Share

BAB. 4 Arjuna Memang Yang Terbaik

Mendengar ucapan Erlan, semua mata di dalam ruangan meeting itu langsung tertuju kepada sang CEO yang sedang tertidur di ruang meeting.

Erlan juga ikut melihat sepupunya yang sedang tertidur pulas itu. Dia terlihat geleng-geleng kepala melihat tingkah Arjuna yang tidur tapi tidak tahu tempat.

"Tuan Arjuna Levin!" hardik Erlan tajam.

Suara Erlan yang menggelegar besar itu, mampu membuat Arjuna terbangun. Seraya berkata,

"Siap, Tuan Erlan! Laksanakan!" ucapnya mantap.

Arjuna terlihat menguap beberapa kali di hadapan semua peserta meeting.

"Ayo, Tuan Arjuna. Kami menunggu penjabaran dari Anda tentang pembangunan hotel di daerah Nusa Dua Bali!" ujar Erlan terus mendesak adik sepupunya.

Arjuna lalu berdiri di depan meja bulat yang memanjang di ruang rapat yang penuh dengan peserta meeting dan tim proyek serta beberapa kolega bisnis.

Dia lalu menata peta proyek hotel Nusa Dua di layar proyektor.

Kemudian Arjuna berkata, "Selamat sore semua. Saya senang bisa berada di sini untuk memaparkan rencana kerja sama mengenai proyek pembangunan hotel di Nusa Dua Bali. Proyek ini tidak hanya tentang bangunan, akan tetapi juga tentang memberikan dampak positif secara luas bagi komunitas lokal dan lingkungan sekitar," tutur Arjuna memulai presentasinya.

"Jika boleh tahu apa visi dan misi proyek ini, Tuan Arjuna?" tanya salah satu kolega bisnisnya.

"Visi pembangunan hotel ini adalah untuk menciptakan destinasi unik yang menggabungkan kemewahan dan keeleganan. Tentu saja kita ingin kerjasama ini menjadi teladan dalam industri pariwisata dengan menghormati budaya lokal dan lingkungan sekitar."

Lalu kolega lain berkata,

"Bagaimana Anda berencana memastikan keberlanjutan lingkungan tetap terjaga stabil tanpa ada pencemaran?"

"Untuk itu beberapa pihak terkait telah merancang sistem pengelolaan limbah yang canggih dan akan mengintegrasikan teknologi hijau seperti panel surya. Selain itu, juga akan melibatkan komunitas dalam program pelestarian alam sekitar."

"Apa dampaknya terhadap ekonomi lokal?" tutur kolega berikutnya.

"Tentu saja dengan memberdayakan masyarakat lokal dengan melaksanakanpelatihan dan penyerapan tenaga kerja. Juga, semua yang terlibat dalam proyek besar ini, perlu berkomitmen untuk membeli barang dan jasa lokal sebanyak mungkin dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi daerah."

Para peserta meeting semakin bersemangat mereka terus saja bertanya kepada Arjuna,

"Bagaimana rencana untuk melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan?"

"Hal itu bisa dilakukan dengan menyelenggarakan pertemuan terbuka dan mengadakan konsultasi dengan masyarakat untuk mendengar aspirasi mereka. Partisipasi masyarakat akan menjadi bagian integral dari pengembangan proyek ini."

"Bagaimana dengan aspek budaya lokal?" tanya yang lainnya.

"Tentu saja dengan menggabungkan seni dan kearifan lokal dalam desain bangunan dan menyediakan platform untuk seniman setempat. Ini akan memberikan tamu-tamu hotel nantinya, pengalaman yang kaya secara budaya."

"Terus ada tantangan apa yang mungkin dihadapi dalam proyek ini?"

"Tantangan utama nya adalah mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah daerah dan memastikan pemahaman bersama antara semua pihak terkait. Untuk itu semua harus siap untuk bekerja sama mengatasi setiap kendala yang muncul."

"Bagaimana dengan keamanan proyek?" seru yang lain.

"Pastinya dengan bermitra kepada pihak keamanan terkemuka yang akan mengimplementasikan standar keamanan tinggi. Tentunya keamanan tamu dan lingkungan sekitar adalah prioritas utama."

"Berapa besar investasi yang diperlukan, Tuan Arjuna?"

"Proyek ini membutuhkan investasi sekitar dua ratus juta dolar. Akan tetapi semua harus yakin bahwa investasi ini akan memberikan hasil positif jangka panjang bagi semua pihak yang terkait."

"Bagaimana dukungan dari pemerintah daerah?"

"pasti kita sangat mengharapkan dukungan dalam bentuk perizinan dan kolaborasi dalam promosi pariwisata. Pemerintah daerah memiliki peran kunci dalam kesuksesan proyek ini."

"Terima kasih, Tuan Arjuna. Atas pemaparan yang begitu jelas dan sempurna. Kami percayakan semuanya kepada Anda."

Semua orang yang berada di dalam ruang meeting itu bertepuk tangan karena penjelasan Arjuna yang begitu akurat. Erlan juga turut bangga kepada sepupunya.

Walaupun Arjuna seorang pemain wanita kelas kakap. Namun dalam urusan perkerjaan dan perusahaan, tetaplah yang utama.

"Selamat Juna! Kakak bangga kepadamu! Kamu tahu, kamu adalah yang terbaik! Kamu memiliki potensi tinggi di dalam dirimu, dan jangan sia-siakan itu!" ujar Erlan tegas.

"Baiklah, Kak? Apakah aku bisa pergi sekarang?" tutur Arjuna yang ingin segera melarikan diri dari ruang rapat itu.

"Kamu ini! Kakak sedang berbicara kamu malah menyela dan tidak mau mendengarkan," kesal Erlan.

"Lagian yang Kakak katakan, itu-itu saja. Aku sudah tahu semua Kak, tidak perlu diulang-ulang lagi!" ujar Arjuna.

"Memangnya kamu mau ke mana? Kok buru-buru begitu?" selidik Erlan sambil menatap tajam ke arah sepupunya.

Aku mau bertemu dengan rekan bisnis ku yang lain," seru Arjuna mencari alasan.

"Asal iya!" sindir Erlan lagi.

"Yaiyalah, Kak! Masa yaiya dong! Durian aja dibelah bukan dibedong!" tukas Arjuna sambil tersenyum jenaka ke arah kakak sepupunya.

"Sudah-sudah! Kamu jangan banyak alasan, Kakak tahu kamu mau ke mana!" Lalu tiba-tiba ponsel Erlan berdering.

Ternyata panggilan itu dari istrinya, Mitha. Yang mengatakan jika sang istri tidak dapat menjemput anak-anaknya di tempat les piano karena ada arisan dengan teman-temannya. Dia meminta Erlan untuk menjemput Asher dan Ayin di sana.

Hal itu membuat Erlan memiliki ide cemerlang saat ini. Dia berencana meminta bantuan dari sepupunya, Arjuna untuk menjemput anak-anaknya.

"Halo, Kak. Mau sampai kapan Kakak menahan ku di sini? Aku puny janji dengan teman ku, Kak." Arjuna mulai kesal karena Erlan masih tidak mengizinkan dirinya untuk pergi.

"Mitha baru saja menelepon dan mengatakan jika dia tidak dapat menjemput anak-anak di tempat les. Jadi Kakak tugaskan kamu untuk menjemput Asher dan Ayin. Mereka itu keponakan mu, apakah kamu tega kepada keduanya?" sergah Erlan kepada Arjuna.

"Cih! Dasar Kak Erlan! Tahu saja kelemahan ku!" gerutu Arjuna dalam hatinya.

"Siap, Kak! Aku yang akan menjemput Ayin dan Asher di tempat les mereka!" ucap Arjuna lalu segera berlalu dari hadapan Erlan.

"Boris! Lo yang nyetir! Pastikan semua telah ready!" perintahnya kepada sang asisten.

"Siap, Bos!" ujar sang asisten kemudian mengikuti langkah Arjuna ke luar dari ruangan itu.

Tersisa Dio dan Erlan yang terlihat geleng-geleng kepala melihat kekompakan atasan dan asistennya.

"Bos, Tuan Arjuna dan Boris bagai sepasang merpati yang terbang di angkasa tinggi. Serasi dan selaras dalam satu ikatan," ujar Dio kepada Erlan, selaku atasannya.

"Cih! Sepasang merpati! Kok nggak sepasang gorila, saja?" ketus Erlan.

"Maksud saya, mereka itu sehati dan sepikir, Bos." tutur Dio penuh harap.

"Jadi maksud Lo, kita harus seperti mereka? Sehati, sepikir. Seiya sekata?"

"Tepat sekali, Bos!" Dio tersenyum senang akhirnya Erlan mengetahui keinginan hatinya.

"Ha-ha-ha! Dalam mimpi, Lo! Sorry, Bro! Gue sudah punya istri, tempat gue berbagi kasih. Sana Lo ikutan saja nimbrung bareng Arjuna dan Boris!" tukas Erlan lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status