sering wara-wiri pada majalah bisnis.Makanya Aiden merasa heran karena wanita yang ada di hadapannya hanya diam saja, dia terlihat begitu enggan untuk berbicara dengan dirinya."Tidak mau bicara?" tanya Aiden.''Ehm! bagaimana kalau nanti saja aku berceritanya, setelah tiba di rumah anda?" tanya Diana.Entah kenapa hatinya merasa belum siap untuk menceritakan apa yang menimpa kepada dirinya saat ini, walaupun memang dia begitu memercayai pria yang kini berada di sampingnya itu."Oke," jawab Aiden tanpa berniat untuk memaksa.Aiden langsung melajukan mobilnya menuju kediamannya, tetapi saat di perjalanan pulang adzan maghrib telah berkumandang.Akhirnya Aiden menepikan mobilnya tepat di depan masjid, dia mengajak Diana untuk melaksanakan shalat maghrib terlebih dahulu.Menurutnya waktu maghrib sangatlah pendek, takutnya jika mereka melaksanakannya di kediaman Roder