Di depan sebuah hotel bintang lima,
"Bos, waktu Anda hanya ada satu jam dari sekarang. Satu jam berikutnya, Anda harus telah berada di tempat les Tuan Muda Asher dan Nona Muda Ayin," ucap Boris mengingatkan. "Beres! Lo tenang saja! Ini akan dilakukan dengan cepat! Apa Lo yakin sudah mengatakan semua prosedur dari gue kepada wanita itu?" "Semua sudah saya jelaskan, Bos. Sampai ke detail terkecil," tutur Boris. "Perempuan itu sudah tidak perawan, bukan?" ujar Arjuna memastikan. "Semua sesuai request Anda, Bos!" ujar Boris lagi. "Good! Lo tunggu di lobi. Gue akan melakukannya dengan cepat!" Setelah mengatakan itu, Arjuna pun ke luar dari dalam mobil lalu melangkah ke dalam hotel. Setelah menyebutkan nomor kamar yang dirinya booking kepada resepsionis, Arjuna pun masuk ke dalam lift, menuju ke lantai tempat kamar itu berada. Arjuna ke luar dari dalam lift dan mulai melangkah menuju ke dalam kamar tersebut. Setelah dia masuk, Arjuna langsung disambut dengan seorang wanita seksi yang berpakaian sangat mini. "Selamat datang, Bos. Nama saya, Cindy." sapa wanita itu. "Baik, Cindy. Anda sudah tahu semua hal-hal yang tidak saya sukai?" tanya Arjuna memastikan. "Saya sudah tahu semua, Bos." ujar Cindy. "Okay, let's see!" tutur Arjuna lalu mulai membuka bajunya. Dada bidang milik pria itu membuat pandangan Cindy terpaku. Roti sobek yang berjumlah enam, bertengger kokoh di sana. Membuat wanita itu semakin terkesima dibuatnya. Ingin rasanya Cindy menjamahnya namun dia tidak mau melanggar peraturan saat berhubungan ranjang dengan Arjuna. Pria itu tidak mau jika para wanita bayaran itu menyentuh bagian tubuhnya yang lain selain alat tempurnya. Sementara Arjuna bebas menyentuh bagian tubuh wanita bayaran pilihannya. Demikianlah peraturan dari Arjuna yang tidak bisa dilanggar oleh siapapun. Tentu saja Cindy tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Arjuna adalah klien termahal yang membayarnya dengan sangat tinggi. Pastinya wanita itu tidak akan menyia-nyiakan semuanya. "Lakukan dengan cepat, Cindy! Waktu ku hanya satu jam, setelah ini aku punya urusan penting!" tegas Arjuna. Pria itu lalu menghadapkan alat tempurnya tepat di depan wajah Cindy. Kemudian dengan sigap wanita itu mulai memainkan king kobra milik Arjuna dengan sangat lihai. Awalnya Cindy mengelus-elus kepala king kobra itu, lidahnya juga mulai menjilati dua bola ajaib yang begitu sangat menggoda batinnya. "Akh!" Permainanmu sangat lihai, Cindy! Aku sangat suka!" puji Arjuna ditengah-tengah aktivitas panasnya. Puas memainkan king kobra milik sang pria dengan kelihaian jari-jarinya yang lentik, tiba saatnya Cindy memasukkan senjata pamungkas milik Arjuna ke dalam mulutnya. Awalnya Cindy melakukannya dengan lambat, dia menjilat ujungnya dengan seksama. Kemudian gadis itu pun mengisap ujungnya tapi tidak terlalu keras. Sehingga Arjuna semakin merasa melayang dibuatnya. Untuk menambah sensasi yang lebih panas lagi, Cindy memutar tangannya dari pangkal alat tempur Anjuna, kemudian dia mengisap ujungnya dengan lembut. "Akh! Do it again!" ucap Arjuna ditengah sensasi yang semakin membara dari dalam tubuhnya. Lalu dengan penuh kehati-hatian wanita bayaran itu memasukkan king kobra milik Arjuna sejauh mungkin ke dalam mulutnya. Yang semakin membuat Arjuna merasakan nikmat yang tiada tara. Ketika mulut Cindy sedang sibuk bermain dengan senjata perkasa, milik Arjuna. Dia pun memegang dengan lembut bola-bola ajaib yang menggantung sempurna untuk memberikan kesenangan tambahan bagi Arjuna. Sesekali Cindy mengisapnya dengan lembut dan memberikan sensasi seperti sedikit menarik-narik. "Okh! Perfecto!" puji Arjuna lagi kepada wanita bayaran itu. Agar Arjuna tetap merasakan kenikmatan yang luar biasa, Cindy melakukan perubahan kecepatan memainkan alat tempur milik sang pri agar tidak monoton. wanita itu memulainya dengan gerakan lambat hingga sedikit cepat dan konsisten. Kemudian Cindy memberikan sensasi dengan gerakan yang sangat cepat dan dia menambahkan lenguhan yang menggoda. Yang membuat Arjuna semakin terlena dengan permainan panas wanita itu. Ketika wanita itu mulai lelah dengan bergerak naik dan turun, dia pun melakukan jilatan-jilatan yang nakal. Lidah Cindy yang nakal mulai memutari kepala king kobra tersebut dan menjilatnya dari atas sampai ke bawah layaknya menjilat sebuah es krim. Gerakan Cindy kembali cepat. Arjuna juga ikut membantu mendorong ke luar dan masuk alat tempurnya dalam rongga mulut sang wanita. Gerakan maju mundur itu semakin cepat dan sangat cepat. Sampai disatu ketika, "Argggghh!" Cairan kenikmatan milik Arjuna memenuhi area di dalam mulut Cindy. Tidak memberi jeda sedikit pun, Arjuna lalu merobek gaun mini milik Cindy dan menjatuhkan tubuh wanita itu ke atas kasur empuk yang ada di dalam kamar hotel itu. Arjuna segera memasukkan alat tempurnya dengan sangat sempurna di dalam liang kenikmatan milik Arjuna. Setelah sebelumnya pria itu memakai pengaman yang menyarungi alat tempurnya yang besar dan panjang itu. "Ah ... Oh! Bos Arjuna!" jerit Cindy di bawah Kungkungan tubuh pria itu. Sang wanita terlihat sibuk meremas kain sprei karena terbuai dengan permainan liar dari Arjuna yang menghujam dalam-dalam gua pribadinya. "Ssssshh," desis Cindy tak tertahankan. "Balikkan tubuhmu! Aku ingin memasukimu dari arah belakang!" perintahnya kepada Cindy, lalu mencabut alat tempurnya yang telah tegak berdiri itu. Ada rasa kecewa di hati Cindy, saat Arjuna mencabut king kobranya dari liang kenikmatannya. Dia pun segera mengikuti perintah Arjuna. Cindy segera membelakangi tubuh Arjuna. Wanita itu terlihat sudah tak sabar untuk menikmati kembali goyangan mematikan milik Arjuna. "Ah ... oh! Mmmmphh!" desahnya semakin panas. Apalagi saat ini tangan Arjuna menyentuh kedua bukit kembar miliknya yang begitu besar. Jari-jari pria itu sedang sibuk memilin-milin aset pribadi milik Cindy, yangmembuat sensasi semakin terbakar dirasakan olehnya. Berbagai gaya berkuda, mereka lakoni berdua. Ternyata Cindy sangat patuh. Tidak pernah sekalipun wanita itu menyentuh bagian tubuh Arjuna. Tidak seperti Dona yang nakal dan ingin menggodanya. Ditengah genjotan demi genjotan itu, Arjuna melirik arlojinya. Tinggal dua puluh menit lagi waktunya untuk melakukan aktivitas memuaskan hasratnya. Arjuna pun semakin mempercepat gerakannya. "Uh! Ah! Bos Juna! Sungguh nikmat! Faster!" teriak Cindy tak tertahankan. Namun disaat Cindy sedang menikmati goyangan cepat itu. Lagi-lagi Arjuna mencabut king kobranya lalu berkata, "Sekarang giliran mu, Cindy! Lakukan sampai aku mencapai pelepasan. Waktu mu dua puluh menit dari sekarang. Aku akan membayar mu lebih. Jika kamu tepat waktu." "Beres, Bos!" Cindy pun mulai naik ke atas tubuh Arjuna. Dia pun mulai melakukan gerakan naik turun dan memutar. Semua keahlian woman on top yang dirinya kuasai dia lakoni dengan sempurna. Tentu saja sang wanita tergiur dengan bayaran mahal yang dijanjikan oleh Arjuna kepadanya. "Argggghh!" Akhirnya tepat waktu sesuai kemauan Arjuna, dia mendapatkan pelepasannya. Pria itu lalu bangkit berdiri, dan melepas sarung yang melindungi alat tempurnya. Yang telah dipenuhi cairan miliknya. Dia mengikat alat pelindung itu lalu membuangnya di dalam tong sampah. Kemudian Arjuna pun melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. "Bayaranmu akan segera saya transfer! Ke luar dari kamar ini secepatnya yang kamu bisa! Terima kasih ataskerja samanya!" ujar Arjuna dingin lalu benar-benar masuk ke dalam kamar mandi. "Siap, Bos! Kapan Anda membutuhkan jasa saya. Saya akan siap melayani Anda dengan sempurna!" tekad Cindy. Lalu memakai bajunya kembali dan segera ke luar dari dalam kamar hotel itu.Di sebuah lobi hotel, Boris terlihat berjalan mondar-mandir menunggu kemunculan Arjuna dari dalam lift. Pasalnya, saat ini telah tiba waktunya untuk menjemput kedua keponakan sang atasan.Boris melirik ke arah lift sesaat setelah terbuka, namun yang ke luar bukannya Arjuna. Melainkan Cindy yang terlihat beberapa kali menyeka keringat yang mengucur di kedua pelipisnya. Sisa-sisa sensasi panas yang dirinya rasakan saat bermain kuda-kudaan di atas ranjang bersama Arjuna."Lho, kok Anda yang muncul? Tuan Arjuna, di mana?" ujar Asisten Boris penasaran."Saya disuruh turun duluan Asisten Boris," sahut Cindy."Terus ... Tuan Arjuna ke mana?" tanya Boris lagi."Tuan Arjuna sedang membersihkan dirinya. Oh ya, Asisten Boris. Jika Anda membutuhkan jasa saya lagi, jangan segan-segan untuk menghubungi saya. Saya sangat menunggu kerja sama selanjutnya dengan Tuan Muda Arjuna," seru Cindy penuh harap."Cih! Percaya diri sekali Anda?" sindir Boris."Ya saya harus percaya diri Asisten Boris, agar jas
Dari kejauhan, tepatnya masih di dalam mobil, Arjuna dapat melihat, jika kedua keponakannya sedang bercengkrama dengan seorang wanita muda yang sangat cantik parasnya. Sepertinya dia sedikit terpesona dengan wajah gadis itu yang begitu sangat unik.Namun dalam hatinya, Arjuna segera berkata,"Ingat Juna, wanita di mana-mana sama saja! Tidak ada satu perempuan pun yang tulus di dunia ini!" serunya dari dalam hatinya."Tunggu di sini, Boris. Saya akan menjemput anak-anak," ucap Arjuna.Namun sang asisten tidak menjawab perkataan dari Arjuna. Pemuda itu ternyata sedang asyik melihat ke arah gadis cantik yang sedang bercengkerama dengan Asher dan Ayin."Cih! Dasar! Woi Boris! Lo dengar nggak gue ngomongnya?" hardik Arjuna keras."Siap, Bos! Maaf, saya terkesima dengan seorang bidadari cantik," ujar Boris sambil terus memandang ke arah gadis cantik itu.Tanpa basa-basi dan pikir panjang lagi, Boris ke luar dari mobil dan berjalan menghampiri ketiganya."Woi! Boris! Lo mau ke mana?" kesal A
Asher dan Ayin langsung lihat-lihatan sambil tersenyum. Rencana mereka sepertinya berhasil menjauhkan Asisten Boris dari Miss Jane."Ha-ha-ha! Rasain Lo, Boris! Lo ngeyel sih dibilangin!" ejek Arjuna kepada asistennya."Iya, Bos. Mulai sekarang saya percaya dengan semua yang Anda katakan," sahutnya lesu."Untuk Ayin dan Asher, bagaimana kalau kita hang out ke mall?" ujarnya kepada kedua keponakannya."Benaran nih, Uncle?" sahut keduanya serentak.Namun dengan lesu Ayin berkata,"Aku nggak jadi ikut deh. Papi pasti nggak akan memberi izin jika kita main ke mall. Papi maunya kita belajar yang giat.""Aku tetap mau ikut Uncle, ke mall." Asher sepertinya mulai mewarisi sifat keras kepala dari Arjuna.Kedua pria beda generasi itu memang bagaikan pinang dibelah dua, sangat serasi terutama dari sifat-sifat mereka. Berbeda jauh dengan Ayin yang sangat patuh kepada kedua orang tuanya."Nah! Ini baru keponakan, Uncle! Asher Levin, you are the best!" puji Arjuna kepada keponakannya."Ayin, kamu
Sementara itu, Ayin merenung sejenak di depan berbagai pilihan rasa es krim yang terpampang di hadapannya saat ini."Aku pikir ... Aku akan mencoba sesuatu yang berbeda kali ini. Es krim strawberry terdengar menyegarkan," ucap Ayin dengan senyum lembut.Uncle Arjuna mengangguk setuju, "Pilihan yang bagus, Ayin. Strawberry pasti akan memberikan sentuhan manis yang istimewa."Setelah memesan es krim sesuai pilihan masing-masing, mereka pun duduk di kursi yang nyaman di area gerai es krim itu. Asher dengan cepat menyelupkan sendok ke dalam es krim coklatnya dan langsung mencicipi."Ini enak sekali, Uncle Arjuna! Terima kasih banyak, telah mengajak kami ke sini," ujar Asher dengan mata berbinar.Ayin juga mencicipi es krim strawberry-nya dan mengatakan,"Rasa strawberry ini begitu alami dan segar. Aku senang mencoba sesuatu yang baru." Uncle Arjuna tersenyum melihat keceriaan di wajah kedua keponakannya.Mereka pun mulai berbagi cerita tentang pengalaman di Time Zone tadi."Asher, apa per
Sementara itu, Uncle Arjuna mencari buah melon yang matang dan lezat. "Kita ambil satu melon yang besar untuk Oma dan Opa. Uncle yakin mereka akan menyukainya," ujarnya sambil memilih dengan cermat.Dalam perjalanan mencari buah, mereka tertarik dengan variasi buah lainnya. Uncle Arjuna menunjuk pada beberapa buah eksotis dan menjelaskan kepada Ayin dan Asher tentang keunikan dan kelezatan masing-masing buah. Percakapan ceria terdengar di antara ketiganya, sambil memilih dan berdiskusi tentang buah-buah yang telah mereka pilih.Setelah keranjang terisi penuh dengan berbagai buah segar, mereka lalu melangkah menuju kasir. Kasir dengan ramah menyambut ketiganya dan membantu proses pembayaran. "Semoga Oma dan Opa suka dengan pilihan buah segar ini," ujar Uncle Arjuna sambil membayar.Ketika ke luar dari toko buah, mereka membawa keranjang penuh buah dengan senyuman kepuasan. "Oma dan Opa pasti senang dengan hadiah ini. Mari kita bawa pulang dan berbagi kebahagiaan dengan mereka," uca
Setelah selesai makan, semuanya berkumpul di ruang keluarga. Berbincang-bincang santai sambil menikmati beberapa kue buah tangan dari Arjuna.Asher dan Ayin secara bergantian menceritakan pengalaman mereka menghabiskan waktu bersama Uncle Arjuna yang sungguh luar biasa."Juna, sudah waktunya kamu untuk menikah. Umurmu telah sangat matang untuk membina rumah tangga. Dua puluh delapan tahun menurut Opa adalah usia yang tepat untukmu memulai hubungan yang serius," tutur Opa Robi kepada sang cucu."Coba lihat sepupumu Erlan setelah menikah dan memiliki dua orang anak, hidupnya semakin teratur. Ada Mitha yang mengurus semua keperluannya," ucap sang opa lagi.Arjuna diam saja, pria itu malah terlihat sibuk dengan ponselnya. Dia sedang bertukar pesan dengan seseorang perihal rencana panasnya di malam minggu nanti."Benar kata Opa, Juna. Oma juga berharap secepatnya kamu dapat menikah dan membentuk keluarga yang harmonis," sergah Oma Rini penuh harap.Arjuna sama sekali tidak menggubris omong
Arjuna dan Darel akhirnya berpisah di parkiran bar. Sang sahabat segera masuk ke dalam mobilnya, sementara Arjuna memilih berjalan kaki sebentar untuk menghirup udara segar di Kota Jakarta malam ini.Arjuna mulai melangkah menyusuri trotoar jalanan Jakarta, perasaannya sangat kosong saat ini. Apalagi, dia ingat betul ancaman dari sepupunya, Erlan yang akan membongkar tentang kebiasaannya bermain wanita, jika Arjuna tidak mengenalkan seorang wanita di hadapan keluarga besarnya."Sial! Di mana aku akan mencari perempuan suci dan baik hati di zaman yang semakin edan ini!" gerutunya sendiri.Lalu tiba-tiba di depan matanya, Arjuna dapat melihat jika ada dua orang pria yang sedang menghadang seorang wanita. Sepertinya kedua pria itu ingin menyakitinya.Para pria tersebut mulai menyeret tubuh wanita itu di dalam sebuah gedung kosong yang agak jauh dari jalan utama. Melihat hal itu, Arjuna pun memutuskan untuk menolong sang gadis. Dia lalu mengikuti langkah mereka ke dalam sebuah gedung. Cah
Jane dan Aruna baru saja sampai di apartemen milik pria itu. Setelah memberitahukan nomor kunci apartemennya kepada sang gadis. Pintu apartemen pun terbuka, Jane lalu memapah tubuh kekar Arjuna dan meletakkannya di sofa yang ada di sana."Nona, tolong ambilkan air untukku," ujarnya kepada Jane."I ... iya, Tuan. Sebentar, ya?" seru Jane lalu melangkah menuju dapur untuk mengambil segelas air putih untuk Juna. Namun setelah Jane kembali dari dapur, dia tidak lagi melihat tubuh Arjuna yang sedang terbaring di sofa. Akan tetapi dari arah dalam kamar, Jane dapat mendengar suara orang yang sedang muntah-muntah.Jane lalu bergegas melangkah masuk ke dalam kamar Ajuna, namun dia tidak mendapati siapapun di sana. Ternyata suara tersebut berasal dari dalam kamar mandi. Jane meletakkan segelas air putih ke atas nakas, lalu berjalan menuju ke dalam kamar mandi."Tuan! Anda kenapa!" ujarnya lalu menghampiri Arjuna yang sedang terduduk di lantai toilet itu. Wajah Arjuna terlihat pucat dengan ma