Lama tidak update karena masalah kesehatan sekarang sudah bisa mulai update lagi. yuk baca kelanjutannya dan Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu. Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 200Wendi dan Marco terlihat duduk sambil cemberut. Mereka kesal karena harus mengikuti permintaan Rani, sedangkan Sean terlihat diam sembari menggenggam telapak tangan sang istri. "Selama ini aku tidak berada di sampingmu saat kau membutuhkanku, tapi saat ini aku akan menemanimu untuk bermain sampai puas." Sean mengecup kening Rani lalu membiarkannya keluar dari mobil.Rani berdiri di depan hotel tempat reuni di adakan. Dia tersenyum walau terlihat getir, dia tau sudah waktunya dia membalas apa yang dia dapatkan selama sekolah dulu. "Sayang tenang saja aku ada di belakangmu. Bermain saja sepuasmu urusan lainnya aku yang akan membereskannya," ujar Sean dari dalam mobil.Rani berbalik sebentar lalu menganggukkan kepala. Setelah itu dia berjalan menuju ke dalam hotel, dengan senyum di bibir dia menghampiri kerumunan orang yang pasti sedang menunggunya. "Kau berjalan kaki apa tidak naik mobil, Ran?" tanya seseorang seperti yang dia duga mereka memang menunggunya."Naik, tapi tur
Talak bab 201"Kau sudah gila, Sean!" pekik Rani saat melihat siapa orang-orang yang ada di dalam kantor polisi. "Kau bahkan membawa orang dari dinas pendidikan, juga Kepala sekolah yang lama." Rani merasa kakinya lemas. Uang menyelesaikan masalah yang tak dia selesaikan selama lebih dari sepuluh tahun."Setelah masalah ini selesai, kau harus mengalihkan sebagian hartamu padaku," dengus Rani dengan kesal. "Macam orang miskin aja gayamu." Sean juga tak mau kalah mencibir istrinya tanpa menyadari di belakang mereka Della dan Hardian sudah sampai, mereka mendengar suami-istri itu bercanda berdua. "Cepat jalan!" Sean dan Rani berbalik saat mendengar bentakan itu.Mereka tersenyum melihat Della dan Hardian datang. Sean merengkuh bahu sang istri menghindari Della dan Hardian, kedua orang itu terpaksa melangkah masuk dan terpekik saat melihat keluarga mereka datang. "Anak kurang ajar, kau membuat keluarga kita malu." Della jatuh setelah sang ibu mendorongnya. Wanita itu meringis saat merasaka
Talak bab 202Rani menatap Marco dan Wendi yang duduk di depannya setelah memberikan laporan. Wanita itu tersenyum sinis sembari mengetukkan jarinya di atas meja. "Lawan yang lumayan tangguh, kelicikan mereka patut mendapatkan acungan jari jempol. Kali ini Hardian yang mereka gigit sampai mati." Rani tertawa sinis."Ada bagusnya juga jadi aku bisa menendang mereka dengan kekuatanku sendiri. Kalian bisa istirahat sisanya biar aku yang membereskannya." Rani kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Di Sedangkan Marco dan Wendi menikmati camilan buatan Rani. "Sebenarnya aku kasihan dengan teman kedua wanita itu. Dia hanya ingin menjilat tapi baru mulai langsung jadi korban fitnah, siapa sangka dia akan menjadi tersangka hanya karena meletakkan lipstik di dalam tas menjadi meletakkan narkoba." Wendi teringat pada wanita yang menangis sembari memohon saat di kantor polisi."Justru para penjilat seperti itu yang pantas di musnahkan, mereka yang punya andil besar untuk menyakiti orang ya
Rani berhenti menguap saat melihat di depan lobby perusahaannya penuh wartawan. Dia dan Sean saling pandang setelah itu sibuk mengaktifkan ponselnya, benar saja ratusan panggilan dan pesan masuk tanpa di buka.'Buka link ini.' Pesan Wendi. Pesan yang sama dari Marco, Gilang dan yang lainnya. Sean segera menyambar ponsel sang istri lalu membuka link dari Wendi. Sean terlihat marah begitu melihat Vidio lama Rani saat di bully."Berikan padaku." Rani merampas ponselnya dari tangan Sean. Meski dia tau Sean bukan marah padanya tapi tetap saja dia tak mau sang suami melihat keadaannya yang memalukan itu, apalagi dia tau vidio itu telah di edit sedemikian rupa. "Jangan menangis." Sean memeluk tubuh Rani yang mulai bergetar. Pria itu menghapus airmata di pipi sang istri dan menenangkan. Rani mencoba memejamkan mata untuk bersiap menghadapi wartawan, Sean menggenggam telapak tangannya dan meminta agar tidak keluar tapi Rani menolaknya. "Ini kesempatan bagus untuk menghancurkan Riri dan membe
"Apa yang kau lakukan, Mas?!"Rani berteriak kala melihat kamarnya berantakan.Seluruh isi lemari berserak di lantai. Entah apa yang dicari Hendra, Rani tak tahu, sedang di sudut lain, mertuanya tengah membekap mulut Rara–anaknya.“I–ibu….” lirih anaknya itu, hingga hati Rani sakit melihat wajah ketakutan putrinya.Oleh karena itu, Rani mengabaikan amarahnya dan gegas berlari menuju ke arah sang anak untuk menolongnya."Lepaskan Rara Bu, dia bisa mati kehabisan napas."BUK!Namun, tangan Rani justru ditarik keras oleh sang suami, hingga perempuan itu terhuyung–membentur lemari."Serahkan sertifikat rumah warisan orang tuamu kalau kau tidak mau kehilangan Rara,” ancam Hendra dengan nada tinggi.“Cepat!!"“Aw!” rintih Rani kesakitan. Punggungnya terasa remuk karena dorongan Hendra begitu keras. Dia tak habis pikir dengan pola pikir suaminya ini. Meski Hendra menyelingkuhi dirinya, tapi bisa-bisanya pria itu mengorbankan anaknya hanya demi selembar kertas?“Sertifikat?” lirihnya."Aku ta
"Rara," panggil Rani lemah. Air matanya mengalir deras saat menyaksikan buah hatinya meregang nyawa. Bahkan, darah kental sang putri masih membasahi tangan Rani yang memegang kepala anaknya.Hendra yang tadi sempat terpaku langsung merebut tubuh kecil itu. Begitu kesadarannya pulih, Rani ikut keluar saat Hendra berlari membawa Rara menuju ke rumah sakit."Sial, semua ini tak akan terjadi kalau kau tak keras kepala, Ran. Ingat, kalau terjadi sesuatu pada Rara kau akan menyesal," ujar Hendra sedangkan Rani hanya diam sembari memeluk sang buah hati.Jantungnya berdetak semakin kencang, ketika merasa mobil seakan berjalan lambat. Di depan kemudi Hendra terus mengomel panjang, menyalahkan Rani tanpa berpikir kalau itu karena ulah ibunya. Di mata Hendra, hanya dia yang bersalah sedangkan ibunya tetap tak bersalah."Tolong Mas lebih cepat kasihan Rara," pinta Rani memelas melihat keadaan putrinya semakin parah. "Diam dan tutup mulutmu itu, Rani. Kau tak berhak bicara pada Hendra seperti
"Saudari Rani Putri Prameswari, Anda kami tangkap atas laporan tuan Hendra yang mengatakan bahwa Anda lalai menjaga anak kalian, hingga menyebabkan meninggal dunia."Ucapan petugas berseragam itu kembali terngiang di kepala Rani. Kini, sudah lima bulan Rani mendekam di penjara, tanpa ada satu orang pun yang mengunjunginya. Jangankan sang suami, paman dan bibinya juga tak peduli padanya.Hendra hanya sekali menemuinya. Itu pun, untuk mengatakan kalau dia akan menceraikan Rani secara sah. Sejak itu, tak ada lagi yang datang, hingga masa Iddah Rani benar-benar berakhir di penjara."Rani, ada yang ingin bertemu. Silakan keluar," ujar seorang petugas membuyarkan lamunan perempuan itu.Ia sungguh terkejut mendengar ada seseorang yang mengunjunginya. "Siapa yang ingin menemui saya, Bu?" tanyanya sembari mengikuti langkah petugas itu.Rani benar-benar heran. Tak ada satu orang pun yang terlintas dalam pikirannya. Siapa yang sudi menemuinya di penjara sebagai narapadina?"Duduklah, jangan mem
“Menikah?”Rani yang mendengar tawaran Sean terpaku di tempatnya. Bahkan, asisten pria itu juga tampak terkejut. Sepertinya, permintaan Sean tak ada dalam rencana mereka. ‘Mungkinkah, Sean jatuh cinta pada pandangan pertama?’ batin Miko yang segera menggelengkan kepala. Pria itu segera menepis pikiran itu karena Sean tak kehabisan wanita cantik. Jika mau, sepuluh wanita rela bahkan bisa jatuh dalam pelukannya gratis. Kenapa Sean malah memilih Rani?Rani tampak menarik napas panjang. Perempuan itu lalu menatap dalam Sean. "Kau bicara apa? Meski aku sudah bercerai dan masa Iddahku sudah selesai, tak semudah itu juga aku menikah dengan pria lain. Sepertinya, pertemuan ini hanya omong kosong. Maaf, aku harus kembali ke dalam sel," Tadinya, Rani sempat berniat untuk menerima kerjasama itu, tapi mendengar ucapan Sean yang ingin menikahinya, justru membuatnya takut. Jangan-jangan, mereka memang punya niat lain? Pengkhianatan dan fitnah Hendra membuat Rani belajar untuk selalu waspada,