Xuan Li mendekati Qi Feng dengan hati-hati."Kenapa kau membantu kami melawan formasi itu?"Qi Feng menatapnya dengan mata lemah."Aku tak peduli pada perburuan manusia… tapi kau… memiliki potensi besar. Namun… ingat ini, pemuda… kekuatan tubuhmu adalah anugerah sekaligus kutukan… Jika kau tak mampu mengendalikannya, kehancuran akan datang. Sebuah akar naga angin… akan membantumu menekan kutukan itu."Mata Xuan Li melebar. Sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, Qi Feng menghembuskan nafas terakhirnya.Shu Shi dan Lin Gong mendekat."Apa yang dia katakan?" tanya Shu Shi.Xuan Li menggeleng pelan, menyembunyikan informasi penting itu."Tidak ada yang perlu kalian khawatirkan. Kita perlu pergi dari sini."Langkah Xuan Li berhenti di depan tebing curam yang menjulang tinggi, dikenal sebagai Tebing Dewa Angin. Angin kencang menderu tanpa henti, menciptakan tekanan besar di udara. Di bawahnya, jurang tak berdasar menganga seolah menanti siapa pun yang terjatuh.“Jadi ini Tebing Dewa Angin…”
Tubuh Xuan Li terhempas ke dalam jurang kegelapan tanpa dasar, seolah tersedot oleh kekosongan dimensi lain. Udara di sekitarnya terasa berat dan asing. Benda-benda aneh seperti pecahan bebatuan dan puing-puing logam melayang tanpa aturan, membentuk pemandangan ruang hampa yang kacau. Bruk!Tanpa gravitasi, membiarkan tubuhnya terus melayang, hingga akhirnya ia menghantam bongkahan batu besar dengan suara yang menggema keras."Argh! Sial!"Xuan Li mengerang, tangannya bergetar saat mencoba menopang tubuhnya yang terasa remuk. "Di mana aku?" Suaranya terpantul dalam kehampaan. Ia berdiri dengan susah payah, matanya menyapu sekeliling. Tempat itu asing, hampa, gelap, dan penuh dengan aura yang menekan seperti ribuan mata tak terlihat yang mengawasi. Batu tempatnya berdiri, seperti panggung terapung di tengah kekosongan.Sebuah suara rendah namun penuh kekuatan menggema di udara, membuat jantungnya berdetak lebih cepat. "Pewaris tubuh giok... akhirnya kau datang."Xuan Li memutar tub
Setelah menelan pil itu, Xuan Li duduk bersila di atas batu berkilau yang mengapung di tengah aura hijau Dimensi Naga. Ia memejamkan mata, membiarkan energi dari pil penyelaras roh menyebar ke seluruh tubuhnya. Pada awalnya, sensasi hangat dan lembut mengalir di nadinya, seperti aliran air yang membawa kehidupan. Namun, dalam sekejap, rasa hangat itu berubah menjadi gelombang panas yang mengamuk, membuat tubuhnya bergetar hebat."Ugh!" Xuan Li menggertakkan gigi, kedua tangannya mengepal hingga uratnya terlihat. Energi dari pil itu begitu dahsyat, menyusup ke setiap sudut dantiannya. Seperti badai tanpa ampun, energi pil mulai bertarung dengan kekuatan gelap tubuh gioknya yang selama ini tersembunyi.Di dalam tubuhnya, dua kekuatan bertolak belakang itu saling bertubrukan. Energi dari pil penyelaras roh berwarna hijau cerah, seperti aliran sungai yang deras namun menenangkan. Sementara itu, energi tubuh gioknya adalah pusaran gelap yang dingin dan menakutkan, seolah-olah mewakili j
Xuan Li memulihkan diri di Dimensi Naga selama beberapa hari. Meskipun tubuhnya terasa lebih ringan, kekuatan yang baru ditemukan dalam tubuhnya masih perlu ia pahami sepenuhnya. Setiap meditasi menjadi upaya untuk mengenali dan menyeimbangkan energi dalam dantiannya.“Tubuh giok ini… meski telah ditekan, masih menyimpan kekuatan besar,” pikirnya, merasakan pusaran energi gelap yang diam di sudut dantiannya. “Aku tidak bisa lengah.”Naga angin mendekat dengan langkah mantap, sisiknya yang berkilauan memantulkan aura hijau dimensi itu. "Waktumu di sini sudah cukup. Dunia luar menunggumu, manusia."Xuan Li membuka matanya, mengangguk dengan tekad. “Terima kasih atas bimbinganmu, Naga Senior. Aku akan kembali ke dunia luar.”Dengan cakar raksasanya, naga itu membentuk formasi kekosongan di udara. Cahaya biru keperakan berputar, menciptakan pintu menuju tempat yang baru.“Pergilah. Tapi ingat, tubuh giokmu adalah pedang bermata dua. Gunakan dengan bijak,” suara naga itu menggema hingga
Hari yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Langit pagi itu cerah, dengan awan tipis yang melayang lembut di cakrawala. Udara terasa segar, tetapi aura tegang di antara para alkemis yang berkumpul di aula kompetisi membangun suasana yang berbeda. Aula besar tempat lomba diadakan dipenuhi dengan energi spiritual yang berputar, bercampur dengan aroma tajam berbagai bahan herbal yang sudah diatur rapi di setiap meja.Xuan Li berdiri di depan meja yang telah ditentukan untuknya. Ia mengamati deretan kuali alkimia yang berkilauan di bawah sinar matahari, masing-masing mencerminkan ambisi dan harapan para peserta. Tatapan peserta lain yang mengarah kepadanya jelas menyiratkan penghinaan. Beberapa alkemis berbisik-bisik, jelas-jelas menyoroti penampilannya yang sederhana."Dia pasti hanya pengisi jumlah peserta. Lihat saja, bahkan jubah alkemisnya tak memiliki lambang sekte mana pun," ujar salah satu peserta sambil melirik Xuan Li dengan sinis.Namun, Xuan Li tetap tenang. Ia menghirup napas
Sorak-sorai memenuhi aula besar tempat kompetisi alkimia diselenggarakan. Namun, ketika panitia naik ke panggung dengan gulungan pengumuman di tangan, kerumunan mendadak terdiam.“Pemenang kompetisi ini adalah... Wu Yu!” suara panitia menggema di seluruh ruangan.Keheningan berubah menjadi bisikan tak percaya.“Dia? Anak muda itu? Bagaimana mungkin?”“Pilnya sempurna... tetapi... dia tidak berasal dari sekte besar manapun!”Xuan Li, dengan ekspresi dingin berjalan maju. Langkahnya tenang, sorotan matanya menembus setiap tatapan meremehkan di sekitarnya. Ketika ia menerima hadiah berupa bunga malam abadi yang bercahaya lembut, sebagian besar penonton masih belum bisa menerima kenyataan."Orang-orang ini terlalu lemah untuk memahami dunia di luar sekte mereka," pikir Xuan Li, menyimpan hadiahnya dalam cincin penyimpanannya. Ia tidak memedulikan keributan itu.Namun, di antara kerumunan, seorang pria paruh baya dengan jubah emas berdiri. Sosoknya memancarkan aura dominasi, dan semua oran
Di tengah ruangan, tubuh Tuan Muda Ye Jun terkulai lemah di atas ranjangnya, kulitnya memucat hingga menyerupai mayat. Dari pori-porinya, asap gelap perlahan keluar, memenuhi udara dengan aura menakutkan yang membuat semua orang di sana gemetar.Suasana di ruangan itu diselimuti ketegangan."Xu Tang!" Suara Ketua Sekte Ye Tian bergemuruh, memecah keheningan. "Apa yang terjadi?! Bukankah kau bilang dia adalah solusi?! Mengapa anakku menjadi seperti ini?!"Xu Tang, yang berdiri di sudut ruangan, tampak panik. Tangannya gemetar saat ia mencoba menjelaskan. "Ketua, aku... aku juga tidak tahu. Pil itu sempurna, murni, tidak ada yang salah saat aku memeriksanya."Namun, penjelasannya tak mampu meredakan amarah Ye Tian. Wajah ketua sekte itu menggelap, dan dengan satu gerakan tangan, gelombang energi meledak ke arah Xu Tang, memaksanya mundur hingga terpental beberapa langkah."Tangkap dia!" Ye Tian mengacungkan jarinya ke arah Xuan Li, yang berdiri tenang di tengah ruangan.Beberapa murid
Pengobatan yang dilakukan oleh Xuan Li akhirnya selesai. Energi spiritualnya mengalir halus, menyisir setiap aliran meridian Ye Jun, memastikan tak ada sisa racun yang tertinggal. Napas pemuda itu mulai teratur, wajahnya yang semula pucat perlahan mendapatkan kembali rona kehidupan. Xuan Li mengeluarkan pil terakhir, Pil Peluruh Racun, dan menyodorkannya ke bibir Ye Jun yang masih lemah.“Telan ini,” ujar Xuan Li datar. Suaranya tenang, namun penuh otoritas.Dengan susah payah, Ye Jun menelan pil itu. Sesaat kemudian, tubuhnya bergetar. Cairan hitam pekat keluar dari mulutnya, mengeluarkan bau busuk menyengat yang memenuhi ruangan. Beberapa murid sekte yang hadir refleks menutup hidung.Xuan Li, duduk bersila di belakang Ye Jun, meletakkan kedua telapak tangannya di punggung pemuda itu. Aliran energi spiritual mengalir masuk, membantu membersihkan residu racun yang tersisa di organ-organ vitalnya. Setelah beberapa saat, tubuh Ye Jun melemas, namun auranya perlahan stabil.“Sudah sele
Feng Rui menghentikan langkahnya beberapa meter dari Xuan Li. Matanya menyapu ke sekeliling."Kau yang melakukan semua ini?" tanyanya dengan nada datar.Xuan Li tidak menjawab. Tatapannya tetap tenang, seolah kehadiran orang-orang ini sama sekali tidak penting baginya.Sang pembesar kerajaan, Menteri Wei, tersenyum tipis dan melangkah maju."Aku adalah Menteri Wei dari Kerajaan Naga Bumi," katanya dengan nada ramah tetapi tetap penuh kehormatan. "Kami telah melacak kelompok perampok makam kuno ini selama berminggu-minggu, tetapi tampaknya kau sudah menyelesaikan semuanya lebih cepat dari kami."Xuan Li tetap diam, membiarkan mereka melanjutkan pembicaraan.Menteri Wei menatapnya penuh minat sebelum akhirnya berkata, "Tuan Muda, kemampuanmu luar biasa. Aku tidak tahu siapa dirimu, tetapi Kerajaan Naga Bumi selalu menghargai individu berbakat. Bagaimana jika kau ikut ke istana? Yang Mulia pasti ingin bertemu denganmu."Suasana menjadi hening.Di belakang Menteri Wei, beberapa orang dari
Seorang pria dengan jubah gelap berdiri di barisan depan, Feng Han, salah satu anggota berpengaruh dalam kelompok perampok itu.Meskipun dikelilingi oleh musuh dengan tingkat kultivasi menengah hingga kelahiran jiwa, Xuan Li tetap berdiri tanpa gentar. Dia memandang mereka dengan tenang, seolah jumlah mereka yang banyak hanyalah angka tanpa makna.Di dunia kultivasi, jumlah bukanlah faktor penentu kemenangan. Yang menentukan adalah kualitas kekuatan dan kecerdikan dalam bertarung."Sudah lama aku tidak menggunakan teknik ini," gumam Xuan Li dalam hati.Di hadapannya, para perampok bersiap menyerang, beberapa menghunuskan senjata spiritual mereka yang memancarkan aura tajam. Xuan Li bisa merasakan energi mereka, kuat tetapi tidak cukup untuk mengancamnya.Alih-alih bertarung dengan serangan fisik, Xuan Li memilih cara yang lebih efisien.Dia perlahan mengangkat satu tangan, dan seketika energi spiritual mengalir keluar, membentuk riak tak kasat mata yang menyelimuti area itu.Teknik Pe
Mayat para prajurit bergelimpangan, tubuh mereka tertusuk, terkoyak, atau hangus terbakar. Bau besi dari darah yang masih hangat bercampur dengan asap dari reruntuhan yang terbakar, memenuhi udara.Xuan Li berdiri di antara kehancuran itu tanpa ekspresi. Matanya menatap dingin, tak ada sedikit pun emosi dalam sorotnya. Baginya, ini hanya pemandangan biasa, sebuah pertunjukan brutal di dunia kultivasi di mana yang kuat memangsa yang lemah.Prajurit terakhir merangkak dengan sisa tenaganya, darah menetes dari sudut bibirnya. Tangannya berusaha meraih pedang yang jatuh tak jauh darinya, tetapi sebelum jari-jarinya menyentuhnya, sepatu pria berjubah hitam menginjak punggung tangannya."Kuharap kau tahu bahwa keberadaanmu tidak lebih dari sekadar debu di jalan."Suara berat pria itu terdengar dingin sebelum ia mengangkat kakinya dan menghempaskan tubuh prajurit itu dengan satu tendangan keras. Jeritan singkat terdengar sebelum tubuh itu menghantam dinding dan diam selamanya.Xuan Li hanya
Seorang prajurit melangkah maju, ekspresinya mulai menunjukkan ketidaksabaran."Orang yang tidak bersalah tidak akan takut untuk menunjukkan siapa dirinya," katanya, suaranya tajam dan penuh keyakinan.Xuan Li menyipitkan mata, sorot matanya sedingin bilah pedang."Dan orang yang benar-benar mencari tersangka tidak akan sembarangan menuduh setiap orang yang lewat," balasnya, suaranya tetap tenang, namun mengandung ketajaman yang membuat lawan bicara terdiam sejenak.Prajurit itu mengernyit, tetapi tetap pada pendiriannya."Ikut kami. Ini hanya pemeriksaan rutin."Namun, nada suaranya jelas mengisyaratkan bahwa ini lebih dari sekadar pemeriksaan biasa.Xuan Li tetap berdiri di tempatnya. Suasana seketika menegang. Para prajurit mulai menggenggam senjata mereka lebih erat, dan orang-orang yang masih berada di sekitar segera menjauh, enggan terlibat dalam konfrontasi yang tampaknya tak terelakkan.Akhirnya, Xuan Li menghela napas perlahan."Baiklah," katanya ringan. "Tapi jangan sampai k
"Tak ada yang bisa membukanya, tapi tetap diperebutkan... Menarik."Xuan Li menyandarkan punggungnya ke kursi, tatapannya tetap tenang di tengah riuhnya pelelangan. Ia menangkap percakapan lirih di belakangnya.“Kau lihat itu? Artefak itu muncul lagi.”“Hah, ini sudah ketiga kalinya dalam setahun! Siapa pun yang membelinya pasti akan kecewa.”“Dengar-dengar, segelnya menggunakan formasi larangan tingkat tinggi. Tak ada satu pun ahli formasi atau tetua sekte yang berhasil membukanya. Aku yakin benda itu akan muncul lagi di pelelangan Kota Bintang dalam beberapa hari ke depan.”Xuan Li menyipitkan matanya, sudut bibirnya melengkung samar. 'Jadi benda itu hanya berpindah tangan tanpa pernah benar-benar dimiliki...'Pelelangan terus berlanjut, tapi pikirannya tetap tertuju pada artefak itu. 'Jika benar tak ada yang bisa membukanya, mengapa benda itu terus dilelang? Apakah ini hanya strategi pelelangan, atau ada sesuatu yang lebih dalam?'Pandangan matanya melirik sekilas ke pria berambut
'Apakah dia sudah pergi? Atau hanya bersembunyi lebih dalam?'Xuan Li tidak gegabah. Ia menunggu beberapa saat, merasakan aliran energi di sekitarnya, namun tidak ada tanda-tanda bahaya yang tersisa. Setelah memastikan situasi aman, ia melanjutkan langkahnya kembali ke penginapan.Begitu tiba di kamarnya, tanpa ragu ia membentuk segel formasi penghalang. Cahaya redup berpendar di udara, membentuk lapisan perlindungan tak kasatmata yang akan memperingatkannya jika ada penyusup.Xuan Li tidak ingin terganggu lagi.Dengan tenang, ia duduk bersila dan mulai berkultivasi.Saat fajar menyingsing, Xuan Li membuka matanya. Energi spiritual yang ia serap semalaman terasa mengalir stabil dalam tubuhnya, sedikit memperkuat fondasi kultivasinya.Tanpa membuang waktu, ia segera bersiap menuju pelelangan di tengah kota. Jika tidak ada yang menarik perhatiannya di sana, ia akan kembali ke gua persembunyiannya dan membatalkan rencananya menuju Kota Bintang.Jalanan sudah ramai saat ia melangkah kelua
"Keluar." Suara Xuan Li terdengar datar, tetapi ada ancaman tersembunyi di dalamnya.Tak ada jawaban.Namun, udara di sekitarnya berubah. Dingin yang awalnya menggigit kini terasa seperti belati yang menyelinap ke dalam tulang. Embun di dedaunan membeku dalam sekejap, lapisan es tipis mulai menutupi tanah.Dari balik kabut yang berputar, sesosok bayangan melangkah maju.Jubah biru tua membalut tubuhnya, tudungnya rendah, menyembunyikan sebagian besar wajahnya. Sepasang mata dingin menatap tanpa ekspresi, seperti pemangsa yang mengamati buruannya.Tidak ada sapaan. Tidak ada peringatan.Pria itu mengangkat tangannya.Udara berhenti bergerak.Kristal-kristal es muncul dari ketiadaan, melayang di udara seperti bilah pisau yang siap menebas. Dalam sekejap, mereka meluncur ke arah Xuan Li, tajam dan mematikan.Xuan Li melangkah ke samping, menghindari serangan pertama. Beberapa pecahan es masih mengarah ke titik vitalnya, tetapi telapak tangannya yang dilapisi api spiritual membakar mereka
Feng Rui segera melangkah ke depan, berdiri di antara Xuan Li dan pria yang baru saja muncul. Sorot matanya tajam, menunjukkan bahwa ia sudah memperkirakan situasi ini sejak awal."Kakak Feng Han," kata Feng Rui dengan suara tenang, meskipun ada ketegangan yang jelas dalam nadanya. "Aku membawa tamu, dan Guru sendiri sudah membenarkan kehadirannya."Pria bernama Feng Han itu menyipitkan mata, tatapannya menyapu Xuan Li dari kepala hingga kaki. Sikapnya penuh waspada, seakan masih meragukan keputusan adik sepupunya."Tamu, katamu?" Feng Han mendengus pelan. "Jangan bilang dia orang luar yang kau undang untuk bermain-main dengan nyawa Guru?"Xuan Li tetap diam, tidak merasa perlu membela diri. Baginya, pertikaian ini hanyalah urusan internal keluarga Feng.Feng Rui mengepalkan tangannya. "Jika bukan karena dia, Guru mungkin sudah tidak ada sekarang. Apa kau masih ingin mempertanyakan keputusanku?"Suasana di ruangan itu semakin menegang. Mata Feng Han berkilat, tapi sebelum ia bisa men
Xuan Li mengikuti pemuda berjubah hitam melewati jalanan Kota Seribu Lilin yang semakin lengang. Mereka berhenti di depan sebuah kediaman megah. Plakat besar tergantung di atas gerbang utama, dengan huruf emas yang bertuliskan Paviliun Bintang.Dari luar, bangunan ini tampak seperti kediaman keluarga terpandang. Namun, saat mereka melangkah masuk setelah penjaga membukakan pintu, Xuan Li segera menyadari sesuatu yang berbeda. Aroma obat-obatan bercampur dengan hawa gelap yang samar, membentuk atmosfer yang tidak lazim."Aku yang membawamu dan bertanggung jawab sepenuhnya atasmu. Jangan pedulikan ucapan orang lain," bisik pemuda itu tanpa menoleh. Setelah beberapa langkah, ia menambahkan, "Oh, iya. Siapa namamu?""Wu Yu," jawab Xuan Li singkat.Pemuda itu menoleh dan tersenyum tipis. "Panggil aku Feng Rui."Xuan Li hanya mengangguk kecil. Ia tidak tertarik dengan basa-basi yang tidak perlu.Mereka berjalan semakin dalam ke dalam kediaman. Cahaya lentera di sepanjang lorong mulai redup