Arjuna baru saja selesai mandi, pemuda itu segera mengganti baju kerjanya dengan pakaian yang baru.
Dia tidak pernah memakai lagibpakaian yang pernah dirinya pakai saat bermain dengan para wanita bayarannya. Arjuna merasa jijik sendiri, dan itu telah menjadi kebiasaannya sejak dulu. Pintu ruang kerjanya diketuk dari luar, dari balik pintu Boris, sang asisten muncul dengan membawa satu kotak makan siang untuk Arjuna. "Selamat siang, Bos. Waktunya Anda untuk makan siang," ujar Boris lalu meletakkan beberapa kotak makan siang tersebut di atas meja. "Baiklah, Boris. Anda tahu selera, saya." jawab Arjuna lalu duduk sambil memainkan ponselnya. "Siap, Bos. Tunggu sebentar, saya akan mempersiapkan makan siang untuk Anda," tuturnya. Boris memastikan jika meja telah bersih dan rapi. Dia pun siap memulai tugasnya untuk mempersiapkan makan siang spesial untuk Bos Arjuna. Arjuna, sebagai seorang pemimpin perusahaan yang disegani, memiliki selera makan yang unik, dan Boris tahu betul bagaimana memenuhi preferensi selera makan atasannya. Dengan hati-hati, Boris membuka tas bawaannya yang berisi berbagai bahan makanan segar. Dia meletakkan potongan-potongan sayuran warna-warni di atas meja, menciptakan panggung yang indah untuk hidangan spesial ini. Makanan organik dan hidangan khas menjadi prioritas untuk memastikan kepuasan Arjuna. Sambil mempersiapkan hidangan utama, Boris memikirkan cara untuk menyajikan hidangan dengan tata letak yang menarik. Dia merancang komposisi makanan dengan presisi seniman, memastikan setiap hidangan mencerminkan kelas dan keahlian kuliner yang tinggi. Setiap sentuhan detail menjadi penting, seolah-olah Boris sedang membuat karya seni kuliner. Selain hidangan utama, Boris juga memperhatikan makanan pembuka dan penutup. Pria itu menyusun hidangan dengan kombinasi rasa yang sempurna, menggabungkan elemen manis, asam, asin, dan pedas. Setiap suap akan menjadi pengalaman kuliner yang tak terlupakan bagi Bos Arjuna. Ketika susunan makan siang mulai terbentuk dengan indah, Boris terus menyusunnya dengan hati-hati ke di atas meja. Dia memeriksa kembali setiap detail untuk memastikan bahwa tidak ada yang terlewat. Kebersihan dan estetika dari makanan tersebut adalah kunci utama, dan Boris meyakinkan dirinya bahwa segalanya berada pada tingkat yang memuaskan. Dengan penuh kebanggaan, Boris telah menyusun semua makan siang tersebut ke atas meja. Dia telah menempatkannya di atas meja dengan penuh ketelitian, siap untuk memastikan pengalaman makan siang dari Bos Arjuna menjadi tak terlupakan. Setiap elemen dari persiapan ini mencerminkan dedikasi dan keahlian Boris sebagai asisten pribadi yang berkomitmen. Setelah Boris memastikan semuanya telah tersedia dengan baik. Dia pun lalu berkata kepada Arjuna. "Tuan Muda, makan siang untuk Anda telah saya sajikan dengan sempurna. "Baik, Boris." sahutnya singkat. Bos Arjuna telah duduk di meja makan yang dipersiapkan oleh asistennya, Boris. Aroma lezat memenuhi ruangan itu seiring dengan kehadiran hidangan yang sungguhmenggugah selera. Sambil tersenyum, Arjuna berkata, "Boris, ini luar biasa. Kamu benar-benar tahu selera saya." "Terima kasih, Bos. Saya senang bisa membuat Anda puas," sahut Boris senang. Arjuna merasakan kelezatan hidangan yang disajikan. Rasa daging yang empuk dan rempah-rempah yang meresap begitu sempurna. Arjuna tersenyum lebar, sembari berkata, "Kamu benar-benar memiliki keahlian di dapur, Boris. Ini mungkin salah satu hidangan terbaik yang pernah saya makan." Boris tersenyum bangga, "Saya senang Anda menyukainya, Bos. Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Anda." Sambil menikmati setiap suapan, Arjuna memuji lagi. "Rasanya seperti saya sedang makan di restoran bintang lima. Bagaimana kamu bisa begitu mahir memasak?" Boris lagi-lagi tersenyum, "Saya belajar dengan rajin, Bos. Tentu saja, selalu memperhatikan preferensi makanan Anda." Arjuna mengangguk setuju, "Kamu sungguh mengagumkan, Boris. Ini membuat hari saya jadi lebih baik." ujarnya lagi. Sejenak Arjuna melupakan kekesalannya kepada Dona karena menyentuh tubuh nya dengan sembarangan. Sementara Arjuna asyik dengan hidangannya, Boris tetap memperhatikan setiap reaksi atasannya. "Tuan Muda, saya senang Anda menikmati makan siang kali ini. Apakah ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Boris. Arjuna meneguk minuman, seraya berkata, "Semuanya sempurna. Terima kasih, Boris." "Ini kehormatan bagi saya. Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Anda." ujar Boris lagi. Setelah makan siang, Arjuna memberi isyarat tanda kenyang. Ternyata sang bos menghabiskan semua hidangan yang dipersiapkan oleh Boris. Ternyata selain menjadi asisten, Boris juga merangkap sebagai chef pribadi dari Arjuna. Pria itu sangat pemilih dalam makanan. Arjuna lalu melangkah menuju ke kursi kebesarannya. Dia melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Lalu tiba-tiba Boris ingat dengan ekspresi Dona, klien tetap sang bos yang menangis saat meninggalkan ruangan Arjuna. "Maaf, Bos. Jika saya lancang bertanya, kenapa Nona Dona menangis tadi?" seru Boris yang penasaran. "Cih! Apa pedulimu jika Dona menangis?" sergah Arjuna kepada asistennya. "Maaf, Bos. Saya hanya ingin bertanya. Tidak ada maksud apa-apa," tukas Boris lagi. "Ha-ha-ha! Jangan-jangan Lo naksir Dona, ya? Jujur Boris. Gue bisa jadi Mak comblang buat Lo untuk mendapatkan Dona." "Apaan sih, Bos. Nggak lah, saya masih menunggu perempuan suci yang dikirimkan Tuhan sebagai jodoh saya, kelak. Tadi saya hanya penasaran saja, biasanya Nona Dona ke luar dari kantor Anda dengan wajah berseri-seri. Tapi tadi malah sebaliknya," seru "Ha-ha-ha! Lo jangan terlalu naif begitu, Boris. Zaman sekarang perempuan itu dimana-mana sama saja! Hanya butuh harta dan tahta. Tidak ada yang benar-benar tulus mencintai! Semua hanya omong kosong belaka!" kesal Arjuna sambil menatap tajam ke arah Boris. "Maaf, Bos. Jika saya menyinggung Anda," seru Boris takut. "Makanya, jangan banyak tanya! Gue tidak suka Lo mencampuri urusan pribadi gue! Ingat itu!" tegas Arjuna. "Sekali lagi maaf, Bos." "Sudah, lupakan! Carikan kepada saya perempuan bayaran lain! Cek semua kondisi kesehatannya. Saya tidak mau yang sakit-sakitan. Namun pastikan mereka sangat lihai di atas ranjang! Kamu pasti sudah tahu, saya tidak suka yang masih perawan!" ketus Arjuna kepada asistennya. "Siap, Tuan Muda! Anda butuh berapa orang?" tanya Boris. "Saya butuh dua orang wanita. Pastikan keduanya mengetahui segala persyaratan dan peraturan selama bermain panas dengan saya. Jabarkan semua yang tidak boleh mereka langgar!" ujar Arjuna lagi memastikan semuanya. "Siap, Bos! Laksanakan! Saya pastikan Anda mendapatkan yang terbaik," sahut Boris lagi. "Bagus!" "Tapi, Bos. Kapan Anda membutuhkan keduanya?" tanya Boris lagi. "Akhir minggu ini, di tempat biasa!" ujar Arjuna lalu bersiap-siap ke luar dari ruang kebesarannya. "Bos, Anda mau ke mana?" "Gue mau cabutlah! Gue menyetir sendiri saja!" "Tapi, Bos. Anda ada meeting penting untuk sore ini," tutur Boris mengingatkan sang atasan. "Cih! Batalkan semua! Gue punya urusan penting!" seru Arjuna tak suka diatur-atur oleh asistennya. "Tapi, Bos. Meeting sore ini juga dihadiri oleh Tuan Muda Erlan." tegur Boris lagi."What? Kak Erlan juga ikut dalam meeting sore ini?" tanya Arjuna tak menyangka."Tepat sekali, Bos. Jadi saya berharap, Anda jangan memancing pertikaian dengan Tuan Erlan.""Cih! Siapa Lo ngatur-ngatur gue, Boris?" serunya sambil berkacak pinggang di hadapan pemuda itu."Saya ... Asisten Anda, Bos. Yang ditunjuk langsung oleh Tuan Fred selaku, Chairman. Anda jangan lupakan itu!" seru Boris menjelaskan."Apa? Jadi Lo mau nakut-nakutin gue, Boris?""Tidak sama sekali, Bos. Saya mengingatkan Anda saja.""Terus, Lo ngapain sebut-sebut nama Uncle Fred? Lo mau gertak gue?" Arjuna semakin emosi.Hal tersebut membuat Boris terdiam. Dia tahu betul bagaimana keras kepalanya seorang Arjuna. Sang asisten pasti akan kalah berdebat dengannya.Lalu tiba-tiba ponselnya bergetar pertanda ada pesan masuk. Arjuna segera memeriksanya. Ternyata pesan itu berasal dari Oma Rini yang menyuruhnya untuk berkunjung ke Kediaman Levin, jika jam pulang kantor tiba."Wow! Kebetulan sekali Aku jadi ada alasan untuk
Mendengar ucapan Erlan, semua mata di dalam ruangan meeting itu langsung tertuju kepada sang CEO yang sedang tertidur di ruang meeting.Erlan juga ikut melihat sepupunya yang sedang tertidur pulas itu. Dia terlihat geleng-geleng kepala melihat tingkah Arjuna yang tidur tapi tidak tahu tempat."Tuan Arjuna Levin!" hardik Erlan tajam.Suara Erlan yang menggelegar besar itu, mampu membuat Arjuna terbangun. Seraya berkata,"Siap, Tuan Erlan! Laksanakan!" ucapnya mantap.Arjuna terlihat menguap beberapa kali di hadapan semua peserta meeting."Ayo, Tuan Arjuna. Kami menunggu penjabaran dari Anda tentang pembangunan hotel di daerah Nusa Dua Bali!" ujar Erlan terus mendesak adik sepupunya.Arjuna lalu berdiri di depan meja bulat yang memanjang di ruang rapat yang penuh dengan peserta meeting dan tim proyek serta beberapa kolega bisnis.Dia lalu menata peta proyek hotel Nusa Dua di layar proyektor.Kemudian Arjuna berkata, "Selamat sore semua. Saya senang bisa berada di sini untuk memaparkan r
Di depan sebuah hotel bintang lima,"Bos, waktu Anda hanya ada satu jam dari sekarang. Satu jam berikutnya, Anda harus telah berada di tempat les Tuan Muda Asher dan Nona Muda Ayin," ucap Boris mengingatkan."Beres! Lo tenang saja! Ini akan dilakukan dengan cepat! Apa Lo yakin sudah mengatakan semua prosedur dari gue kepada wanita itu?" "Semua sudah saya jelaskan, Bos. Sampai ke detail terkecil," tutur Boris."Perempuan itu sudah tidak perawan, bukan?" ujar Arjuna memastikan."Semua sesuai request Anda, Bos!" ujar Boris lagi."Good! Lo tunggu di lobi. Gue akan melakukannya dengan cepat!" Setelah mengatakan itu, Arjuna pun ke luar dari dalam mobil lalu melangkah ke dalam hotel.Setelah menyebutkan nomor kamar yang dirinya booking kepada resepsionis, Arjuna pun masuk ke dalam lift, menuju ke lantai tempat kamar itu berada.Arjuna ke luar dari dalam lift dan mulai melangkah menuju ke dalam kamar tersebut. Setelah dia masuk, Arjuna langsung disambut dengan seorang wanita seksi yang berpa
Di sebuah lobi hotel, Boris terlihat berjalan mondar-mandir menunggu kemunculan Arjuna dari dalam lift. Pasalnya, saat ini telah tiba waktunya untuk menjemput kedua keponakan sang atasan.Boris melirik ke arah lift sesaat setelah terbuka, namun yang ke luar bukannya Arjuna. Melainkan Cindy yang terlihat beberapa kali menyeka keringat yang mengucur di kedua pelipisnya. Sisa-sisa sensasi panas yang dirinya rasakan saat bermain kuda-kudaan di atas ranjang bersama Arjuna."Lho, kok Anda yang muncul? Tuan Arjuna, di mana?" ujar Asisten Boris penasaran."Saya disuruh turun duluan Asisten Boris," sahut Cindy."Terus ... Tuan Arjuna ke mana?" tanya Boris lagi."Tuan Arjuna sedang membersihkan dirinya. Oh ya, Asisten Boris. Jika Anda membutuhkan jasa saya lagi, jangan segan-segan untuk menghubungi saya. Saya sangat menunggu kerja sama selanjutnya dengan Tuan Muda Arjuna," seru Cindy penuh harap."Cih! Percaya diri sekali Anda?" sindir Boris."Ya saya harus percaya diri Asisten Boris, agar jas
Dari kejauhan, tepatnya masih di dalam mobil, Arjuna dapat melihat, jika kedua keponakannya sedang bercengkrama dengan seorang wanita muda yang sangat cantik parasnya. Sepertinya dia sedikit terpesona dengan wajah gadis itu yang begitu sangat unik.Namun dalam hatinya, Arjuna segera berkata,"Ingat Juna, wanita di mana-mana sama saja! Tidak ada satu perempuan pun yang tulus di dunia ini!" serunya dari dalam hatinya."Tunggu di sini, Boris. Saya akan menjemput anak-anak," ucap Arjuna.Namun sang asisten tidak menjawab perkataan dari Arjuna. Pemuda itu ternyata sedang asyik melihat ke arah gadis cantik yang sedang bercengkerama dengan Asher dan Ayin."Cih! Dasar! Woi Boris! Lo dengar nggak gue ngomongnya?" hardik Arjuna keras."Siap, Bos! Maaf, saya terkesima dengan seorang bidadari cantik," ujar Boris sambil terus memandang ke arah gadis cantik itu.Tanpa basa-basi dan pikir panjang lagi, Boris ke luar dari mobil dan berjalan menghampiri ketiganya."Woi! Boris! Lo mau ke mana?" kesal A
Asher dan Ayin langsung lihat-lihatan sambil tersenyum. Rencana mereka sepertinya berhasil menjauhkan Asisten Boris dari Miss Jane."Ha-ha-ha! Rasain Lo, Boris! Lo ngeyel sih dibilangin!" ejek Arjuna kepada asistennya."Iya, Bos. Mulai sekarang saya percaya dengan semua yang Anda katakan," sahutnya lesu."Untuk Ayin dan Asher, bagaimana kalau kita hang out ke mall?" ujarnya kepada kedua keponakannya."Benaran nih, Uncle?" sahut keduanya serentak.Namun dengan lesu Ayin berkata,"Aku nggak jadi ikut deh. Papi pasti nggak akan memberi izin jika kita main ke mall. Papi maunya kita belajar yang giat.""Aku tetap mau ikut Uncle, ke mall." Asher sepertinya mulai mewarisi sifat keras kepala dari Arjuna.Kedua pria beda generasi itu memang bagaikan pinang dibelah dua, sangat serasi terutama dari sifat-sifat mereka. Berbeda jauh dengan Ayin yang sangat patuh kepada kedua orang tuanya."Nah! Ini baru keponakan, Uncle! Asher Levin, you are the best!" puji Arjuna kepada keponakannya."Ayin, kamu
Sementara itu, Ayin merenung sejenak di depan berbagai pilihan rasa es krim yang terpampang di hadapannya saat ini."Aku pikir ... Aku akan mencoba sesuatu yang berbeda kali ini. Es krim strawberry terdengar menyegarkan," ucap Ayin dengan senyum lembut.Uncle Arjuna mengangguk setuju, "Pilihan yang bagus, Ayin. Strawberry pasti akan memberikan sentuhan manis yang istimewa."Setelah memesan es krim sesuai pilihan masing-masing, mereka pun duduk di kursi yang nyaman di area gerai es krim itu. Asher dengan cepat menyelupkan sendok ke dalam es krim coklatnya dan langsung mencicipi."Ini enak sekali, Uncle Arjuna! Terima kasih banyak, telah mengajak kami ke sini," ujar Asher dengan mata berbinar.Ayin juga mencicipi es krim strawberry-nya dan mengatakan,"Rasa strawberry ini begitu alami dan segar. Aku senang mencoba sesuatu yang baru." Uncle Arjuna tersenyum melihat keceriaan di wajah kedua keponakannya.Mereka pun mulai berbagi cerita tentang pengalaman di Time Zone tadi."Asher, apa per
Sementara itu, Uncle Arjuna mencari buah melon yang matang dan lezat. "Kita ambil satu melon yang besar untuk Oma dan Opa. Uncle yakin mereka akan menyukainya," ujarnya sambil memilih dengan cermat.Dalam perjalanan mencari buah, mereka tertarik dengan variasi buah lainnya. Uncle Arjuna menunjuk pada beberapa buah eksotis dan menjelaskan kepada Ayin dan Asher tentang keunikan dan kelezatan masing-masing buah. Percakapan ceria terdengar di antara ketiganya, sambil memilih dan berdiskusi tentang buah-buah yang telah mereka pilih.Setelah keranjang terisi penuh dengan berbagai buah segar, mereka lalu melangkah menuju kasir. Kasir dengan ramah menyambut ketiganya dan membantu proses pembayaran. "Semoga Oma dan Opa suka dengan pilihan buah segar ini," ujar Uncle Arjuna sambil membayar.Ketika ke luar dari toko buah, mereka membawa keranjang penuh buah dengan senyuman kepuasan. "Oma dan Opa pasti senang dengan hadiah ini. Mari kita bawa pulang dan berbagi kebahagiaan dengan mereka," uca