Share

BAB. 2 Waktunya Makan Siang

Arjuna baru saja selesai mandi, pemuda itu segera mengganti baju kerjanya dengan pakaian yang baru.

Dia tidak pernah memakai lagibpakaian yang pernah dirinya pakai saat bermain dengan para wanita bayarannya.

Arjuna merasa jijik sendiri, dan itu telah menjadi kebiasaannya sejak dulu.

Pintu ruang kerjanya diketuk dari luar, dari balik pintu Boris, sang asisten muncul dengan membawa satu kotak makan siang untuk Arjuna.

"Selamat siang, Bos. Waktunya Anda untuk makan siang," ujar Boris lalu meletakkan beberapa kotak makan siang tersebut di atas meja.

"Baiklah, Boris. Anda tahu selera, saya." jawab Arjuna lalu duduk sambil memainkan ponselnya.

"Siap, Bos. Tunggu sebentar, saya akan mempersiapkan makan siang untuk Anda," tuturnya.

Boris memastikan jika meja telah bersih dan rapi. Dia pun siap memulai tugasnya untuk mempersiapkan makan siang spesial untuk Bos Arjuna.

Arjuna, sebagai seorang pemimpin perusahaan yang disegani, memiliki selera makan yang unik, dan Boris tahu betul bagaimana memenuhi preferensi selera makan atasannya.

Dengan hati-hati, Boris membuka tas bawaannya yang berisi berbagai bahan makanan segar. Dia meletakkan potongan-potongan sayuran warna-warni di atas meja, menciptakan panggung yang indah untuk hidangan spesial ini. Makanan organik dan hidangan khas menjadi prioritas untuk memastikan kepuasan Arjuna.

Sambil mempersiapkan hidangan utama, Boris memikirkan cara untuk menyajikan hidangan dengan tata letak yang menarik. Dia merancang komposisi makanan dengan presisi seniman, memastikan setiap hidangan mencerminkan kelas dan keahlian kuliner yang tinggi. Setiap sentuhan detail menjadi penting, seolah-olah Boris sedang membuat karya seni kuliner.

Selain hidangan utama, Boris juga memperhatikan makanan pembuka dan penutup. Pria itu menyusun hidangan dengan kombinasi rasa yang sempurna, menggabungkan elemen manis, asam, asin, dan pedas. Setiap suap akan menjadi pengalaman kuliner yang tak terlupakan bagi Bos Arjuna.

Ketika susunan makan siang mulai terbentuk dengan indah, Boris terus menyusunnya dengan hati-hati ke di atas meja. Dia memeriksa kembali setiap detail untuk memastikan bahwa tidak ada yang terlewat. Kebersihan dan estetika dari makanan tersebut adalah kunci utama, dan Boris meyakinkan dirinya bahwa segalanya berada pada tingkat yang memuaskan.

Dengan penuh kebanggaan, Boris telah menyusun semua makan siang tersebut ke atas meja. Dia telah menempatkannya di atas meja dengan penuh ketelitian, siap untuk memastikan pengalaman makan siang dari Bos Arjuna menjadi tak terlupakan. Setiap elemen dari persiapan ini mencerminkan dedikasi dan keahlian Boris sebagai asisten pribadi yang berkomitmen.

Setelah Boris memastikan semuanya telah tersedia dengan baik. Dia pun lalu berkata kepada Arjuna.

"Tuan Muda, makan siang untuk Anda telah saya sajikan dengan sempurna.

"Baik, Boris." sahutnya singkat.

Bos Arjuna telah duduk di meja makan yang dipersiapkan oleh asistennya, Boris. Aroma lezat memenuhi ruangan itu seiring dengan kehadiran hidangan yang sungguhmenggugah selera.

Sambil tersenyum, Arjuna berkata,

"Boris, ini luar biasa. Kamu benar-benar tahu selera saya."

"Terima kasih, Bos. Saya senang bisa membuat Anda puas," sahut Boris senang.

Arjuna merasakan kelezatan hidangan yang disajikan. Rasa daging yang empuk dan rempah-rempah yang meresap begitu sempurna.

Arjuna tersenyum lebar, sembari berkata,

"Kamu benar-benar memiliki keahlian di dapur, Boris. Ini mungkin salah satu hidangan terbaik yang pernah saya makan."

Boris tersenyum bangga,

"Saya senang Anda menyukainya, Bos. Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Anda."

Sambil menikmati setiap suapan, Arjuna memuji lagi.

"Rasanya seperti saya sedang makan di restoran bintang lima. Bagaimana kamu bisa begitu mahir memasak?"

Boris lagi-lagi tersenyum,

"Saya belajar dengan rajin, Bos. Tentu saja, selalu memperhatikan preferensi makanan Anda."

Arjuna mengangguk setuju,

"Kamu sungguh mengagumkan, Boris. Ini membuat hari saya jadi lebih baik." ujarnya lagi.

Sejenak Arjuna melupakan kekesalannya kepada Dona karena menyentuh tubuh nya dengan sembarangan.

Sementara Arjuna asyik dengan hidangannya, Boris tetap memperhatikan setiap reaksi atasannya.

"Tuan Muda, saya senang Anda menikmati makan siang kali ini. Apakah ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Boris.

Arjuna meneguk minuman, seraya berkata,

"Semuanya sempurna. Terima kasih, Boris."

"Ini kehormatan bagi saya. Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Anda." ujar Boris lagi.

Setelah makan siang, Arjuna memberi isyarat tanda kenyang. Ternyata sang bos menghabiskan semua hidangan yang dipersiapkan oleh Boris.

Ternyata selain menjadi asisten, Boris juga merangkap sebagai chef pribadi dari Arjuna. Pria itu sangat pemilih dalam makanan.

Arjuna lalu melangkah menuju ke kursi kebesarannya. Dia melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Lalu tiba-tiba Boris ingat dengan ekspresi Dona, klien tetap sang bos yang menangis saat meninggalkan ruangan Arjuna.

"Maaf, Bos. Jika saya lancang bertanya, kenapa Nona Dona menangis tadi?" seru Boris yang penasaran.

"Cih! Apa pedulimu jika Dona menangis?" sergah Arjuna kepada asistennya.

"Maaf, Bos. Saya hanya ingin bertanya. Tidak ada maksud apa-apa," tukas Boris lagi.

"Ha-ha-ha! Jangan-jangan Lo naksir Dona, ya? Jujur Boris. Gue bisa jadi Mak comblang buat Lo untuk mendapatkan Dona."

"Apaan sih, Bos. Nggak lah, saya masih menunggu perempuan suci yang dikirimkan Tuhan sebagai jodoh saya, kelak. Tadi saya hanya penasaran saja, biasanya Nona Dona ke luar dari kantor Anda dengan wajah berseri-seri. Tapi tadi malah sebaliknya," seru

"Ha-ha-ha! Lo jangan terlalu naif begitu, Boris. Zaman sekarang perempuan itu dimana-mana sama saja! Hanya butuh harta dan tahta. Tidak ada yang benar-benar tulus mencintai! Semua hanya omong kosong belaka!" kesal Arjuna sambil menatap tajam ke arah Boris.

"Maaf, Bos. Jika saya menyinggung Anda," seru Boris takut.

"Makanya, jangan banyak tanya! Gue tidak suka Lo mencampuri urusan pribadi gue! Ingat itu!" tegas Arjuna.

"Sekali lagi maaf, Bos."

"Sudah, lupakan! Carikan kepada saya perempuan bayaran lain! Cek semua kondisi kesehatannya. Saya tidak mau yang sakit-sakitan. Namun pastikan mereka sangat lihai di atas ranjang! Kamu pasti sudah tahu, saya tidak suka yang masih perawan!" ketus Arjuna kepada asistennya.

"Siap, Tuan Muda! Anda butuh berapa orang?" tanya Boris.

"Saya butuh dua orang wanita. Pastikan keduanya mengetahui segala persyaratan dan peraturan selama bermain panas dengan saya. Jabarkan semua yang tidak boleh mereka langgar!" ujar Arjuna lagi memastikan semuanya.

"Siap, Bos! Laksanakan! Saya pastikan Anda mendapatkan yang terbaik," sahut Boris lagi.

"Bagus!"

"Tapi, Bos. Kapan Anda membutuhkan keduanya?" tanya Boris lagi.

"Akhir minggu ini, di tempat biasa!" ujar Arjuna lalu bersiap-siap ke luar dari ruang kebesarannya.

"Bos, Anda mau ke mana?"

"Gue mau cabutlah! Gue menyetir sendiri saja!"

"Tapi, Bos. Anda ada meeting penting untuk sore ini," tutur Boris mengingatkan sang atasan.

"Cih! Batalkan semua! Gue punya urusan penting!" seru Arjuna tak suka diatur-atur oleh asistennya.

"Tapi, Bos. Meeting sore ini juga dihadiri oleh Tuan Muda Erlan." tegur Boris lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status