Dari kejauhan, tepatnya masih di dalam mobil, Arjuna dapat melihat, jika kedua keponakannya sedang bercengkrama dengan seorang wanita muda yang sangat cantik parasnya. Sepertinya dia sedikit terpesona dengan wajah gadis itu yang begitu sangat unik.
Namun dalam hatinya, Arjuna segera berkata, "Ingat Juna, wanita di mana-mana sama saja! Tidak ada satu perempuan pun yang tulus di dunia ini!" serunya dari dalam hatinya. "Tunggu di sini, Boris. Saya akan menjemput anak-anak," ucap Arjuna. Namun sang asisten tidak menjawab perkataan dari Arjuna. Pemuda itu ternyata sedang asyik melihat ke arah gadis cantik yang sedang bercengkerama dengan Asher dan Ayin. "Cih! Dasar! Woi Boris! Lo dengar nggak gue ngomongnya?" hardik Arjuna keras. "Siap, Bos! Maaf, saya terkesima dengan seorang bidadari cantik," ujar Boris sambil terus memandang ke arah gadis cantik itu. Tanpa basa-basi dan pikir panjang lagi, Boris ke luar dari mobil dan berjalan menghampiri ketiganya. "Woi! Boris! Lo mau ke mana?" kesal Arjuna. "Bos, please. Saya sangat menyukai gadis itu, izinkan saya yang menjemput Tuan Muda Asher dan Nona Ayin. Cukup Anda tunggu kami di dalam mobil." Setelah berkata seperti itu, Boris lalu melangkah menuju ke gedung les piano itu. "Cih! Dasar Lo, Boris! Makan tuh cinta! Ntar juga Lo akan merasakan sakitnya kalau Perempuan itu ninggalin Lo!" sinis Arjuna. Pria itu pun membuka topi dan kacamata hitam yang tadi dirinya pakai. Arjuna pun memilih menunggu kedua keponakannya di dalam mobil. Sementara Boris semakin mendekati gedung les piano itu. Jane yang melihat seorang lelaki datang menghampiri mereka, segera menyapanya dengan sangat ramah, "Selamat sore, Tuan Arjuna. Anda datang ke sini untuk menjemput Asher dan Ayin?" ucap Jane sambil tersenyum ramah. Namun belum sempat pria itu angkat bicara. Asher malah menyela perkataannya. "Asisten Boris? Kok malah Anda yang menjemput kami? Uncle Juna, mana?" tanya Asher sambil menatap tak suka ke arah Asisten Boris. Karena sebenarnya, Asher, Ayin, dan Mami Mitha memiliki rencana untuk menjodohkan Uncle Arjuna dan Miss Jane. Namun sepertinya rencana mereka kali ini gagal total. Ayin juga ikut-ikutan menjadi cemberut melihat jika Asisten Boris yang menjemput mereka di tempat les piano. "Asisten Boris?" ucap Jane tak mengerti. "Maaf, Miss. Jika saya membingungkan, perkenalan nama saya, Boris. Saya Asistennya dari Bos Arjuna," sahutnya menjelaskan. "Oh ... iya, Asisten Boris." jawab Jane sambil tersenyum. "Asisten Boris, Anda belum menjawab pertanyaan kami. Uncle Juna, di mana? Bukannya Mami menyuruh Uncle untuk menjemput kami? Kok malah Anda yang datang?" Kali ini Ayin yang bertanya sambil menatap tajam ke arah Asisten Boris. Kedua bocah cerdas itu sepertinya harus menelan rasa kecewa karena Uncle Juna tidak datang menjemput mereka. Padahal mereka punya rencana jitu untuk menjodohkan Uncle Juna yang telah lama menjomlo dengan Miss Jane yang sangat cantik. "Maaf, Tuan Muda dan Nona Muda. Bos Juna ada kok di sana," seru Boris menunjukkan ke sebuah mobil mewah yang berwarna serba hitam. "Jadi Uncle Juna ada di dalam mobil? Tapi kok malah Anda yang datang ke sini untuk menjemput kami?" ujar Asher tak suka. "Eh ... itu, Bos Juna sedang sakit gigi. Pipinya bengkak sebelah. Makanya saya yang disuruh untuk menjemput Tuan Muda dan Nona Muda," sahut Boris sekenanya. Tentu saja pria itu tidak mau jika sang bos ke luar dari dalam mobil. Pastinya Jane akan terpesona dengan ketampanan Arjuna yang paripurna dan Boris pasti kalah pamor. "Ya sudah, Miss. Terima kasih telah mengajarkan anak-anak dengan baik hari ini. Kami permisi dulu. Oh ya ada pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Jadi ini kartu nama saya, siapa tahu dilain kesempatan bisa bertemu lagi dengan Miss Jane yang sangat cantik," tukas Boris lagi. "Terima kasih kembali, Asisten Boris," ujar Jane sambil mengambil kartu nama itu dari tangan sang asisten. "Waduh, Miss. Senyum Anda sangat manis, saya sungguhterpesona dengan keindahan senyuman Anda!" jujur Boris dari hatinya yang paling dalam. Ayin dan Asher semakin menatap tajam ke arah Asisten Boris pertanda jika keduanya tidak menyukai semua perkataan sang asisten yang berusaha menggoda Miss Jane. "Iya, terima kasih pujiannya. Tapi sebaiknya Anda mengantar Asher dan Ayin untuk pulang. Hari sudah semakin sore. Saya juga punya jadwal untuk les berikutnya," tutur Jane. "Maaf, Miss Jane. Saya jadi keasyikan ngobrolnya. Kami permisi dulu." Lalu Boris pun menuntun Asher dan Ayin menuju mobil. "Cih! Gombal banget, sih!" ketus Asher. "Miss Jane itu sudah punya pacar! Anda jangan berani menganggu, ya!" Ayin ikut menambahkan. "Apa? Kaget Boris tak percaya. "Jadi ... Miss Jane sudah ada yang punya?" tutur Boris kecewa. "Yaiyalah! Makanya Anda jangan berani mengganggu Miss Jane lagi. Yang aku dengar pacar Miss itu sangat jago bela diri," tukas Asher mulai mengarang indah. "Bukan hanya jago bela diri, tapi juga sangat tampan dan kaya raya!" Ayin juga ikut mengarang indah demi agar Asisten Boris tidak menaruh hati kepada Miss kesayangan mereka. Ayin dan Asher sudah mengambil tekad bulat untuk mendukung Uncle Juna menjadi milik Miss Jane yang sangat cantik. Sementara Jane telah masuk kembali ke gedung les tersebut, sedang menunggu anak-anak les dijam berikutnya. Dia pun melihat kartu nama yang diberikan oleh Asisten Boris. Alangkah terkejutnya Jane saat melihat kartu nama itu. Nama yang tertera di sana bukanlah nama Boris. Melainkan nama orang lain, yaitu nama Arjuna Levin. Selaku CEO sebuah perusahaan besar di Jakarta. Jane tersenyum geli melihat kartu nama itu. Dia pun memasukkannya ke dalam dompetnya, siapa tahu saja suatu saat akan berguna baginya. Asher dan Ayin telah masuk ke dalam mobil. Mereka duduk berdampingan dengan Arjuna di bangku penumpang. Ayin dari tadi melihat pipi sang paman yang katanya sedang bengkak. Tapi dari pandangan gadis cilik itu, sepertinya Uncle Juna baik-baik saja. "Uncle, apakah benar gigi Uncle sedang sakit?" Asher yang penasaran langsung bertanya kepada sang paman. "Apa? Sakit gigi? Enak saja! Gigi Uncle masih sempurna begini. Lagian siapa yang mengatakan jika Uncle sedang sakit gigi?" tanya Juna kepada kedua keponakannya. Walaupun pria itu tahu jika Boris lah yang mengatakan semua itu demi untuk mendekati guru les piano keponakannya. "Tuh! Asisten Boris yang mengatakan jika Uncle sedang sakit gigi. Bahkan Asisten Boris mengatakan jika pipi Uncle bengkak sebelah," kesal Ayin melaporkan semua perkataan sang asisten. "Apa? Pipi Uncle bengkak sebelah?" ujar Juna pura-pura terkejut. "Boris! Lo kalau mau mengarang gue lagi sakit, yang elit dikit dong! Masa bilangnya sakit gigi? Kok nggak sekalian saja bilang gue lagi diare akut?" "Ma ... maaf, Bos. Saya mengaku salah." seru Boris dengan nada kecewa dan wajah yang murung. "Kenapa tuh, wajah?" tanya Arjuna kepada asistennya. "Ternyata dia sudah ada yang memiliki, Bos. Cintaku bagaikan bunga yang layu sebelum berkembang," sedih Boris.Asher dan Ayin langsung lihat-lihatan sambil tersenyum. Rencana mereka sepertinya berhasil menjauhkan Asisten Boris dari Miss Jane."Ha-ha-ha! Rasain Lo, Boris! Lo ngeyel sih dibilangin!" ejek Arjuna kepada asistennya."Iya, Bos. Mulai sekarang saya percaya dengan semua yang Anda katakan," sahutnya lesu."Untuk Ayin dan Asher, bagaimana kalau kita hang out ke mall?" ujarnya kepada kedua keponakannya."Benaran nih, Uncle?" sahut keduanya serentak.Namun dengan lesu Ayin berkata,"Aku nggak jadi ikut deh. Papi pasti nggak akan memberi izin jika kita main ke mall. Papi maunya kita belajar yang giat.""Aku tetap mau ikut Uncle, ke mall." Asher sepertinya mulai mewarisi sifat keras kepala dari Arjuna.Kedua pria beda generasi itu memang bagaikan pinang dibelah dua, sangat serasi terutama dari sifat-sifat mereka. Berbeda jauh dengan Ayin yang sangat patuh kepada kedua orang tuanya."Nah! Ini baru keponakan, Uncle! Asher Levin, you are the best!" puji Arjuna kepada keponakannya."Ayin, kamu
Sementara itu, Ayin merenung sejenak di depan berbagai pilihan rasa es krim yang terpampang di hadapannya saat ini."Aku pikir ... Aku akan mencoba sesuatu yang berbeda kali ini. Es krim strawberry terdengar menyegarkan," ucap Ayin dengan senyum lembut.Uncle Arjuna mengangguk setuju, "Pilihan yang bagus, Ayin. Strawberry pasti akan memberikan sentuhan manis yang istimewa."Setelah memesan es krim sesuai pilihan masing-masing, mereka pun duduk di kursi yang nyaman di area gerai es krim itu. Asher dengan cepat menyelupkan sendok ke dalam es krim coklatnya dan langsung mencicipi."Ini enak sekali, Uncle Arjuna! Terima kasih banyak, telah mengajak kami ke sini," ujar Asher dengan mata berbinar.Ayin juga mencicipi es krim strawberry-nya dan mengatakan,"Rasa strawberry ini begitu alami dan segar. Aku senang mencoba sesuatu yang baru." Uncle Arjuna tersenyum melihat keceriaan di wajah kedua keponakannya.Mereka pun mulai berbagi cerita tentang pengalaman di Time Zone tadi."Asher, apa per
Sementara itu, Uncle Arjuna mencari buah melon yang matang dan lezat. "Kita ambil satu melon yang besar untuk Oma dan Opa. Uncle yakin mereka akan menyukainya," ujarnya sambil memilih dengan cermat.Dalam perjalanan mencari buah, mereka tertarik dengan variasi buah lainnya. Uncle Arjuna menunjuk pada beberapa buah eksotis dan menjelaskan kepada Ayin dan Asher tentang keunikan dan kelezatan masing-masing buah. Percakapan ceria terdengar di antara ketiganya, sambil memilih dan berdiskusi tentang buah-buah yang telah mereka pilih.Setelah keranjang terisi penuh dengan berbagai buah segar, mereka lalu melangkah menuju kasir. Kasir dengan ramah menyambut ketiganya dan membantu proses pembayaran. "Semoga Oma dan Opa suka dengan pilihan buah segar ini," ujar Uncle Arjuna sambil membayar.Ketika ke luar dari toko buah, mereka membawa keranjang penuh buah dengan senyuman kepuasan. "Oma dan Opa pasti senang dengan hadiah ini. Mari kita bawa pulang dan berbagi kebahagiaan dengan mereka," uca
Setelah selesai makan, semuanya berkumpul di ruang keluarga. Berbincang-bincang santai sambil menikmati beberapa kue buah tangan dari Arjuna.Asher dan Ayin secara bergantian menceritakan pengalaman mereka menghabiskan waktu bersama Uncle Arjuna yang sungguh luar biasa."Juna, sudah waktunya kamu untuk menikah. Umurmu telah sangat matang untuk membina rumah tangga. Dua puluh delapan tahun menurut Opa adalah usia yang tepat untukmu memulai hubungan yang serius," tutur Opa Robi kepada sang cucu."Coba lihat sepupumu Erlan setelah menikah dan memiliki dua orang anak, hidupnya semakin teratur. Ada Mitha yang mengurus semua keperluannya," ucap sang opa lagi.Arjuna diam saja, pria itu malah terlihat sibuk dengan ponselnya. Dia sedang bertukar pesan dengan seseorang perihal rencana panasnya di malam minggu nanti."Benar kata Opa, Juna. Oma juga berharap secepatnya kamu dapat menikah dan membentuk keluarga yang harmonis," sergah Oma Rini penuh harap.Arjuna sama sekali tidak menggubris omong
Arjuna dan Darel akhirnya berpisah di parkiran bar. Sang sahabat segera masuk ke dalam mobilnya, sementara Arjuna memilih berjalan kaki sebentar untuk menghirup udara segar di Kota Jakarta malam ini.Arjuna mulai melangkah menyusuri trotoar jalanan Jakarta, perasaannya sangat kosong saat ini. Apalagi, dia ingat betul ancaman dari sepupunya, Erlan yang akan membongkar tentang kebiasaannya bermain wanita, jika Arjuna tidak mengenalkan seorang wanita di hadapan keluarga besarnya."Sial! Di mana aku akan mencari perempuan suci dan baik hati di zaman yang semakin edan ini!" gerutunya sendiri.Lalu tiba-tiba di depan matanya, Arjuna dapat melihat jika ada dua orang pria yang sedang menghadang seorang wanita. Sepertinya kedua pria itu ingin menyakitinya.Para pria tersebut mulai menyeret tubuh wanita itu di dalam sebuah gedung kosong yang agak jauh dari jalan utama. Melihat hal itu, Arjuna pun memutuskan untuk menolong sang gadis. Dia lalu mengikuti langkah mereka ke dalam sebuah gedung. Cah
Jane dan Aruna baru saja sampai di apartemen milik pria itu. Setelah memberitahukan nomor kunci apartemennya kepada sang gadis. Pintu apartemen pun terbuka, Jane lalu memapah tubuh kekar Arjuna dan meletakkannya di sofa yang ada di sana."Nona, tolong ambilkan air untukku," ujarnya kepada Jane."I ... iya, Tuan. Sebentar, ya?" seru Jane lalu melangkah menuju dapur untuk mengambil segelas air putih untuk Juna. Namun setelah Jane kembali dari dapur, dia tidak lagi melihat tubuh Arjuna yang sedang terbaring di sofa. Akan tetapi dari arah dalam kamar, Jane dapat mendengar suara orang yang sedang muntah-muntah.Jane lalu bergegas melangkah masuk ke dalam kamar Ajuna, namun dia tidak mendapati siapapun di sana. Ternyata suara tersebut berasal dari dalam kamar mandi. Jane meletakkan segelas air putih ke atas nakas, lalu berjalan menuju ke dalam kamar mandi."Tuan! Anda kenapa!" ujarnya lalu menghampiri Arjuna yang sedang terduduk di lantai toilet itu. Wajah Arjuna terlihat pucat dengan ma
Pukul enam pagi, Jane terbangun dengan perlahan, matanya meresapi keadaan sekitar. Ruangan yang asing baginya membuatnya sesaat menjadi bingung. Namun, kehadiran sofa di sampingnya mengembalikan ingatannya. Semalam, dia tidur di sana setelah pertolongan dari seorang pria misterius.Dengan hati yang penuh rasa syukur, Jane bangkit dari sofa dan melangkah menuju pintu dapur. Cahaya pagi menyinari ruangan dapur yang sederhana. Dia melihat pria yang tadi malam menyelamatkannya, masih tertidur di dalam kamarnya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Jane bergegas menuju ke dapur untuk memasak sarapan untuk pria itu.Di dapur yang penuh wangi rempah-rempah, Jane berdiri di depan kompor dengan semangat. Dia membuka lemari dapur pria itu dan menemukan semua bahan yang diperlukan untuk membuat nasi goreng. Terdapat beras, bawang merah, bawang putih, cabai, wortel, dan telur segar.Jane mulai memasak dengan gesit, mengukur beras dan memasukkannya ke dalam panci untuk direbus. Sementara beras sedang
Setelah beberapa saat dalam perjalanan, Jane akhirnya sampai di kediamannya, bersama Oma Ainur. Namun alangkah terkejutnya gadis itu saat mendapati pintu rumah telah terkunci dari luar. Pertanda tidak ada orang di dalam rumah.Namun Jane tidak putus asa. Dia segera membuka pintu rumah dengan kunci yang ada kepadanya. Gadis itu sangat berharap bisa melihat Oma Ainur masih berada di dalam rumah. Namun, saat dia membuka pintu, Jane tidak melihat Oma Ainur di ruang tamu seperti biasanya. Jane langsung merasa panik dan mencari-cari Oma Ainur di setiap sudut rumah."Oma Ainur? Oma Ainur, kamu ada di mana?" panggil Jane dengan nada khawatir. Tapi tidak ada jawaban. Jane merasa semakin cemas dan pikirannya mulai melayang ke berbagai kemungkinan buruk."Mungkin Oma Ainur ke luar sebentar?" gumam Jane dalam hati. Namun, dia tahu bahwa hari ini adalah jadwal Oma Ainur untuk menjalani sesi fisioterapi di rumah sakiti. Jane mencoba mengingat apa yang dikatakan Oma Ainur, jika sang nenek akan menun
Di malam yang tenang di pulau Bora-Bora, bungalow yang terletak di pinggir pantai itu menjadi saksi bisu dari momen yang sangat penting dalam kehidupan Jane dan Arjuna. Bulan bersinar terang, memantulkan cahaya ke permukaan air laut yang tenang, menciptakan suasana yang sangat romantis dan damai. Angin malam berhembus lembut, membawa aroma laut yang menyegarkan, sementara suara ombak yang tenang menghantam pantai menambah nuansa magis malam itu.Jane dan Arjuna telah menunggu momen ini sejak lama. Setelah pernikahan mereka yang indah dan penuh kebahagiaan, akhirnya keduanya tiba di tempat di mana mereka akan memulai babak baru dalam kehidupan Arjuna dan Jane sebagai pasangan suami istri. Bungalow tersebut didekorasi dengan elegan, dengan lilin-lilin yang menyala di sudut-sudut ruangan, memberikan cahaya hangat yang menyelimuti mereka berdua.Jane mengenakan gaun malam yang indah, berwarna putih lembut, melambangkan kemurniannya. Arjuna, dengan senyumnya yang menenangkan, menatap Jan
Perjalanan bulan madu Jane dan Arjuna dimulai dengan semangat dan antusiasme. Setelah menikah dalam sebuah acara resepsi yang indah dan megah, keduanya pun memutuskan untuk menghabiskan bulan madu mereka di salah satu destinasi paling eksotis di dunia yaitu di Kepulauan Bora-Bora, Polinesia Prancis. Destinasi ini terkenal dengan keindahan alamnya, pantai berpasir putih, dan air laut yang jernih. Minggu pagi yang cerah di Jakarta saat ini, Jane dan Arjuna tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan penuh semangat. Tak lupa keduanya memeriksa tiket dan bagasi sebelum menikmati secangkir coklat panas sambil menunggu penerbangan mereka. Penerbangan pertama mereka adalah menuju Bandara Internasional Los Angeles (LAX) dengan maskapai penerbangan internasional.Jane pun lalu berkata,"Mas Juna aku sungguh tidak sabar untuk melihat Bora-Bora. Aku sudah mencari tahu tentang tempat itu melalui media online, pantainya sangatlah indah.""Aku juga, Sayang. Ini akan menjadi perjalanan yan
Di sebuah apartemen yang terletak di salah sudut Kota Jakarta, Nola duduk sendirian di sofanya. Layar televisi di depannya menayangkan siaran langsung resepsi pernikahan antara Arjuna Levin dan Jane Calista Cintania. Ballroom hotel bintang lima itu tampak megah, penuh dengan tamu yang berbahagia. Nola menatap layar dengan perasaan campur aduk. Nola ingat betul masa-masa ketika dia dan Arjuna sering bertemu diam-diam. Mereka adalah partner ranjang, namun bagi Nola, Arjuna lebih dari sekadar itu. Meski tahu bahwa hubungannya dengan Arjuna tidak memiliki masa depan, Nola tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa sesuatu yang lebih. Kini, melihat Arjuna menikah, hatinya merasa kosong tapi wanita itu juga merasa lega.Nola menarik napas panjang dan tersenyum tipis. "Aku ikut berbahagia untukmu, Bos Arjuna," bisiknya pada layar televisi. "Semoga Anda dan Nona Jane bahagia selalu."Di tempat lain, di sebuah apartemen yang lebih modern dan mewah, Dona dan Cindy, mantan partner ranjang Arj
Ballroom mewah di hotel bintang lima di kawasan Jakarta Pusat tampak berkilauan oleh gemerlap lampu kristal yang memancarkan kemegahan. Suasana malam itu penuh dengan keceriaan dan kebahagiaan, ketika Arjuna Levin dan Jane Calista Cintania merayakan hari pernikahan mereka. Para tamu yang hadir tampak berbaur, mengobrol, dan menikmati sajian yang telah disiapkan dengan cermat.Tamu-tamu yang datang tidak hanya dari kalangan keluarga, akan tetapi juga kolega bisnis dan sahabat dekat kedua mempelai. Tuan Rahez dan istrinya, Nyonya Zemi, terlihat sedang berbincang dengan Tuan Edward dan Nyonya Zuri di salah satu sudut ballroom. Sementara itu, Tuan Gideon dan Nyonya Septin duduk bersama di meja yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Di sisi lain ruangan, Farah dan suaminya, Peter, terlihat sedang tertawa bersama Jane yang tampak anggun dalam gaun pengantinnya. Jane, dengan senyuman manisnya, tampak bahagia dikelilingi oleh orang-orang terdekatnya. Farah, sahabat Jane sejak lama, meng
Pada suatu malam, suasana di rumah baru Arjuna dan Jane sangat hangat dan penuh kebahagiaan. Mereka baru saja pindah ke rumah yang baru yang telah dipersiapkan oleh Arjuna untuk istrinya, Jane. Kini rumah megah itu menjadi saksi berkumpulnya keluarga besar mereka untuk pertama kalinya. Malam ini istimewa, bukan hanya karena seluruh keluarga berkumpul, akan tetapi juga karena semua akan membicarakan tentang detail resepsi pernikahan Arjuna dan Jane yang akan dilangsungkan minggu depan.Di ruang makan yang besar dan elegan, hidangan mewah tersaji di atas meja panjang yang dihiasi oleh bunga-bunga segar. Aroma makanan menggoda, dari roasted chicken, beef wellington, hingga berbagai macam hidangan penutup yang menggiurkan. Di tengah-tengah ruangan, lampu gantung kristal berkilauan menambah keanggunan suasana malam itu.Opa Robi dan Oma Rini, orang tua dari Papi Fred, duduk di sisi kiri meja. Mereka tampak gembira dan penuh semangat, berbicara dengan cucu-cucunya. Opa Robi, dengan kemeja
Malam itu, suasana begitu tenang di sebuah perumahan elit yang berlokasi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Pohon-pohon rindang yang berbaris rapi di sepanjang jalan utama menambah kesan sejuk dan nyaman. Jane sedang duduk di teras rumah, menikmati angin malam yang semilir. Matahari telah terbenam sepenuhnya, namun suasana hatinya masih diselimuti kegembiraan setelah kejutan spesial untuk Oma Ainur yang diberikan oleh suaminya, Arjuna, tadi pagi.Namun, Jane tidak menyangka bahwa Arjuna memiliki kejutan lain yang tak kalah mengejutkan. Pria tampan dan kaya raya itu datang menghampirinya dengan senyum yang penuh arti."Sayang, ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu," ucap Arjuna sambil mengulurkan tangannya.Jane menerima uluran tangan suaminya dengan penasaran. Mereka berjalan beriringan menuju sebuah rumah besar yang berdiri megah di samping rumah pribadi Oma Ainur, yang juga merupakan pemberian Arjuna. Jane memperhatikan rumah itu dengan seksama, merasa ada yang istimewa dengan
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, kondisi kesehatan Oma Ainur semakin membaik dan dokter pun memberikan izin untuk pulang. Namun, yang tidak disangka oleh Oma Ainur adalah bahwa cucu menantunya, Arjuna, telah menyiapkan sebuah kejutan besar untuknya.Arjuna dan Jane segera membawa Oma Ainur ke sebuah rumah yang baru. Rumah tersebut terletak di lingkungan yang tenang dan asri, jauh dari kebisingan kota. Ketika mereka tiba, Oma Ainur tertegun melihat rumah megah dengan taman yang luas dan tertata rapi.“Ini … rumah siapa, Jane?” tanya Oma Ainur dengan wajah penuh keheranan.Arjuna tersenyum dan menggenggam tangan Oma Ainur. “Ini rumah baru Oma. Kami ingin Oma tinggal di tempat yang lebih nyaman dan tenang,” jawabnya dengan lembut.Jane, yang berdiri di samping Arjuna, menambahkan,“Kami ingin Oma mendapatkan perawatan terbaik dan merasa nyaman di masa pemulihan ini.” Jane ikut menimpali walaupun hatinya juga masih sangat kaget dengan semua yang telah dilakukan oleh Arjuna u
Keesokan harinya, kondisi kesehatan Oma Ainur berangsur-angsur mulai pulih. Kamar rumah sakit yang semula dipenuhi kekhawatiran kini dipenuhi rasa syukur dan harapan. Pagi itu, sinar matahari yang masuk melalui jendela memberikan kehangatan, seakan-akan menyampaikan pesan bahwa semuanya akan baik-baik saja.Oma Ainur duduk di tempat tidurnya, wajahnya lebih cerah dibandingkan hari sebelumnya. Dokter Diki baru saja selesai memeriksa tekanan darahnya."Bagaimana dengan kondisi Oma Ainur sekarang, Dokter?" tanya Jane, dengan nada penuh harap.Dokter Diki tersenyum sambil menatap monitor tekanan darah. "Tekanan darah Oma sudah normal. Ini perkembangan yang sangat baik," ucapnya sambil menoleh ke arah Oma Ainur. "Oma Ainur, Anda benar-benar tangguh. Terus jaga pola makan dan istirahat yang cukup, ya."Oma Ainur mengangguk pelan, matanya berbinar penuh rasa syukur. "Terima kasih, Dokter. Sekarang, saya merasa jauh lebih baik."Jane menghela napas lega. "Syukurlah, Oma. Kita semua sangat
Namun, sebelum mereka sempat mematikan lampu dan berbaring, ponsel Jane berdering. Jane mengangkat alisnya, sedikit terkejut karena ada panggilan malam-malam begini. Dia lalu meraih ponselnya dari meja samping tempat tidur dan melihat nama yang tertera: Dokter Diki.Jane : “Halo, Dokter Diki,” sapa Jane dengan nada sedikit khawatir.Dokter Diki :“Jane, saya minta maaf mengganggu tidurmu di malam hari ini. Tapi saya harus memberitahukan kepadamu jika Oma Ainur sedang dirawat di rumah sakit. Tekanan darahnya sangat tinggi dan kondisinya perlu pengawasan intensif,” seru Dokter Diki, suaranya terdengar serius.Jane : “Oh tidak ... bagaimana kondisi Oma sekarang, Dok?”Jane merasa darahnya berdesir.Dokter Diki :“Kondisi Oma Ainur telah stabil untuk saat ini, tapi kami para tim dokter masih memonitor. Saya pikir sebaiknya kamu datang ke sini secepatnya,” sahut Dokter Diki dari seberang sana.Jane :“Tentu, kami akan akan segera ke sana,” ujar Jane sebelum menutup telepon.Arjuna, ya