Dari kejauhan, tepatnya masih di dalam mobil, Arjuna dapat melihat, jika kedua keponakannya sedang bercengkrama dengan seorang wanita muda yang sangat cantik parasnya. Sepertinya dia sedikit terpesona dengan wajah gadis itu yang begitu sangat unik.
Namun dalam hatinya, Arjuna segera berkata, "Ingat Juna, wanita di mana-mana sama saja! Tidak ada satu perempuan pun yang tulus di dunia ini!" serunya dari dalam hatinya. "Tunggu di sini, Boris. Saya akan menjemput anak-anak," ucap Arjuna. Namun sang asisten tidak menjawab perkataan dari Arjuna. Pemuda itu ternyata sedang asyik melihat ke arah gadis cantik yang sedang bercengkerama dengan Asher dan Ayin. "Cih! Dasar! Woi Boris! Lo dengar nggak gue ngomongnya?" hardik Arjuna keras. "Siap, Bos! Maaf, saya terkesima dengan seorang bidadari cantik," ujar Boris sambil terus memandang ke arah gadis cantik itu. Tanpa basa-basi dan pikir panjang lagi, Boris ke luar dari mobil dan berjalan menghampiri ketiganya. "Woi! Boris! Lo mau ke mana?" kesal Arjuna. "Bos, please. Saya sangat menyukai gadis itu, izinkan saya yang menjemput Tuan Muda Asher dan Nona Ayin. Cukup Anda tunggu kami di dalam mobil." Setelah berkata seperti itu, Boris lalu melangkah menuju ke gedung les piano itu. "Cih! Dasar Lo, Boris! Makan tuh cinta! Ntar juga Lo akan merasakan sakitnya kalau Perempuan itu ninggalin Lo!" sinis Arjuna. Pria itu pun membuka topi dan kacamata hitam yang tadi dirinya pakai. Arjuna pun memilih menunggu kedua keponakannya di dalam mobil. Sementara Boris semakin mendekati gedung les piano itu. Jane yang melihat seorang lelaki datang menghampiri mereka, segera menyapanya dengan sangat ramah, "Selamat sore, Tuan Arjuna. Anda datang ke sini untuk menjemput Asher dan Ayin?" ucap Jane sambil tersenyum ramah. Namun belum sempat pria itu angkat bicara. Asher malah menyela perkataannya. "Asisten Boris? Kok malah Anda yang menjemput kami? Uncle Juna, mana?" tanya Asher sambil menatap tak suka ke arah Asisten Boris. Karena sebenarnya, Asher, Ayin, dan Mami Mitha memiliki rencana untuk menjodohkan Uncle Arjuna dan Miss Jane. Namun sepertinya rencana mereka kali ini gagal total. Ayin juga ikut-ikutan menjadi cemberut melihat jika Asisten Boris yang menjemput mereka di tempat les piano. "Asisten Boris?" ucap Jane tak mengerti. "Maaf, Miss. Jika saya membingungkan, perkenalan nama saya, Boris. Saya Asistennya dari Bos Arjuna," sahutnya menjelaskan. "Oh ... iya, Asisten Boris." jawab Jane sambil tersenyum. "Asisten Boris, Anda belum menjawab pertanyaan kami. Uncle Juna, di mana? Bukannya Mami menyuruh Uncle untuk menjemput kami? Kok malah Anda yang datang?" Kali ini Ayin yang bertanya sambil menatap tajam ke arah Asisten Boris. Kedua bocah cerdas itu sepertinya harus menelan rasa kecewa karena Uncle Juna tidak datang menjemput mereka. Padahal mereka punya rencana jitu untuk menjodohkan Uncle Juna yang telah lama menjomlo dengan Miss Jane yang sangat cantik. "Maaf, Tuan Muda dan Nona Muda. Bos Juna ada kok di sana," seru Boris menunjukkan ke sebuah mobil mewah yang berwarna serba hitam. "Jadi Uncle Juna ada di dalam mobil? Tapi kok malah Anda yang datang ke sini untuk menjemput kami?" ujar Asher tak suka. "Eh ... itu, Bos Juna sedang sakit gigi. Pipinya bengkak sebelah. Makanya saya yang disuruh untuk menjemput Tuan Muda dan Nona Muda," sahut Boris sekenanya. Tentu saja pria itu tidak mau jika sang bos ke luar dari dalam mobil. Pastinya Jane akan terpesona dengan ketampanan Arjuna yang paripurna dan Boris pasti kalah pamor. "Ya sudah, Miss. Terima kasih telah mengajarkan anak-anak dengan baik hari ini. Kami permisi dulu. Oh ya ada pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Jadi ini kartu nama saya, siapa tahu dilain kesempatan bisa bertemu lagi dengan Miss Jane yang sangat cantik," tukas Boris lagi. "Terima kasih kembali, Asisten Boris," ujar Jane sambil mengambil kartu nama itu dari tangan sang asisten. "Waduh, Miss. Senyum Anda sangat manis, saya sungguhterpesona dengan keindahan senyuman Anda!" jujur Boris dari hatinya yang paling dalam. Ayin dan Asher semakin menatap tajam ke arah Asisten Boris pertanda jika keduanya tidak menyukai semua perkataan sang asisten yang berusaha menggoda Miss Jane. "Iya, terima kasih pujiannya. Tapi sebaiknya Anda mengantar Asher dan Ayin untuk pulang. Hari sudah semakin sore. Saya juga punya jadwal untuk les berikutnya," tutur Jane. "Maaf, Miss Jane. Saya jadi keasyikan ngobrolnya. Kami permisi dulu." Lalu Boris pun menuntun Asher dan Ayin menuju mobil. "Cih! Gombal banget, sih!" ketus Asher. "Miss Jane itu sudah punya pacar! Anda jangan berani menganggu, ya!" Ayin ikut menambahkan. "Apa? Kaget Boris tak percaya. "Jadi ... Miss Jane sudah ada yang punya?" tutur Boris kecewa. "Yaiyalah! Makanya Anda jangan berani mengganggu Miss Jane lagi. Yang aku dengar pacar Miss itu sangat jago bela diri," tukas Asher mulai mengarang indah. "Bukan hanya jago bela diri, tapi juga sangat tampan dan kaya raya!" Ayin juga ikut mengarang indah demi agar Asisten Boris tidak menaruh hati kepada Miss kesayangan mereka. Ayin dan Asher sudah mengambil tekad bulat untuk mendukung Uncle Juna menjadi milik Miss Jane yang sangat cantik. Sementara Jane telah masuk kembali ke gedung les tersebut, sedang menunggu anak-anak les dijam berikutnya. Dia pun melihat kartu nama yang diberikan oleh Asisten Boris. Alangkah terkejutnya Jane saat melihat kartu nama itu. Nama yang tertera di sana bukanlah nama Boris. Melainkan nama orang lain, yaitu nama Arjuna Levin. Selaku CEO sebuah perusahaan besar di Jakarta. Jane tersenyum geli melihat kartu nama itu. Dia pun memasukkannya ke dalam dompetnya, siapa tahu saja suatu saat akan berguna baginya. Asher dan Ayin telah masuk ke dalam mobil. Mereka duduk berdampingan dengan Arjuna di bangku penumpang. Ayin dari tadi melihat pipi sang paman yang katanya sedang bengkak. Tapi dari pandangan gadis cilik itu, sepertinya Uncle Juna baik-baik saja. "Uncle, apakah benar gigi Uncle sedang sakit?" Asher yang penasaran langsung bertanya kepada sang paman. "Apa? Sakit gigi? Enak saja! Gigi Uncle masih sempurna begini. Lagian siapa yang mengatakan jika Uncle sedang sakit gigi?" tanya Juna kepada kedua keponakannya. Walaupun pria itu tahu jika Boris lah yang mengatakan semua itu demi untuk mendekati guru les piano keponakannya. "Tuh! Asisten Boris yang mengatakan jika Uncle sedang sakit gigi. Bahkan Asisten Boris mengatakan jika pipi Uncle bengkak sebelah," kesal Ayin melaporkan semua perkataan sang asisten. "Apa? Pipi Uncle bengkak sebelah?" ujar Juna pura-pura terkejut. "Boris! Lo kalau mau mengarang gue lagi sakit, yang elit dikit dong! Masa bilangnya sakit gigi? Kok nggak sekalian saja bilang gue lagi diare akut?" "Ma ... maaf, Bos. Saya mengaku salah." seru Boris dengan nada kecewa dan wajah yang murung. "Kenapa tuh, wajah?" tanya Arjuna kepada asistennya. "Ternyata dia sudah ada yang memiliki, Bos. Cintaku bagaikan bunga yang layu sebelum berkembang," sedih Boris.Asher dan Ayin langsung lihat-lihatan sambil tersenyum. Rencana mereka sepertinya berhasil menjauhkan Asisten Boris dari Miss Jane."Ha-ha-ha! Rasain Lo, Boris! Lo ngeyel sih dibilangin!" ejek Arjuna kepada asistennya."Iya, Bos. Mulai sekarang saya percaya dengan semua yang Anda katakan," sahutnya lesu."Untuk Ayin dan Asher, bagaimana kalau kita hang out ke mall?" ujarnya kepada kedua keponakannya."Benaran nih, Uncle?" sahut keduanya serentak.Namun dengan lesu Ayin berkata,"Aku nggak jadi ikut deh. Papi pasti nggak akan memberi izin jika kita main ke mall. Papi maunya kita belajar yang giat.""Aku tetap mau ikut Uncle, ke mall." Asher sepertinya mulai mewarisi sifat keras kepala dari Arjuna.Kedua pria beda generasi itu memang bagaikan pinang dibelah dua, sangat serasi terutama dari sifat-sifat mereka. Berbeda jauh dengan Ayin yang sangat patuh kepada kedua orang tuanya."Nah! Ini baru keponakan, Uncle! Asher Levin, you are the best!" puji Arjuna kepada keponakannya."Ayin, kamu
Sementara itu, Ayin merenung sejenak di depan berbagai pilihan rasa es krim yang terpampang di hadapannya saat ini."Aku pikir ... Aku akan mencoba sesuatu yang berbeda kali ini. Es krim strawberry terdengar menyegarkan," ucap Ayin dengan senyum lembut.Uncle Arjuna mengangguk setuju, "Pilihan yang bagus, Ayin. Strawberry pasti akan memberikan sentuhan manis yang istimewa."Setelah memesan es krim sesuai pilihan masing-masing, mereka pun duduk di kursi yang nyaman di area gerai es krim itu. Asher dengan cepat menyelupkan sendok ke dalam es krim coklatnya dan langsung mencicipi."Ini enak sekali, Uncle Arjuna! Terima kasih banyak, telah mengajak kami ke sini," ujar Asher dengan mata berbinar.Ayin juga mencicipi es krim strawberry-nya dan mengatakan,"Rasa strawberry ini begitu alami dan segar. Aku senang mencoba sesuatu yang baru." Uncle Arjuna tersenyum melihat keceriaan di wajah kedua keponakannya.Mereka pun mulai berbagi cerita tentang pengalaman di Time Zone tadi."Asher, apa per
Sementara itu, Uncle Arjuna mencari buah melon yang matang dan lezat. "Kita ambil satu melon yang besar untuk Oma dan Opa. Uncle yakin mereka akan menyukainya," ujarnya sambil memilih dengan cermat.Dalam perjalanan mencari buah, mereka tertarik dengan variasi buah lainnya. Uncle Arjuna menunjuk pada beberapa buah eksotis dan menjelaskan kepada Ayin dan Asher tentang keunikan dan kelezatan masing-masing buah. Percakapan ceria terdengar di antara ketiganya, sambil memilih dan berdiskusi tentang buah-buah yang telah mereka pilih.Setelah keranjang terisi penuh dengan berbagai buah segar, mereka lalu melangkah menuju kasir. Kasir dengan ramah menyambut ketiganya dan membantu proses pembayaran. "Semoga Oma dan Opa suka dengan pilihan buah segar ini," ujar Uncle Arjuna sambil membayar.Ketika ke luar dari toko buah, mereka membawa keranjang penuh buah dengan senyuman kepuasan. "Oma dan Opa pasti senang dengan hadiah ini. Mari kita bawa pulang dan berbagi kebahagiaan dengan mereka," uca
Setelah selesai makan, semuanya berkumpul di ruang keluarga. Berbincang-bincang santai sambil menikmati beberapa kue buah tangan dari Arjuna.Asher dan Ayin secara bergantian menceritakan pengalaman mereka menghabiskan waktu bersama Uncle Arjuna yang sungguh luar biasa."Juna, sudah waktunya kamu untuk menikah. Umurmu telah sangat matang untuk membina rumah tangga. Dua puluh delapan tahun menurut Opa adalah usia yang tepat untukmu memulai hubungan yang serius," tutur Opa Robi kepada sang cucu."Coba lihat sepupumu Erlan setelah menikah dan memiliki dua orang anak, hidupnya semakin teratur. Ada Mitha yang mengurus semua keperluannya," ucap sang opa lagi.Arjuna diam saja, pria itu malah terlihat sibuk dengan ponselnya. Dia sedang bertukar pesan dengan seseorang perihal rencana panasnya di malam minggu nanti."Benar kata Opa, Juna. Oma juga berharap secepatnya kamu dapat menikah dan membentuk keluarga yang harmonis," sergah Oma Rini penuh harap.Arjuna sama sekali tidak menggubris omong
Arjuna dan Darel akhirnya berpisah di parkiran bar. Sang sahabat segera masuk ke dalam mobilnya, sementara Arjuna memilih berjalan kaki sebentar untuk menghirup udara segar di Kota Jakarta malam ini.Arjuna mulai melangkah menyusuri trotoar jalanan Jakarta, perasaannya sangat kosong saat ini. Apalagi, dia ingat betul ancaman dari sepupunya, Erlan yang akan membongkar tentang kebiasaannya bermain wanita, jika Arjuna tidak mengenalkan seorang wanita di hadapan keluarga besarnya."Sial! Di mana aku akan mencari perempuan suci dan baik hati di zaman yang semakin edan ini!" gerutunya sendiri.Lalu tiba-tiba di depan matanya, Arjuna dapat melihat jika ada dua orang pria yang sedang menghadang seorang wanita. Sepertinya kedua pria itu ingin menyakitinya.Para pria tersebut mulai menyeret tubuh wanita itu di dalam sebuah gedung kosong yang agak jauh dari jalan utama. Melihat hal itu, Arjuna pun memutuskan untuk menolong sang gadis. Dia lalu mengikuti langkah mereka ke dalam sebuah gedung. Cah
"Oh, Yes! Teruskan! Akh! Permainanmu sungguh lihai, Dona! I like it so much!" seru Arjuna tidak tahan dengan sesuatu yang dilakukan oleh seorang wanita bayaran di alat tempur miliknya."Arghhhh!" erang Arjuna merasakan sensasi yang tak tertandingi nikmatnya.Wanita bayaran itu tersenyum puas saat mendengarkan erangan nikmat dari mulut Arjuna Levin, pria yang diam-diam telah lama dirinya cintai.Apapun yang diminta oleh sang pria, selagi Dona dapat melakukannya, dia pasti akan memuaskan Arjuna dengan full service.Namun sayangnya, Arjuna tidak pernah memandangnya sebagai seorang wanita. Lelaki tampan itu hanya melihat Dona sebagai suatu objek pemuas hasratnya saja.Tidak ada rasa cinta lagi di raga dan jiwa Arjuna. Pria itu telah mati rasa.Seakan tahu keinginan Arjuna, Dona segera melepaskan bajunya helai demi helai. Sehingga Arjuna dapat melihat lekuk tubuhnya yang begitu indah.Namun sayangnya, Arjuna hanya menatap dingin ke arah Dona. Tidak ada sedikit pun rasa ketertarikan kepada
Arjuna baru saja selesai mandi, pemuda itu segera mengganti baju kerjanya dengan pakaian yang baru.Dia tidak pernah memakai lagibpakaian yang pernah dirinya pakai saat bermain dengan para wanita bayarannya.Arjuna merasa jijik sendiri, dan itu telah menjadi kebiasaannya sejak dulu.Pintu ruang kerjanya diketuk dari luar, dari balik pintu Boris, sang asisten muncul dengan membawa satu kotak makan siang untuk Arjuna."Selamat siang, Bos. Waktunya Anda untuk makan siang," ujar Boris lalu meletakkan beberapa kotak makan siang tersebut di atas meja."Baiklah, Boris. Anda tahu selera, saya." jawab Arjuna lalu duduk sambil memainkan ponselnya."Siap, Bos. Tunggu sebentar, saya akan mempersiapkan makan siang untuk Anda," tuturnya.Boris memastikan jika meja telah bersih dan rapi. Dia pun siap memulai tugasnya untuk mempersiapkan makan siang spesial untuk Bos Arjuna.Arjuna, sebagai seorang pemimpin perusahaan yang disegani, memiliki selera makan yang unik, dan Boris tahu betul bagaimana meme
"What? Kak Erlan juga ikut dalam meeting sore ini?" tanya Arjuna tak menyangka."Tepat sekali, Bos. Jadi saya berharap, Anda jangan memancing pertikaian dengan Tuan Erlan.""Cih! Siapa Lo ngatur-ngatur gue, Boris?" serunya sambil berkacak pinggang di hadapan pemuda itu."Saya ... Asisten Anda, Bos. Yang ditunjuk langsung oleh Tuan Fred selaku, Chairman. Anda jangan lupakan itu!" seru Boris menjelaskan."Apa? Jadi Lo mau nakut-nakutin gue, Boris?""Tidak sama sekali, Bos. Saya mengingatkan Anda saja.""Terus, Lo ngapain sebut-sebut nama Uncle Fred? Lo mau gertak gue?" Arjuna semakin emosi.Hal tersebut membuat Boris terdiam. Dia tahu betul bagaimana keras kepalanya seorang Arjuna. Sang asisten pasti akan kalah berdebat dengannya.Lalu tiba-tiba ponselnya bergetar pertanda ada pesan masuk. Arjuna segera memeriksanya. Ternyata pesan itu berasal dari Oma Rini yang menyuruhnya untuk berkunjung ke Kediaman Levin, jika jam pulang kantor tiba."Wow! Kebetulan sekali Aku jadi ada alasan untuk