Sementara itu, Uncle Arjuna mencari buah melon yang matang dan lezat. "Kita ambil satu melon yang besar untuk Oma dan Opa. Uncle yakin mereka akan menyukainya," ujarnya sambil memilih dengan cermat.Dalam perjalanan mencari buah, mereka tertarik dengan variasi buah lainnya. Uncle Arjuna menunjuk pada beberapa buah eksotis dan menjelaskan kepada Ayin dan Asher tentang keunikan dan kelezatan masing-masing buah. Percakapan ceria terdengar di antara ketiganya, sambil memilih dan berdiskusi tentang buah-buah yang telah mereka pilih.Setelah keranjang terisi penuh dengan berbagai buah segar, mereka lalu melangkah menuju kasir. Kasir dengan ramah menyambut ketiganya dan membantu proses pembayaran. "Semoga Oma dan Opa suka dengan pilihan buah segar ini," ujar Uncle Arjuna sambil membayar.Ketika ke luar dari toko buah, mereka membawa keranjang penuh buah dengan senyuman kepuasan. "Oma dan Opa pasti senang dengan hadiah ini. Mari kita bawa pulang dan berbagi kebahagiaan dengan mereka," uca
Setelah selesai makan, semuanya berkumpul di ruang keluarga. Berbincang-bincang santai sambil menikmati beberapa kue buah tangan dari Arjuna.Asher dan Ayin secara bergantian menceritakan pengalaman mereka menghabiskan waktu bersama Uncle Arjuna yang sungguh luar biasa."Juna, sudah waktunya kamu untuk menikah. Umurmu telah sangat matang untuk membina rumah tangga. Dua puluh delapan tahun menurut Opa adalah usia yang tepat untukmu memulai hubungan yang serius," tutur Opa Robi kepada sang cucu."Coba lihat sepupumu Erlan setelah menikah dan memiliki dua orang anak, hidupnya semakin teratur. Ada Mitha yang mengurus semua keperluannya," ucap sang opa lagi.Arjuna diam saja, pria itu malah terlihat sibuk dengan ponselnya. Dia sedang bertukar pesan dengan seseorang perihal rencana panasnya di malam minggu nanti."Benar kata Opa, Juna. Oma juga berharap secepatnya kamu dapat menikah dan membentuk keluarga yang harmonis," sergah Oma Rini penuh harap.Arjuna sama sekali tidak menggubris omong
Arjuna dan Darel akhirnya berpisah di parkiran bar. Sang sahabat segera masuk ke dalam mobilnya, sementara Arjuna memilih berjalan kaki sebentar untuk menghirup udara segar di Kota Jakarta malam ini.Arjuna mulai melangkah menyusuri trotoar jalanan Jakarta, perasaannya sangat kosong saat ini. Apalagi, dia ingat betul ancaman dari sepupunya, Erlan yang akan membongkar tentang kebiasaannya bermain wanita, jika Arjuna tidak mengenalkan seorang wanita di hadapan keluarga besarnya."Sial! Di mana aku akan mencari perempuan suci dan baik hati di zaman yang semakin edan ini!" gerutunya sendiri.Lalu tiba-tiba di depan matanya, Arjuna dapat melihat jika ada dua orang pria yang sedang menghadang seorang wanita. Sepertinya kedua pria itu ingin menyakitinya.Para pria tersebut mulai menyeret tubuh wanita itu di dalam sebuah gedung kosong yang agak jauh dari jalan utama. Melihat hal itu, Arjuna pun memutuskan untuk menolong sang gadis. Dia lalu mengikuti langkah mereka ke dalam sebuah gedung. Cah
"Oh, Yes! Teruskan! Akh! Permainanmu sungguh lihai, Dona! I like it so much!" seru Arjuna tidak tahan dengan sesuatu yang dilakukan oleh seorang wanita bayaran di alat tempur miliknya."Arghhhh!" erang Arjuna merasakan sensasi yang tak tertandingi nikmatnya.Wanita bayaran itu tersenyum puas saat mendengarkan erangan nikmat dari mulut Arjuna Levin, pria yang diam-diam telah lama dirinya cintai.Apapun yang diminta oleh sang pria, selagi Dona dapat melakukannya, dia pasti akan memuaskan Arjuna dengan full service.Namun sayangnya, Arjuna tidak pernah memandangnya sebagai seorang wanita. Lelaki tampan itu hanya melihat Dona sebagai suatu objek pemuas hasratnya saja.Tidak ada rasa cinta lagi di raga dan jiwa Arjuna. Pria itu telah mati rasa.Seakan tahu keinginan Arjuna, Dona segera melepaskan bajunya helai demi helai. Sehingga Arjuna dapat melihat lekuk tubuhnya yang begitu indah.Namun sayangnya, Arjuna hanya menatap dingin ke arah Dona. Tidak ada sedikit pun rasa ketertarikan kepada
Arjuna baru saja selesai mandi, pemuda itu segera mengganti baju kerjanya dengan pakaian yang baru.Dia tidak pernah memakai lagibpakaian yang pernah dirinya pakai saat bermain dengan para wanita bayarannya.Arjuna merasa jijik sendiri, dan itu telah menjadi kebiasaannya sejak dulu.Pintu ruang kerjanya diketuk dari luar, dari balik pintu Boris, sang asisten muncul dengan membawa satu kotak makan siang untuk Arjuna."Selamat siang, Bos. Waktunya Anda untuk makan siang," ujar Boris lalu meletakkan beberapa kotak makan siang tersebut di atas meja."Baiklah, Boris. Anda tahu selera, saya." jawab Arjuna lalu duduk sambil memainkan ponselnya."Siap, Bos. Tunggu sebentar, saya akan mempersiapkan makan siang untuk Anda," tuturnya.Boris memastikan jika meja telah bersih dan rapi. Dia pun siap memulai tugasnya untuk mempersiapkan makan siang spesial untuk Bos Arjuna.Arjuna, sebagai seorang pemimpin perusahaan yang disegani, memiliki selera makan yang unik, dan Boris tahu betul bagaimana meme
"What? Kak Erlan juga ikut dalam meeting sore ini?" tanya Arjuna tak menyangka."Tepat sekali, Bos. Jadi saya berharap, Anda jangan memancing pertikaian dengan Tuan Erlan.""Cih! Siapa Lo ngatur-ngatur gue, Boris?" serunya sambil berkacak pinggang di hadapan pemuda itu."Saya ... Asisten Anda, Bos. Yang ditunjuk langsung oleh Tuan Fred selaku, Chairman. Anda jangan lupakan itu!" seru Boris menjelaskan."Apa? Jadi Lo mau nakut-nakutin gue, Boris?""Tidak sama sekali, Bos. Saya mengingatkan Anda saja.""Terus, Lo ngapain sebut-sebut nama Uncle Fred? Lo mau gertak gue?" Arjuna semakin emosi.Hal tersebut membuat Boris terdiam. Dia tahu betul bagaimana keras kepalanya seorang Arjuna. Sang asisten pasti akan kalah berdebat dengannya.Lalu tiba-tiba ponselnya bergetar pertanda ada pesan masuk. Arjuna segera memeriksanya. Ternyata pesan itu berasal dari Oma Rini yang menyuruhnya untuk berkunjung ke Kediaman Levin, jika jam pulang kantor tiba."Wow! Kebetulan sekali Aku jadi ada alasan untuk
Mendengar ucapan Erlan, semua mata di dalam ruangan meeting itu langsung tertuju kepada sang CEO yang sedang tertidur di ruang meeting.Erlan juga ikut melihat sepupunya yang sedang tertidur pulas itu. Dia terlihat geleng-geleng kepala melihat tingkah Arjuna yang tidur tapi tidak tahu tempat."Tuan Arjuna Levin!" hardik Erlan tajam.Suara Erlan yang menggelegar besar itu, mampu membuat Arjuna terbangun. Seraya berkata,"Siap, Tuan Erlan! Laksanakan!" ucapnya mantap.Arjuna terlihat menguap beberapa kali di hadapan semua peserta meeting."Ayo, Tuan Arjuna. Kami menunggu penjabaran dari Anda tentang pembangunan hotel di daerah Nusa Dua Bali!" ujar Erlan terus mendesak adik sepupunya.Arjuna lalu berdiri di depan meja bulat yang memanjang di ruang rapat yang penuh dengan peserta meeting dan tim proyek serta beberapa kolega bisnis.Dia lalu menata peta proyek hotel Nusa Dua di layar proyektor.Kemudian Arjuna berkata, "Selamat sore semua. Saya senang bisa berada di sini untuk memaparkan r
Di depan sebuah hotel bintang lima,"Bos, waktu Anda hanya ada satu jam dari sekarang. Satu jam berikutnya, Anda harus telah berada di tempat les Tuan Muda Asher dan Nona Muda Ayin," ucap Boris mengingatkan."Beres! Lo tenang saja! Ini akan dilakukan dengan cepat! Apa Lo yakin sudah mengatakan semua prosedur dari gue kepada wanita itu?" "Semua sudah saya jelaskan, Bos. Sampai ke detail terkecil," tutur Boris."Perempuan itu sudah tidak perawan, bukan?" ujar Arjuna memastikan."Semua sesuai request Anda, Bos!" ujar Boris lagi."Good! Lo tunggu di lobi. Gue akan melakukannya dengan cepat!" Setelah mengatakan itu, Arjuna pun ke luar dari dalam mobil lalu melangkah ke dalam hotel.Setelah menyebutkan nomor kamar yang dirinya booking kepada resepsionis, Arjuna pun masuk ke dalam lift, menuju ke lantai tempat kamar itu berada.Arjuna ke luar dari dalam lift dan mulai melangkah menuju ke dalam kamar tersebut. Setelah dia masuk, Arjuna langsung disambut dengan seorang wanita seksi yang berpa