Ikuti terus cerita ini dan juga cerita lainnya. Cukup klik nama author dan selamat membaca, kau bagus tinggalkan komentar dan Gems ya. makasih.
Talak bab 78"Kau yakin dengan keputusanmu, Sayang?" Rani bertanya, karena keputusan suaminya sangat besar, memilihnya daripada sang ibu. Bukannya senang, saat ini Rani tengah resah. Mertuanya pasti tak akan tinggal diam, begitu juga dengan Bianca. Mereka pasti akan membuat rencana baru yang lebih mengerikan. "Jangan memikirkan apapun lagi. Mulai sekarang kita jalani hidup kita berdua, soal mama biar dia renungkan kesalahannya, begitu dia sadar baru kita kembali meminta restunya lagi." Rani merebahkan kepalanya di dada Sean. Tangannya memeluk erat pinggang sang suami. Meski takut dia akan mencoba tenang, selama Sean berada di sisinya. Anak dalam rahimnya, pasti aman jika sang ayah melindunginya. "Mau pergi jalan-jalan keluar?"Sean bertanya karena dia ingin membuat istrinya bahagia. Selama ini mereka jarang jalan bersama, apalagi sejak mamanya tau status istrinya, lalu soal Bianca yang terus membuat Rani gelisah dan cemburu. "Ini sudah malam, Sayang. Lebih baik kita di kamar saja,"
Talak bab 79"Ah, lega baget sampai rumah." Begitu masuk apartemen, Rani langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang. Posisinya yang menggoda, membuat Sean bergairah. "Aku juga, jadi bisa menciummu sesuka hatiku."Rani terkejut saat Sean menaiki tubuhnya. Tangannya secara refleks melindungi perutnya, saat ini Sean belum tau, kalau dia masih mengandung. Jadi dia main tekan tanpa berpikir. "Sayang, turun sekarang. Perutku sakit karena kekenyangan."Rani mencoba bicara dengan nada pelan. Agar Sean tak curiga, satu tangan membelai wajah suaminya, satu tangan lagi tetap melindungi perutnya. "Kalau begitu kau di atas." Astaga, sekali hentak posisi mereka sudah berubah. Dada Rani menekan dada Sean, jadi perutnya berada di posisi aman."Baiklah sayangku, apa yang kau mau? Saat istrimu ini, tak bisa melayani hasratmu." Rani mengecup bibir Sean. Dia harus punya taktik, untuk melepaskan diri dari suami posesifnya ini. "Pertanyaan bagus, sebenarnya tak ada yang perlu kau lakukan. Hanya manj
Talak bab 80"Tante Gita datang, Sean. Dia menunggu di ruanganmu." Sean menarik napas panjang. Ternyata sangat susah menghadapi mamanya. "Pastikan hanya ada Mama, tak ada orang lain. Termasuk ulat bulu itu, aku tak mau Rani salah paham lagi."Miko hanya terkekeh kecil, saat mendengar panggilan baru Sean untuk mantannya. "Seharusnya kau lebih tegas sejak awal, melarang wanita itu mendekati Tante Gita. Kalau sekarang susah, untuk memisahkan mereka. Apalagi kita tau, betapa pandainya wanita itu bicara. Kau saja sampai terpesona, setiap dia membuka mulutnya." Sean melirik asistennya, yang bicara dengan nada sinis."Kau memang sahabatku tapi jangan lupa, kau juga asistenku. Ini kantor, jadi ingat jabatanmu." Miko tertawa, kalau begini saja ingat perbedaan teman dan bawahan. Biasanya dia harus lembur, jika berurusan dengan Rani."Sudah sana temui mamamu. Ingat jangan lama-lama, kau punya janji dengan istri tercintamu, jangan sampai dia kecewa lagi." Miko mengingatkan, kemudian dia pergi men
Talak bab 81"Diam, jangan bicara dulu. Beri aku waktu untuk tenang," pinta Rani, pada Wendi yang sudah bersiap untuk bicara. "Ke pantai yuk, Kak. Bawa bunga tujuh rupa, setelah itu kau mandi kembang di sana, buang sial gitu."Wendi terpaku saat Rani memukul bibirnya. Walau pelan, tapi membuat wajahnya memerah, bukan karena sakit tapi malunya itu. "Kebiasaan, main tabok aja. Lihat-lihat dong, malu dilihatin cewek cantik."Rani mengikuti arah pandang Wendi. Dia melihat tiga orang gadis, menatap mereka dengan malu-malu. Tepatnya menatap Wendi sih. "Kau yang asal ngomong. Masih percaya begituan," ucap Rani kesal."Bagaimana tidak, dua kali menikah, kau mendapatkan mertua yang Benar-benar menakutkan. Astaga, aku tak menyangka sama sekali, dia yang merencanakan pembunuhan pada suaminya." Wendi bicara, sembari mengirimkan Vidio ke ponsel Rani."Tidak sengaja aku merekamnya, Kak. Wanita itu depresi tapi kadang dia sadar, kebetulan saat itu dia waras. Suaminya juga tak membantah, mereka bicara
Talak bab 82"Sayang sudah pulang?" tanya Rani. "Iya." Jawab Sean pula. "Kemari," pinta Rani sembari merentangkan tangannya, sebagai tanda minta di peluk. "Kau pasti sudah lelah. Mau di pijat atau mau aku buatkan sesuatu?"Sean tidak menjawab pertanyaan Rani. Dia memilih menarik tangan sang istri, lalu membawanya ke sofa di ruang keluarga. mendudukkan wanita itu, lalu berbaring meletakkan kepala di pangkuan istrinya. "Menangislah, jika itu bisa membuatmu tenang."Sean memutar kepala menghadap perut Rani. Kemudian dia menangis hingga terisak-isak, Rani tak bersuara agar suaminya puas melampiaskan emosinya. Dia tau Sean pasti merasa sakit hati dan juga kecewa. Sang mama tega berbuat sekejam itu pada papanya. "Bagaimana bisa, aku memiliki mama sekejam itu? Dia bahkan terpikir melenyapkan suaminya, demi pria yang juga adik iparnya. Ini benar-benar menjijikan, Sayang." Sean semakin membenamkan kepalanya, Rani memberi waktu suaminya menenangkan diri, sampai akhirnya Sean tertidur pulas.Se
Talak bab 83"Sudah suratan takdirmu, Kak. Punya suami setampan Arjuna, akan diapit Subadra dan Srikandi pula. Sedangkan kau harus terima menjadi Drupadi," sindir Wendi "Diam, pergi jemput Marco. Dia tidak akan bisa masuk, jika ketemu Sean.Wendi tertawa mendengar perintah Rani. Dia tau wanita itu sedang kesal, saat melihat suaminya di kelilingi Bianca dan Margin. Margin, gadis itu pasti beralasan memeriksa luka Sean lagi. "Sayang."Mendengar panggilan suaminya, Rani segera berbalik badan lalu menatapnya. Di belakang Sean masih ada Bianca dan Margin, sudah seperti dayang-dayang mengikuti kemana saja Sean pergi. "Ada apa memanggilku?" tanya Rani sinis.Sean tertawa melihat wajah judes istrinya. Perlahan dia mendekat, lalu mengambil rujak dalam plastik yang di makan Rani. Wajah Sean cemberut, saat melihat buah-buahan itu, semuanya berasa asam. "Hanya berisi mangga dan kedondong?" tanya pelan."Iya, itu kan sisa Wendi. Aku hanya memakannya sedikit," jawab Rani santai. "Apa tak bisa beli s
Talak bab 84Rani menatap layar laptopnya. Dia sedang membaca email kiriman Wendi, saat ini Wendi dan Marco sedang pergi ke Singapura. Mencari jejak pengacara papa Sean yang kini menetap di sana. 'Mama Gita hanya bisa menempati rumah dan mendapatkan 10 persen saham. Selain itu dia tak berhak menjual atau memindah-namakan Properti keluarga. Tanpa persetujuan Sean sebagai ahli warisnya, dan Ibrahim sebagai walinya.' Rani terkejut saat membaca nama ayahnya, tertera di dokumen warisan papa Sean. 'Apa-apaan ini?'Rani tak percaya dengan isi dokumen itu. Benarkah ayahnya yang menjadi wali suaminya, lalu ada hubungan apa mereka dengan keluarga Sean. "Semua ini semakin gila. Aku tak mengerti." Rani mengacak rambutnya. Perasaannya semakin tak enak. "Sayang, sudah malam. Tidur yuk." Rani mematikan laptopnya lalu keluar menemui Sean. Sejak kejadian dua hari yang lalu, Sean mengatakan kalau urusan dengan Bianca sudah selesai. Rani juga sudah tau, kalau wanita itu akhirnya pergi. "Masih banyak tu
Talak bab 85"Sudah cukup bermainnya?" Rani tersentak. saat mendengar pertanyaan, pria yang berdiri di depannya. Makin tak percaya lagi, saat mengetahui kalau orang itu suaminya. "Sedang apa kau di sini?" Rani bertanya seperti orang bodoh. Dia bahkan tak menyadari, tatapan mata Sean yang sedang marah. Dua hari pria itu mencari, setelah ketemu hanya bertanya "Sedang apa kau di sini" tentu saja Sean menjadi murka."Berdiri." Rani terlihat bingung mendengar perintah Sean. Dengan terpaksa dia menurutinya, dia makin terkejut saat Sean memeluknya, karena terlalu erat, Rani segera menahan perut Sean agar tak menekan perutnya."Tentu saja aku ada di sini, karena mengejar istriku yang kabur dari rumah. Lain kali bicara, jangan main pergi tanpa kabar begini." Sean memarahi Rani. Tapi wanita itu hanya diam tak menjawab, diraihnya ponsel yang baru diisi daya. Kemudian mengaktifkannya, matanya terbelalak saat melihat, ratusan pesan dan panggilan, paling banyak dari Sean. "Mau kemana?" tanya Sean.
Rani berhenti menguap saat melihat di depan lobby perusahaannya penuh wartawan. Dia dan Sean saling pandang setelah itu sibuk mengaktifkan ponselnya, benar saja ratusan panggilan dan pesan masuk tanpa di buka.'Buka link ini.' Pesan Wendi. Pesan yang sama dari Marco, Gilang dan yang lainnya. Sean segera menyambar ponsel sang istri lalu membuka link dari Wendi. Sean terlihat marah begitu melihat Vidio lama Rani saat di bully."Berikan padaku." Rani merampas ponselnya dari tangan Sean. Meski dia tau Sean bukan marah padanya tapi tetap saja dia tak mau sang suami melihat keadaannya yang memalukan itu, apalagi dia tau vidio itu telah di edit sedemikian rupa. "Jangan menangis." Sean memeluk tubuh Rani yang mulai bergetar. Pria itu menghapus airmata di pipi sang istri dan menenangkan. Rani mencoba memejamkan mata untuk bersiap menghadapi wartawan, Sean menggenggam telapak tangannya dan meminta agar tidak keluar tapi Rani menolaknya. "Ini kesempatan bagus untuk menghancurkan Riri dan membe
Talak bab 202Rani menatap Marco dan Wendi yang duduk di depannya setelah memberikan laporan. Wanita itu tersenyum sinis sembari mengetukkan jarinya di atas meja. "Lawan yang lumayan tangguh, kelicikan mereka patut mendapatkan acungan jari jempol. Kali ini Hardian yang mereka gigit sampai mati." Rani tertawa sinis."Ada bagusnya juga jadi aku bisa menendang mereka dengan kekuatanku sendiri. Kalian bisa istirahat sisanya biar aku yang membereskannya." Rani kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Di Sedangkan Marco dan Wendi menikmati camilan buatan Rani. "Sebenarnya aku kasihan dengan teman kedua wanita itu. Dia hanya ingin menjilat tapi baru mulai langsung jadi korban fitnah, siapa sangka dia akan menjadi tersangka hanya karena meletakkan lipstik di dalam tas menjadi meletakkan narkoba." Wendi teringat pada wanita yang menangis sembari memohon saat di kantor polisi."Justru para penjilat seperti itu yang pantas di musnahkan, mereka yang punya andil besar untuk menyakiti orang ya
Talak bab 201"Kau sudah gila, Sean!" pekik Rani saat melihat siapa orang-orang yang ada di dalam kantor polisi. "Kau bahkan membawa orang dari dinas pendidikan, juga Kepala sekolah yang lama." Rani merasa kakinya lemas. Uang menyelesaikan masalah yang tak dia selesaikan selama lebih dari sepuluh tahun."Setelah masalah ini selesai, kau harus mengalihkan sebagian hartamu padaku," dengus Rani dengan kesal. "Macam orang miskin aja gayamu." Sean juga tak mau kalah mencibir istrinya tanpa menyadari di belakang mereka Della dan Hardian sudah sampai, mereka mendengar suami-istri itu bercanda berdua. "Cepat jalan!" Sean dan Rani berbalik saat mendengar bentakan itu.Mereka tersenyum melihat Della dan Hardian datang. Sean merengkuh bahu sang istri menghindari Della dan Hardian, kedua orang itu terpaksa melangkah masuk dan terpekik saat melihat keluarga mereka datang. "Anak kurang ajar, kau membuat keluarga kita malu." Della jatuh setelah sang ibu mendorongnya. Wanita itu meringis saat merasaka
Talak bab 200Wendi dan Marco terlihat duduk sambil cemberut. Mereka kesal karena harus mengikuti permintaan Rani, sedangkan Sean terlihat diam sembari menggenggam telapak tangan sang istri. "Selama ini aku tidak berada di sampingmu saat kau membutuhkanku, tapi saat ini aku akan menemanimu untuk bermain sampai puas." Sean mengecup kening Rani lalu membiarkannya keluar dari mobil.Rani berdiri di depan hotel tempat reuni di adakan. Dia tersenyum walau terlihat getir, dia tau sudah waktunya dia membalas apa yang dia dapatkan selama sekolah dulu. "Sayang tenang saja aku ada di belakangmu. Bermain saja sepuasmu urusan lainnya aku yang akan membereskannya," ujar Sean dari dalam mobil.Rani berbalik sebentar lalu menganggukkan kepala. Setelah itu dia berjalan menuju ke dalam hotel, dengan senyum di bibir dia menghampiri kerumunan orang yang pasti sedang menunggunya. "Kau berjalan kaki apa tidak naik mobil, Ran?" tanya seseorang seperti yang dia duga mereka memang menunggunya."Naik, tapi tur
Talak bab 199Marco berdiri di depan Rani dengan kepala menunduk. Dia menatap berkas di tangannya, namun tak berani menyerahkan pada wanita itu. Wendi yang juga berada di ruangan itu bersama Rani merasa heran, karena merasa bosan dengan keraguan Marco, maka Wendi segera merampas berkas itu dan menyerahkan pada Rani. Hanya saja Wendi tidak menyangka setelah itu Marco akan kabur begitu saja. Merasa ada yang aneh pria itu segera berdiri dan bersiap untuk melarikan diri, sayangnya dia terlambat karena Rani sudah menarik kerah bajunya dan menjambak rambutnya dengan keras. "Brengsek, Sean mengenal Della wibisana!" Mendengar ucapan Rani membuat otak Wendi nyaris meledak. Pantas saja Marco Kabur secepat kilat dan dia dengan bodohnya mengorbankan diri menerima kemarahan Rani. "Pergi, bantu Marco menyelidiki sejak kapan mereka kenal!" Rani kembali berteriak membuat Wendi segera keluar dari ruangan Rani. Begitu sampai depan pintu matanya berkilau, saat melihat Sean datang membawa banyak bungku
Talak bab 198Wendi menatap tajam dua orang di depannya. Dia kesal karena menangkap adegan tak pantas di dalam lift. Saat dia sedang kesal, Sean dan Rani tengah bercumbu dengan penuh nafsu.Jika dia tidak menarik kerah baju Sean, pria itu tidak akan pernah tau kalau pintu lift sudah terbuka cukup lama. Bukannya malu Sean sempat mencium lagi bibir sang istri sebelum membawanya keluar dan berjalan menuju ke ruangan Wendi."Bersihkan bibirmu itu." Wendi melemparkan kotak tisu di depan Sean, sedangkan Rani langsung kabur ke kamar mandi membenarkan lipstiknya. "Kau sudah cukup dewasa dan tau rasanya pisah lama dengan wanitamu. Jangan bilang kau belum menyentuh gadis itu?" Sean menunjuk pada foto di meja Wendi.Wajah seorang gadis yang mengorbankan diri demi Rani dan Wendi. Gadis satu-satunya yang menguasai jiwa dan raga Wendi, mendengar pertanyaan Sean membuat Wendi meringis karena dia memang belum menyentuh pujaan hatinya itu."Tunggu apa lagi? Nikahi dia. Jika kau tak berani maka biarkan
Talak bab 197Rumah keluarga Narendra gempar saat Rani kembali membawa kedua anaknya pulang. Kedua orang tua Rani dan kedua orang tua Sean menangis, saat melihat kedua cucunya dalam keadaan sehat.Semua orang bahagia kecuali Sean. Pria itu menatap di kejauhan Rani tengah berbicara dengan Wendi, dia merasa marah dan cemburu namun tak mampu berbuat apa-apa. Jari lentiknya mengetuk meja dari pelan kemudian menjadi cepat saat melihat Rani memeluk Wendi. "Tetap di tempat, Daddy. Jika tidak mommy bisa mengamuk saat seseorang menganggu dia yang sedang bicara." Entah sejak kapan Junior sudah duduk di sampingnya. Menatap seolah kasihan pada sang ayah.Sean menarik napas sembari menatap sang anak. Semakin lama anak ini semakin mirip Wendi selalu membuatnya kesal, lihat caranya bicara seolah dia bukan ayahnya. "Apa kau tau, Jun? Papi bisa mengirim dirimu pergi jika terus membuat Papi kesal," ancam Sean.Bukannya takut Junior malah menatap seolah tak percaya. Hal itu membuat Sean semakin kesal, t
Talak bab 196Di jalanan sepi terlihat sebuah mobil Fortuner melaju dengan sangat cepat. Di belakangnya terlihat beberapa motor mengejar, Lotus terlihat begitu tenang mengemudikan mobil Fortuner itu, di belakangnya Junior duduk sibuk dengan ponselnya.Meski berusia belia tapi anak itu mewarisi ketenangan Rani. Sesekali dia melirik ke belakang lalu memberi perintah, untuk melaju ke arah yang sudah dia tentukan. "Apa Tuan muda sudah menunggu di sana, Tuan Muda kecil?" tanya Lotus dengan suara masih terdengar santai. Junior tak menjawab tapi menganggukkan kepala. "Kita akan lihat siapa yang akan muncul duluan," jawab Junior dengan wajah tenang. Lotus membawa mobilnya menuju jalan yang sudah Junior tentukan. Di belakangnya para pengejarnya masih berusaha mengalahkan Lotus, tapi mereka resah karena orang yang mereka kejar sangat ahli mengemudi.Tak berapa lama Junior meminta Lotus melambatkan mobilnya. Para pengejar itu terlihat bingung namun mereka senang, karena mengira pekerjaan mereka
Talak bab 195Keluarga Narendra gempar saat mendengar penangkapan Stella. Tuduhannya tak main-main pengedar dan penyalahgunaan obat terlarang. Pihak rumah sakit segera menghubungi Sean, karena ada dugaan Stella menyalahgunakan jabatannya saat bekerja di rumah sakit mereka."Ini gila! Berani sekali wanita itu melakukan hal seperti ini." Sean meradang setelah mengetahui perbuatan Stella. Tak ada cara lain Sean juga melaporkan temuannya.Dalam beberapa hari Sean menghadapi banyak tekanan. Apalagi saat mendengar Margin juga di tangkap, saat sedang pesta seks dan narkoba di sebuah hotel. Nama baik rumah sakitnya harus terseret, karena Stella dan Margin pernah bekerja di tempatnya."Sial!" pekik Sean dengan kesal. Di depannya Miko hanya bisa diam, karena dia juga tidak tau cara menghadapi situasi mereka saat ini. "Kirim pengacara untuk menghadapi jika ada tuduhan dari Stella dan Margin. Mereka pasti tidak mau jatuh sendiri, pasti mencari kambing hitam." Sean memberi perintah pada Miko. Mere