Ikuti terus cerita ini dan juga cerita lainnya. Cukup klik nama author dan selamat membaca, kalau bagus tinggalkan komentar dan Gems ya. makasih. Atau bisa ketik di pencarian judul yang ingin dibaca. 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Talak bab 82"Sayang sudah pulang?" tanya Rani. "Iya." Jawab Sean pula. "Kemari," pinta Rani sembari merentangkan tangannya, sebagai tanda minta di peluk. "Kau pasti sudah lelah. Mau di pijat atau mau aku buatkan sesuatu?"Sean tidak menjawab pertanyaan Rani. Dia memilih menarik tangan sang istri, lalu membawanya ke sofa di ruang keluarga. mendudukkan wanita itu, lalu berbaring meletakkan kepala di pangkuan istrinya. "Menangislah, jika itu bisa membuatmu tenang."Sean memutar kepala menghadap perut Rani. Kemudian dia menangis hingga terisak-isak, Rani tak bersuara agar suaminya puas melampiaskan emosinya. Dia tau Sean pasti merasa sakit hati dan juga kecewa. Sang mama tega berbuat sekejam itu pada papanya. "Bagaimana bisa, aku memiliki mama sekejam itu? Dia bahkan terpikir melenyapkan suaminya, demi pria yang juga adik iparnya. Ini benar-benar menjijikan, Sayang." Sean semakin membenamkan kepalanya, Rani memberi waktu suaminya menenangkan diri, sampai akhirnya Sean tertidur pulas.Se
Talak bab 83"Sudah suratan takdirmu, Kak. Punya suami setampan Arjuna, akan diapit Subadra dan Srikandi pula. Sedangkan kau harus terima menjadi Drupadi," sindir Wendi "Diam, pergi jemput Marco. Dia tidak akan bisa masuk, jika ketemu Sean.Wendi tertawa mendengar perintah Rani. Dia tau wanita itu sedang kesal, saat melihat suaminya di kelilingi Bianca dan Margin. Margin, gadis itu pasti beralasan memeriksa luka Sean lagi. "Sayang."Mendengar panggilan suaminya, Rani segera berbalik badan lalu menatapnya. Di belakang Sean masih ada Bianca dan Margin, sudah seperti dayang-dayang mengikuti kemana saja Sean pergi. "Ada apa memanggilku?" tanya Rani sinis.Sean tertawa melihat wajah judes istrinya. Perlahan dia mendekat, lalu mengambil rujak dalam plastik yang di makan Rani. Wajah Sean cemberut, saat melihat buah-buahan itu, semuanya berasa asam. "Hanya berisi mangga dan kedondong?" tanya pelan."Iya, itu kan sisa Wendi. Aku hanya memakannya sedikit," jawab Rani santai. "Apa tak bisa beli s
Talak bab 84Rani menatap layar laptopnya. Dia sedang membaca email kiriman Wendi, saat ini Wendi dan Marco sedang pergi ke Singapura. Mencari jejak pengacara papa Sean yang kini menetap di sana. 'Mama Gita hanya bisa menempati rumah dan mendapatkan 10 persen saham. Selain itu dia tak berhak menjual atau memindah-namakan Properti keluarga. Tanpa persetujuan Sean sebagai ahli warisnya, dan Ibrahim sebagai walinya.' Rani terkejut saat membaca nama ayahnya, tertera di dokumen warisan papa Sean. 'Apa-apaan ini?'Rani tak percaya dengan isi dokumen itu. Benarkah ayahnya yang menjadi wali suaminya, lalu ada hubungan apa mereka dengan keluarga Sean. "Semua ini semakin gila. Aku tak mengerti." Rani mengacak rambutnya. Perasaannya semakin tak enak. "Sayang, sudah malam. Tidur yuk." Rani mematikan laptopnya lalu keluar menemui Sean. Sejak kejadian dua hari yang lalu, Sean mengatakan kalau urusan dengan Bianca sudah selesai. Rani juga sudah tau, kalau wanita itu akhirnya pergi. "Masih banyak tu
Talak bab 85"Sudah cukup bermainnya?" Rani tersentak. saat mendengar pertanyaan, pria yang berdiri di depannya. Makin tak percaya lagi, saat mengetahui kalau orang itu suaminya. "Sedang apa kau di sini?" Rani bertanya seperti orang bodoh. Dia bahkan tak menyadari, tatapan mata Sean yang sedang marah. Dua hari pria itu mencari, setelah ketemu hanya bertanya "Sedang apa kau di sini" tentu saja Sean menjadi murka."Berdiri." Rani terlihat bingung mendengar perintah Sean. Dengan terpaksa dia menurutinya, dia makin terkejut saat Sean memeluknya, karena terlalu erat, Rani segera menahan perut Sean agar tak menekan perutnya."Tentu saja aku ada di sini, karena mengejar istriku yang kabur dari rumah. Lain kali bicara, jangan main pergi tanpa kabar begini." Sean memarahi Rani. Tapi wanita itu hanya diam tak menjawab, diraihnya ponsel yang baru diisi daya. Kemudian mengaktifkannya, matanya terbelalak saat melihat, ratusan pesan dan panggilan, paling banyak dari Sean. "Mau kemana?" tanya Sean.
Talak bab 86"Sean, turunkan aku. Malu dilihat orang." Rani meronta dari pelukan suaminya. Dia malu di bopong seperti anak bayi begitu, meski yang melihat anak buah suaminya, tetap saja dia malu. "Tidak apa-apa, Sayang. Kau kan istriku, jadi gak masalah aku gendong begini." Rani tak bisa bicara lagi. Cengkraman tangan Sean di pinggang, membuatnya tak bisa bergerak. "Bagus, akhirnya kalian kembali." Miko berlari menghampiri mereka, lalu meraih koper kecil milik Rani."Aku hanya pergi sebentar ada urusan. Maaf, merepotkanmu, Miko." Rani bingung saat tiba-tiba Sean berhenti melangkah, lalu menatap wajahnya dengan tajam. "Kau minta maaf, karena merepotkan Miko. Sedangkan padaku, kau bahkan tak menjelaskan, kenapa kau meninggalkanku!"Rani segera menutup mulut suaminya, dengan telapak tangan. Jika dibiarkan, semua orang bisa mengetahui. Kalau Sean baru kembali setelah mengejarnya. "Diam, aku tak pernah berniat kabur. Aku tak mengatakannya, karena kau yang tak mau bicara denganku." Rani t
Talak Bab 87"Mau apa, Nyonya muda?" Rani terkejut saat bi Ani menyapanya tiba-tiba. "Ini Bi, saya mau melihat ruang kerja, Sean." Rani menunjuk ruangan terkunci di depannya. "Maaf Nyonya, tapi orang luar dilarang masuk. Itu peraturan sejak Tuan Besar masih ada." Urusan apa? Ini kan ruang kerja suaminya. 'Tuan besar yang di maksud bi Ani pasti papa Sean.' pikir Rani. "Baiklah kalau begitu."Rani meninggalkan ruang kerja, yang tak boleh dia masuki itu. Kemudian dia berjalan mendekati kamar, yang kata Sean bilang perpustakaan. Tapi dia kembali bingung, karena kamar ini juga terkunci. "Ini juga terkunci Bi? Saya mau masuk tolong bukakan," pinta Rani pelan. "Maaf Nyonya, tapi ini juga tak bisa di masuki. Oleh orang sembarangan." Deg, jantung Rani berdenyut nyeri. Kata-kata wanita ini, kenapa terdengar menyakitkan. "Maksudnya apa ya, Bi? Kalau semua tak boleh saya masuki. Buat apa suamiku membawa tinggal di sini?!" pekik Rani."Anda hanya bisa berada di ruang makan, ruang tamu, ruang kel
Talak bab 88"Sean datang, Kak," ucap Wendi, sembari menunjuk dengan bibirnya. Rani hanya melirik, begitu juga dengan Marco. Rani menyingkirkan tas dan laptopnya, agar ada tempat untuk suaminya duduk. "Masih lama ngobrolnya?" Sean bertanya, sembari duduk di depan istrinya. Karena Marco dan Wendi duduk mengapit Rani, kedua pria itu bahkan tak bersusah-susah untuk pindah, agar memberikan tempat untuk pria itu. "Kalau begitu sampai di sini saja, Kak. Sudah malam pulanglah, istirahat. Kalau bosan, bisa kembali tinggal di apartemen. Kau bukan orang susah seperti dulu, jika tak bahagia lepaskan saja," ucapan Wendi pelan, tapi menusuk hati Sean. Dia menatap wajah istrinya, namun wanita itu pura-pura tak tau. "Ayo pulang," ajak Sean. "Duluan saja, aku masih ingin di sini," jawab Rani pelan. "Jangan kekanakan-kanakkan, Rani. Kita selesaikan masalah kita, jangan mengumbarnya di luar. Seperti wanita yang haus perhatian pria lain," ujar Sean sinis. "Bagus, kalau begitu enyahlah dari hadapanku
Talak bab 89"Kau sudah gila, Pak Gilang?!" Wendi terduduk lemas, sembari menatap Marco yang bertarung dengan Gilang. Bagaimana tidak, pria itu tau, selama seminggu ini Wendi dan Marco mencari Rani. Bukannya memberitahu keberadaannya, pria itu memilih menyembunyikannya. Yah, Rani berada di rumah Gilang, dalam perawatan tunangannya. "Kau pikir mudah menyembunyikannya. Aku terpaksa, itu juga demi janinnya. Rani harus istirahat total, karena kandungan terus bermasalah." Mendengar penjelasan Gilang. Mau tak mau Marco dan Wendi harus menahan diri, walau sebenarnya mereka masih ingin menghajar Dosen killer itu. "Sudahlah. Aku minta maaf, karena ini salahku. Kalian jangan menyalahkan Gilang lagi, kasihan dia selama satu minggu ini, dia yang merawatku." Ketiga pria itu berbaring di rerumputan. Tak peduli meski pakaian mereka kotor, saat ini mereka merasa lega karena beban mereka sudah terlepas. "Sayang!"Rani dan ketiga orang itu serempak berbalik. Mereka melihat Sean berlari mendekat, Ran