Langit malam semakin meredup, menyisakan kegelapan yang hanya diterangi oleh kilatan samar dari energi bayangan yang lenyap satu per satu. Lin Gong terhuyung mundur, keringat dingin membasahi dahinya. Sisa-sisa bayangan pasukan Gu Feng perlahan memudar ke udara, sebelum akhirnya menghilang.“Kurasa itu yang terakhir,” ujar Lin Gong dengan napas terengah-engah. Ia menyeka darah di sudut bibirnya. “Aku mulai bosan dengan semua ini. Mereka terus datang seperti gelombang ombak. Apa bayangan itu tidak tahu cara menyerah?”Di sebelahnya, Shu Shi berdiri diam, meskipun tubuhnya menunjukkan kelelahan yang sama. Ia menatap ke kejauhan, ke arah di mana pusaran energi merah gelap muncul seperti badai kecil yang mengamuk.“Dia ada di sana,” gumam Shu Shi, lebih kepada dirinya sendiri.Lin Gong mengikuti pandangannya, wajahnya langsung berubah tegang. “Wu Yu? Apa yang dia lakukan? Energi itu... terlihat berbahaya.”Shu Shi menggeleng, matanya menyipit. “Dia sedang bertarung di dalam kesadaranny
Matahari sudah meninggi ketika Xuan Li mulai memeriksa penduduk desa satu per satu. Tangannya yang cekatan menyentuh titik nadi di pergelangan tangan seorang pria tua. Energi spiritualnya mengalir lembut, memasuki tubuh pria itu untuk memeriksa kondisi internalnya.Wajah Xuan Li menegang saat ia menemukan sumber permasalahan. Dalam tubuh pria itu, seekor ulat kecil bersarang, menggeliat perlahan di antara jaringan organ vital. Ulat itu bukan makhluk biasa, ia adalah salah satu ciptaan klan Gu, digunakan untuk mengendalikan pikiran inangnya sekaligus menyerap energi hidup mereka.“Jadi, ini ulah mereka lagi...” pikir Xuan Li dengan amarah yang tertahan. Ia mengingat setiap kejahatan klan Gu yang pernah ia pelajari. Taktik kejam ini tidak hanya menghancurkan kehidupan para korban tetapi juga memperkuat kekuatan spiritual para pengendalinya.“Bagaimana, Wu Yu?” tanya Lin Gong, mendekat dengan raut wajah tegang.“Ulat spiritual,” jawab Xuan Li singkat. “Makhluk ini tidak hanya mempengaru
"Tabib Wu Yu! Penduduk yang kau obati… mereka mengalami kejang! Beberapa kondisinya memburuk!" seru pemuda itu. Wajahnya penuh keringat, dan suaranya bergetar di antara rasa takut dan putus asa.Mata Xuan Li terbuka dengan cepat. Wajahnya yang biasanya tenang kini berubah serius. Ia berdiri tanpa sepatah kata, lalu mengangguk singkat kepada pemuda itu.“Tunjukkan jalannya,” katanya singkat namun penuh otoritas.Jalan setapak menuju desa penuh dengan akar-akar besar yang menjalar di sepanjang tanah berbatu. Ketika mereka tiba, pemandangan desa yang semula tenang kini berubah mencekam. Tangisan dan rintihan terdengar dari segala penjuru, mengisi udara malam yang dingin. Para penduduk berkumpul di depan rumah-rumah mereka, wajah-wajah mereka penuh ketakutan.Xuan Li segera masuk ke rumah pertama, di mana seorang pria paruh baya terbaring di lantai. Tubuhnya menggeliat tak terkendali, kejang-kejang, sementara busa putih keluar dari mulutnya. Di beberapa bagian tubuhnya, urat hitam mencu
"Ulangi sekali lagi! Aku tidak mendengarnya!" seru Lin Gong, maju beberapa langkah ke depan sambil meletakkan tangan di telinganya, seolah benar-benar ingin mendengar dengan jelas.Wajahnya yang polos bercampur antusias membuat Shu Shi mendesah pelan. "Jangan bercanda, Lin Gong." Ia memutar bola matanya, lalu kembali memainkan helai rambut putih panjangnya yang memancarkan aroma wangi seperti bunga persik.Namun, Xuan Li tetap diam. Mata tajamnya mengamati para bandit yang mengelilingi mereka. Aura di tubuh mereka terlalu tersembunyi, membuatnya tidak bisa membaca tingkat kultivasi mereka. Sebagai seseorang yang telah lama terlatih, Xuan Li tahu satu hal, semakin tak terdeteksi, semakin besar potensi ancamannya."Jangan bertindak gegabah," bisiknya kepada dua temannya, suaranya dingin namun tegas.Pemimpin bandit datang mendekat. Pedangnya terangkat, ujungnya menunjuk langsung ke wajah Xuan Li. Dengan senyuman sinis, dia mencoba menyibak kain hitam yang menutupi kepala Xuan Li."Heh
Sosok misterius itu melayang turun, jubah hitamnya berkibar dengan anggun.Shu Shi bergerak maju, sembilan ekor putih di belakangnya berkibar. "Siapa kau?" serunya tegas. "Jika kau musuh, sebaiknya bersiap untuk menyesali keputusanmu datang ke sini."Lin Gong menghentakkan kakinya ke tanah, menciptakan retakan kecil. "Aku suka lawan yang langsung muncul tanpa basa-basi! Kalau mau bertarung, ayo sekarang juga!"Namun Xuan Li hanya berdiri diam, matanya mengamati setiap detail dari sosok itu. Sikapnya tidak menunjukkan permusuhan yang langsung, melainkan kewaspadaan tingkat tinggi.Sosok itu akhirnya membuka suara. Suaranya berat, namun penuh karisma. "Musuh? Tidak. Jika aku ingin menghancurkan kalian, aku tidak perlu turun ke sini."Pernyataannya membuat suasana tegang sesaat. Shu Shi dan Lin Gong saling melirik, sementara Xuan Li tetap tak bergeming."Apa maksudmu?" tanya Xuan Li dingin.Pria itu menurunkan tudungnya, memperlihatkan wajah yang penuh bekas luka, namun tampak gagah.
Feng Yuntian merogoh sesuatu dari jubah hitamnya. Ia mengeluarkan sebuah liontin berbentuk bulat dengan pola angin yang rumit. Liontin itu bersinar samar dalam cahaya redup.“Ini, Liontin Pemanggil Badai. Dengan artefak ini, kita bisa meniru gelombang energi yang menyerupai binatang musuh Qi Feng. Ia akan mengira sarangnya sedang diserang dan muncul untuk menghancurkan ancaman tersebut. Di saat itu, kita memancingnya ke area keheningan dan menyerangnya dengan serangan gabungan.”Shu Shi memicingkan mata, mencoba menilai kejujuran Feng Yuntian. “Dan jika rencanamu gagal?”Feng Yuntian terkekeh kecil. “Kalau rencana ini gagal, kita semua akan mati. Tapi aku cukup yakin ini berhasil, aku sudah mempelajari Qi Feng selama bertahun-tahun.”“Kau yakin ini bukan jebakan?” sela Lin Gong, meskipun ekspresi wajahnya lebih tampak tertarik daripada curiga.“Kalian bebas memilih untuk mempercayai atau tidak. Tapi tanpa aku, kalian bahkan tidak akan bisa mendekati tebing itu, apalagi mengambil aka
Lin Gong kembali berdiri, meski dengan tubuh berlumuran darah. Dia menyeringai lebar, seolah rasa sakit itu justru membangkitkan semangatnya. "Hahaha! Sekarang aku serius!" teriaknya, melompat kembali ke medan pertempuran.Dengan kekuatan gabungan, mereka berhasil memancing Qi Feng ke dalam batas area keheningan. Tepat ketika kaki raksasa itu melangkah ke dalam area tersebut, badai di sekelilingnya perlahan mulai mereda."Dia melemah!" seru Shu Shi.Namun, pada saat yang sama, Xuan Li merasakan sesuatu yang tidak beres. Energi di sekitarnya terasa berubah. Ia melirik Feng Yuntian yang kini berdiri dengan tangan terangkat, senyuman licik di wajahnya."Apa yang kau lakukan?" tanya Xuan Li tajam.Feng Yuntian tertawa kecil. "Bukankah aku sudah bilang? Aku punya peran sendiri dalam rencana ini. Dan sayangnya, rencana itu tidak sepenuhnya melibatkan kalian."Tiba-tiba, formasi biru berubah warna menjadi merah. Cahaya itu memancar lebih terang, menciptakan tekanan besar yang menekan tubuh
Xuan Li mendekati Qi Feng dengan hati-hati."Kenapa kau membantu kami melawan formasi itu?"Qi Feng menatapnya dengan mata lemah."Aku tak peduli pada perburuan manusia… tapi kau… memiliki potensi besar. Namun… ingat ini, pemuda… kekuatan tubuhmu adalah anugerah sekaligus kutukan… Jika kau tak mampu mengendalikannya, kehancuran akan datang. Sebuah akar naga angin… akan membantumu menekan kutukan itu."Mata Xuan Li melebar. Sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, Qi Feng menghembuskan nafas terakhirnya.Shu Shi dan Lin Gong mendekat."Apa yang dia katakan?" tanya Shu Shi.Xuan Li menggeleng pelan, menyembunyikan informasi penting itu."Tidak ada yang perlu kalian khawatirkan. Kita perlu pergi dari sini."Langkah Xuan Li berhenti di depan tebing curam yang menjulang tinggi, dikenal sebagai Tebing Dewa Angin. Angin kencang menderu tanpa henti, menciptakan tekanan besar di udara. Di bawahnya, jurang tak berdasar menganga seolah menanti siapa pun yang terjatuh.“Jadi ini Tebing Dewa Angin…”
Xuan Li melangkah perlahan memasuki kamar tempat Yan Yue dirawat. Bau tipis herbal spiritual masih menggantung di udara, bercampur dengan aroma tubuhnya. Cahaya lembut dari batu kristal menggantung di sudut ruangan, menerangi wajah pucat sang Ratu Serigala Merah.Yan Yue masih tertidur, napasnya tenang meski lemah. Meridiannya rusak, racun dari alam luar menggerogoti tubuh spiritualnya dari dalam. Tapi berkat ramuan penstabil yang ia berikan sebelumnya, kondisinya tidak memburuk.Xuan Li berdiri di tepi ranjang, matanya memandangi wajah wanita itu. Kuat, indah, dan penuh aura pengendali. Tapi dalam keadaan seperti ini, dia terlihat... manusiawi.Tak seperti Bai Xian, yang menyambutnya dengan kelembutan dan rasa syukur, atau Dewi Kultus Suci yang menyerahkannya tubuh dengan penuh kepercayaan demi kelangsungan sektenya, Yan Yue adalah sosok yang berbeda. Interaksi mereka diawali dengan ancaman dan tekanan, tapi berakhir dengan sesuatu yang tak pernah ia rencanakan.“Perasaan ini... buka
Tabib Hantu Wu menghentikan aktivitas menyiram tanaman spiritualnya. Tatapannya dalam, penuh pertimbangan, namun tak berkata apa-apa saat Xuan Li duduk di bangku batu taman Paviliun Gunung Sunyi."Jelaskan," katanya singkat.Xuan Li tak langsung menjawab. Ia menatap tanah sebentar, lalu menarik napas pelan. "Yan Yue datang dengan luka berat. Racun spiritual dari alam luar merusak sistem meridiannya. Aku menstabilkan kondisinya untuk sementara, tapi itu tidak cukup."Tabib Hantu Wu mengangkat satu alis. "Ratu Serigala Merah dari Alam Luar, menarik."Xuan Li mengangguk. "Dia menyebut sesuatu... tentang Jantung Dunia. Dan... ada kekuatan yang tidak berasal dari dunia ini yang mengincarnya. Aku menduga Alam Bayangan memiliki koneksi dengan dimensi lain. Tapi aku belum menemukan bentuk pasti dari hubungan itu.""Dan kau ingin membuat obat untuk menyelamatkannya," ujar Tabib Hantu Wu datar."Aku butuh beberapa tanaman langka: Bunga Jiwa Malam, Akar Emas Langit, dan Salju Peluruh Roh. Komb
Napas Xuan Li belum sepenuhnya stabil setelah pertarungan dan penyelamatan di tempat itu. Tapi pikirannya tetap tajam. Tanpa banyak membuang waktu, ia duduk bersila dan menarik napas dalam.Kesadarannya menyentuh tubuh tiruannya yang masih berada jauh di Kota Awan Surga.Dalam satu hembusan napas, jiwa tiruan itu luruh kembali ke tubuh utamanya. Ingatan dan pengalaman sebagai tabib di kota itu, penyembuhan, interaksi dengan pasien, dan observasi spiritual, mengalir deras ke dalam benaknya. Tubuhnya sedikit bergetar karena beban integrasi, tapi tidak berlangsung lama.“Selesai,” bisiknya.Xuan Li melompat ke udara, melesat seperti bayangan di antara angin senja. Arah tujuannya jelas, yaitu ke Paviliun Gunung Sunyi. Tempat tinggalnya yang sunyi dan tersembunyi, jauh dari hiruk-pikuk dunia. Tempat di mana ia bisa merenung dan menata ulang pikirannya.Namun, saat baru melewati puncak ketiga di barisan gunung utara, langit tiba-tiba terbelah.Sebuah celah hitam seperti luka muncul di angka
Sudah lima hari berlalu sejak Xuan Li membersihkan desa pertama. Dari satu tempat ke tempat lain, ia menegakkan formasi, memurnikan jiwa, dan menebas makhluk terinfeksi. Tanpa istirahat. Tanpa tidur.Selesai mengaktifkan segel terakhir, Xuan Li berbalik dan terbang menjauh tanpa sepatah kata. Wajahnya pucat, sorot matanya tajam tapi mulai melemah."Aku tidak bisa... lanjut dengan keadaan seperti ini."Ia memilih tempat sunyi di tengah hutan yang tidak padat spiritualitasnya, hanya karena ia terlalu lelah untuk berpindah ke tempat yang lebih baik. Ia turun, berjalan beberapa langkah, lalu membiarkan tubuhnya rebah di tanah berumput."Aku hanya perlu beristirahat... beberapa saat saja."Ia menarik napas perlahan, menyerap energi spiritual di sekitarnya. Namun ia tidak sadar, rerumputan dan bunga-bunga liar yang tumbuh di sekitar area itu ternyata mengandung zat hipnosis alami. Senyawa tidur dari akar Halitus Layu, tumbuhan langka yang hanya tumbuh di tanah bekas medan perang.Kesadarann
Xuan Li terbang melewati desa yang sebelumnya telah ia selamatkan. Di bawah sana, sisa-sisa kekacauan telah tertata. Penduduk tampak mulai menata kembali kehidupan mereka. Tapi Xuan Li tidak berhenti. Pandangannya tajam, tubuhnya terus melesat seperti panah perak yang ditembakkan dari langit."Masih ada satu titik lagi... sumber racunnya belum lenyap."Ia menembus awan, mengubah arah ke selatan. Sesuatu di udara membuat meridiannya berdenyut. Energi gelap dan bau racun sihir dari ras iblis alam luar menghantam penciumannya seperti darah basi yang membusuk di medan perang.Beberapa saat kemudian, sebuah desa lain tampak dari kejauhan.Begitu mendekat, wajah Xuan Li mengeras."Celaka," gumamnya pelan. "Aku terlambat setengah langkah."Tanah desa itu sudah terkontaminasi. Kabut hitam tipis menyelimuti rumah-rumah, menetes dari atap seperti embun beracun. Langkah-langkah berat terdengar pelan, berderak, menggores tanah. Penduduk desa itu telah berubah. Kulit mereka pucat membiru, mata k
Sepuluh jarum emas menembus udara, menyambar cepat ke arah kabut hitam dan tangan-tangan tipis yang menjulur dari bejana sihir.Suara meletus terdengar ketika jarum-jarum itu menancap dan meledakkan tangan-tangan tersebut, membuatnya mengempis dan terurai menjadi asap. Namun kabut tak berhenti. Dari kegelapan itu, lebih banyak tangan muncul, seperti tidak ada habisnya. Mereka berdesakan, melengkung, dan menggeliat seperti akar pohon yang kelaparan.Xuan Li menyipitkan mata. "Makhluk ini bukan sekadar hasil sihir biasa."Ia mengangkat tangan kirinya lagi, tapi tidak lagi menggunakan teknik permukaan. Energi dari dantiannya mulai berputar. Saluran spiritual di tubuhnya menyala satu per satu, dan kekuatan murni dari lapisan terdalam mulai terkumpul.Namun begitu energi itu menyentuh kabut, ia tahu, ini tetap tidak cukup.Kabut itu menyedot kekuatan spiritualnya, memutar dan membaliknya. Aura racun yang menguar dari bejana bukan sekadar racun. Ada sesuatu yang lain, sebuah kehendak gel
Kabut beracun perlahan memudar dari medan ledakan sebelumnya, namun pikiran Xuan Li tak sepenuhnya berada di sana. Dalam diam, ia berdiri di antara sisa-sisa spiritual yang nyaris tak tercium. Ia teringat Kota Awan Surga, tempat di mana puluhan pasien masih menunggu pertolongannya.Wajah-wajah mereka terlintas dalam benaknya. Anak-anak yang tubuhnya menggigil karena demam, orang-orang tua yang tak bisa lagi berdiri, dan para gelandang yang hanya bisa memohon dengan tatapan putus asa. Ia telah berjanji untuk kembali. Namun racun ini juga bukan sesuatu yang bisa diabaikan.Jika ini memang bagian dari rencana besar alam luar, maka menundanya bisa berarti bencana yang lebih luas. Tapi jika ia pergi sekarang, tanpa menyelesaikan pengobatan di kota, maka orang-orang itu bisa mati jika ia terlambat untuk menanganinya.Xuan Li mengepalkan tangan.“Tidak ada waktu untuk memilih. Maka aku harus berjalan di dua jalan sekaligus.”Ia duduk bersila. Udara di sekitarnya mulai bergetar ketika ia men
Xuan Li pergi ke tepi sungai yang tercemar. Udara di sekelilingnya masih mengandung jejak racun, samar namun nyata. Ia membuka matanya perlahan, jari-jarinya menyentuh tanah yang telah ia beri segel pelacak.Butiran air sungai diambilnya ke dalam cawan giok kecil. Ia mengamati cairan itu, baunya logam, pekat, dan dingin. Tapi lebih dari itu, ada sesuatu yang lain. Energi asing yang bersembunyi di balik racun tersebut. Aura samar, seolah sihir yang dikaburkan dengan sengaja.“Ini bukan sekadar racun biasa,” gumamnya. “Ada tangan lain yang ikut campur… bukan manusia biasa.”Ia menggores telapak tangannya. Setetes darahnya jatuh ke dalam cawan. Cairan dalam cawan bergolak, lalu bersinar redup. Darah Xuan Li memang mengandung zat anti racun alami, warisan tubuh uniknya. Tetapi kali ini, ia bukan sedang menyembuhkan, ia sedang melacak.Segel spiritual terbentuk di atas cawan. Tali energi tipis melesat dari cairan, melayang di udara dan berputar seperti kabut tipis, lalu mengarah ke satu ti
Langit Kota Awan Surga belum sepenuhnya terang saat Xuan Li melangkah masuk ke balai pengobatan miliknya. Pintu kayu dibiarkan terbuka, dan aroma ramuan herbal yang tersimpan di dalam toples-toples kaca menyeruak keluar menyambutnya. Di depan ruangan utama, puluhan orang sudah duduk bersila, sebagian tergeletak, sebagian menggigil, dan sebagian lagi hanya memejamkan mata menahan sakit.Beberapa dari mereka telah menunggu selama berhari-hari. Beberapa hampir tidak bisa duduk tegak lagi. Begitu Xuan Li muncul, wajah mereka seolah kembali bersinar, seakan harapan yang mulai pudar kini menyala kembali.Tanpa membuang waktu, Xuan Li berjalan menyusuri barisan. Tatapannya tajam menilai kondisi setiap pasien. Ia menunjuk beberapa orang yang kondisinya tidak terlalu parah. "Kalian tunggu. Yang lainnya, baringkan mereka di dalam. Aku akan mulai dari yang kritis."Tak ada yang berani membantah. Para pembantu balai segera bergerak. Dalam waktu singkat, suara erangan, batuk, dan desah rasa sak