"Lihat saja Diana, Sayang. Mulai besok aku akan mulai mencari simpati dari kamu, aku akan membuat kamu merasa tidak bisa jauh dariku dan anak-anakku." Bara menyeringai dengan licik.Bara sudah bertekad, jika mulai besok dia akan menggunakan anak-anaknya sebagai cara agar Diana tidak mau berjauhan dengan kelima putra-putrinya.Pria berusia tiga puluh lima tahun itu juga sudah bertekad akan memberikan bualan-bualan manis kepada Diana, agar wanita muda itu mau kembali kepada dirinya.Dia sudah bertekad tidak akan melepaskan Diana, karena menurutnya Diana adalah wanita yang terbaik untuk dirinya dan juga anak-anaknya."Aku pasti bisa membuat hati Diana luluh kembali, Aku tidak akan membiarkan wanita secantik Diana jatuh ke pelukan pria lain. Apalagi Diana memiliki body yang sangat seksi," ucap Bara seraya membayangkan pergulatan panas di saat malam pertama mereka.Setelah mengatakan hal itu, Bara langsung pulang ke kediaman Kusuma, dia langsung mengistirahatkan tubuhnya yang begitu lelah.
"Hey! Tua bangka, di mana Diana-ku?" tanya Bara dengan raut wajah kesal.Bagas begitu kaget dengan suara Bara yang begitu menggelegar, dia langsung menolehkan wajahnya ke arah Bara.Bagas lebih kaget lagi kala melihat raut wajah Bara yang memerah dan siap meledakkan amarah kapan saja, Bagas menghampiri Bara dengan tubuhnya yang bergetar hebat."Ada apa, Nak Bara? Kenapa datang secara tiba-tiba dan langsung marah-marah?" tanya Bagas dengan hati-hati.Bagas berusaha berbicara dengan setenang mungkin, karena dia takut jika Bara akan tahu kalau Diana memang sengaja dia suruh pergi."Di mana Diana, hah? Kamu sembunyikan di mana Diana-ku?" tanya Bara.Bara yang emosi langsung menarik kerah baju Bagas, dia menariknya dengan sangat kencang. Bagas sampai tercekik oleh baju yang dia pakai, dia yang merasa sesak berusaha untuk melepaskan tangan Bara."Aku tidak bisa bernapas," ucap Bagas terbata.Mendengar apa yang dikatakan oleh Bagas, Bara langsung menghempeskan tubuh pria paruh baya itu. Tubu
Walaupun merasa berat hati meninggalkan ayahnya sendirian di kampung halamannya, Diana tetap memutuskan untuk pergi ke ibu kota.Bahkan dia pergi ke ibu kota dengan cara yang tidak mudah, tentu saja hal itu dia lakukan agar dia terhindar dari ancaman Bara.Awalnya dia berpikir dengan pergi ke ibu kota dia akan bisa hidup tenang, tetapi baru saja dia menginjakkan kakinya di ibu kota hidupnya sudah terasa begitu membingungkan.Dia merasa sulit untuk melangkah, terasa ada beban berat yang menghimpit pundaknya. Terlebih lagi saat ini, di saat dia akan menyeberang saja sudah ada mobil yang melaju dengan begitu kencang dan seakan hendak menabrak diri.Brugh!Tubuh Diana terjatuh ke atas aspal, seorang pria yang terlihat begitu tampan nampak turun dari mobil tersebut. Dia langsung menghampiri Diana dan membopong tubuh lemah itu, lalu dia mendudukkan Diana di atas bangku yang berada di pinggir jalan."Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya pria itu.Diana yang begitu syok hanya bisa menatap pria itu
Dia tidak terlihat seperti orang jahat, wajahnya terbilang tampan. Dia juga merupakan pengusaha muda sukses yang wajahnya sering wara-wiri pada majalah bisnis.Makanya Aiden merasa heran karena wanita yang ada di hadapannya hanya diam saja, dia terlihat begitu enggan untuk berbicara dengan dirinya."Tidak mau bicara?" tanya Aiden.''Ehm! bagaimana kalau nanti saja aku berceritanya, setelah tiba di rumah anda?" tanya Diana.Entah kenapa hatinya merasa belum siap untuk menceritakan apa yang menimpa kepada dirinya saat ini, walaupun memang dia begitu memercayai pria yang kini berada di sampingnya itu."Oke," jawab Aiden tanpa berniat untuk memaksa.Aiden langsung melajukan mobilnya menuju kediamannya, tetapi saat di perjalanan pulang adzan maghrib telah berkumandang.Akhirnya Aiden menepikan mobilnya tepat di depan masjid, dia mengajak Diana untuk melaksanakan shalat maghrib terlebih dahulu.Menurutnya waktu maghrib sangatlah pendek, takutnya jika mereka melaksanakannya di kediaman Roder
Aiden nampak gelisah, Diana menjadi tidak enak hati dibuatnya. Terlebih lagi kini Aiden melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pria itu seperti sedang terburu-buru untuk pergi ke suatu tempat, entah ke mana Diana tidak tahu. Dia nampak tidak sabar.Beruntung hari sudah begitu malam, sehingga tidak terlalu banyak kendaraan yang berlalu lalang. Namun, tetap saja Diana merasa ketakutan yang luar biasa.Walaupun tadi dia sudah bertanya tetapi tidak dijawab, tetapi tetap saja kini dia begitu penasaran. Diana pada akhirnya kembali memberanikan diri untuk bertanya kepada Aiden."Sebenarnya kita mau ke mana, Tuan?" tanya Diana dengan tubuh yang gemetaran.Padahal dia sudah makan dengan begitu banyak, tetapi saat menghadapi situasi seperti ini rasanya Diana ingin pingsan saja. Tubuhnya bahkan terasa bergetar dengan hebatnya.Aiden sempat menolehkan wajahnya ke arah Diana, lalu dia kembali fokus dalam mengemudi. Tentu saja hal itu dia lakukan agar tidak terjadi kecelakaan saat dia mengenda
"A--Aiden, sejak kapan kamu datang?" tanya wanita itu dengan wajah yang memucat.Aiden tertawa miris mendengar pertanyaan dari wanita yang merupakan kekasih dari dirinya tersebut, wanita yang selalu dia bela dan dia banggakan.Bahkan, di saat bibinya tidak merestui hubungan Aiden dan juga Angel, pria itu terus saja mempertahankan cintanya.Walaupun adik dari ibunya berkata jika Angel bukanlah wanita yang baik, tetapi Aiden terus saja berusaha untuk memperjuangkan kisah cintanya bersama wanita itu.Ketika Aiden kini sudah mendapatkan restu dari adik almarhumah ibunya tersebut. Aiden yang begitu senang bahkan sudah merencanakan pernikahannya dengan Angel.Pernikahan mereka akan dilaksanakan 3 bulan lagi, pernikahan yang akan dilaksanakan pada sebuah gedung mewah yang ada di pusat kota.Bahkan, Aiden sudah memesan gedung itu dari sekarang dan sudah membayarnya. Karena untuk memesan gedung mewah memang memerlukan waktu yang cukup lama.Aiden juga sudah memesan catering juga sudah memilih
Sebenarnya Diana ingin sekali berbicara dengan Aiden, bahkan jika bisa dia ingin menguatkan hati pria itu. Karena dia sangat paham saat ini Aiden pasti sedang begitu terluka.Aiden pasti merasa sedih sudah dikhianati oleh kekasih tercintanya, apalagi pernikahan mereka tidak akan lama lagi terlaksana. Namun, kini harus putus karena kesalahan yang dilakukan oleh Angel."Maaf, aku tidak mengasihani kamu. Aku hanya ingin menghibur saja, aku hanya ingin menyemangati kamu. Kamu harus kuat, karena kamu lelaki." Diana berusaha untuk tersenyum hangat.Walaupun terlihat kekecewaan yang luar biasa dari wajah Aiden, tetapi Diana begitu mengagumi sosok pria yang kini berada di sampingnya itu.Jika dirinya yang melihat perselingkuhan pasangannya di depan matanya, sudah dapat dipastikan jika dia akan pingsan. Rasanya dia tidak bisa setegar Aiden, atau mungkin dia akan mengamuk tanpa terkendali."Ya, aku adalah lelaki. Aku tidak akan menangis, aku pria yang kuat." Aiden mengusap pipinya yang basah ka
Suasana hati Aiden hari ini sedang tidak baik, kalau saja tidak punya tanggung jawab yang besar terhadap perusahaan yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, sudah dapat dipastikan jika Aiden ingin berdiam diri saja di dalam kamarnya.Amber tidak bisa bekerja karena akan melahirkan, kekasih hati yang selalu dia banggakan telah selingkuh dan hal itu membuat pernikahan yang sudah dia rencanakan hancur berantakan."Sial! Apa yang harus aku lakukan saat ini? Ke mana aku harus mencari pegawai pengganti?" tanya Aiden dengan frustasi.Aiden terlihat mondar-mandir dengan tidak jelas, Ia benar-benar bingung harus melakukan apa. Ia benar-benar bingung harus mencari pengganti Amber ke mana, Aiden adalah tipe orang yang tidak bisa percaya dengan mudah kepada orang lain.Maka dari itu, pria itu tidak mempunyai asisten pribadi. Dia hanya mempekerjakan Amber sebagai sekretaris sekaligus orang yang selalu dia percaya."Ya Tuhan! Apakah mungkin aku bisa minta tolong kepada Diana? Tetapi, apakah dia b