Mendengar ucapan Erlan, semua mata di dalam ruangan meeting itu langsung tertuju kepada sang CEO yang sedang tertidur di ruang meeting.
Erlan juga ikut melihat sepupunya yang sedang tertidur pulas itu. Dia terlihat geleng-geleng kepala melihat tingkah Arjuna yang tidur tapi tidak tahu tempat. "Tuan Arjuna Levin!" hardik Erlan tajam. Suara Erlan yang menggelegar besar itu, mampu membuat Arjuna terbangun. Seraya berkata, "Siap, Tuan Erlan! Laksanakan!" ucapnya mantap. Arjuna terlihat menguap beberapa kali di hadapan semua peserta meeting. "Ayo, Tuan Arjuna. Kami menunggu penjabaran dari Anda tentang pembangunan hotel di daerah Nusa Dua Bali!" ujar Erlan terus mendesak adik sepupunya. Arjuna lalu berdiri di depan meja bulat yang memanjang di ruang rapat yang penuh dengan peserta meeting dan tim proyek serta beberapa kolega bisnis. Dia lalu menata peta proyek hotel Nusa Dua di layar proyektor. Kemudian Arjuna berkata, "Selamat sore semua. Saya senang bisa berada di sini untuk memaparkan rencana kerja sama mengenai proyek pembangunan hotel di Nusa Dua Bali. Proyek ini tidak hanya tentang bangunan, akan tetapi juga tentang memberikan dampak positif secara luas bagi komunitas lokal dan lingkungan sekitar," tutur Arjuna memulai presentasinya. "Jika boleh tahu apa visi dan misi proyek ini, Tuan Arjuna?" tanya salah satu kolega bisnisnya. "Visi pembangunan hotel ini adalah untuk menciptakan destinasi unik yang menggabungkan kemewahan dan keeleganan. Tentu saja kita ingin kerjasama ini menjadi teladan dalam industri pariwisata dengan menghormati budaya lokal dan lingkungan sekitar." Lalu kolega lain berkata, "Bagaimana Anda berencana memastikan keberlanjutan lingkungan tetap terjaga stabil tanpa ada pencemaran?" "Untuk itu beberapa pihak terkait telah merancang sistem pengelolaan limbah yang canggih dan akan mengintegrasikan teknologi hijau seperti panel surya. Selain itu, juga akan melibatkan komunitas dalam program pelestarian alam sekitar." "Apa dampaknya terhadap ekonomi lokal?" tutur kolega berikutnya. "Tentu saja dengan memberdayakan masyarakat lokal dengan melaksanakanpelatihan dan penyerapan tenaga kerja. Juga, semua yang terlibat dalam proyek besar ini, perlu berkomitmen untuk membeli barang dan jasa lokal sebanyak mungkin dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi daerah." Para peserta meeting semakin bersemangat mereka terus saja bertanya kepada Arjuna, "Bagaimana rencana untuk melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan?" "Hal itu bisa dilakukan dengan menyelenggarakan pertemuan terbuka dan mengadakan konsultasi dengan masyarakat untuk mendengar aspirasi mereka. Partisipasi masyarakat akan menjadi bagian integral dari pengembangan proyek ini." "Bagaimana dengan aspek budaya lokal?" tanya yang lainnya. "Tentu saja dengan menggabungkan seni dan kearifan lokal dalam desain bangunan dan menyediakan platform untuk seniman setempat. Ini akan memberikan tamu-tamu hotel nantinya, pengalaman yang kaya secara budaya." "Terus ada tantangan apa yang mungkin dihadapi dalam proyek ini?" "Tantangan utama nya adalah mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah daerah dan memastikan pemahaman bersama antara semua pihak terkait. Untuk itu semua harus siap untuk bekerja sama mengatasi setiap kendala yang muncul." "Bagaimana dengan keamanan proyek?" seru yang lain. "Pastinya dengan bermitra kepada pihak keamanan terkemuka yang akan mengimplementasikan standar keamanan tinggi. Tentunya keamanan tamu dan lingkungan sekitar adalah prioritas utama." "Berapa besar investasi yang diperlukan, Tuan Arjuna?" "Proyek ini membutuhkan investasi sekitar dua ratus juta dolar. Akan tetapi semua harus yakin bahwa investasi ini akan memberikan hasil positif jangka panjang bagi semua pihak yang terkait." "Bagaimana dukungan dari pemerintah daerah?" "pasti kita sangat mengharapkan dukungan dalam bentuk perizinan dan kolaborasi dalam promosi pariwisata. Pemerintah daerah memiliki peran kunci dalam kesuksesan proyek ini." "Terima kasih, Tuan Arjuna. Atas pemaparan yang begitu jelas dan sempurna. Kami percayakan semuanya kepada Anda." Semua orang yang berada di dalam ruang meeting itu bertepuk tangan karena penjelasan Arjuna yang begitu akurat. Erlan juga turut bangga kepada sepupunya. Walaupun Arjuna seorang pemain wanita kelas kakap. Namun dalam urusan perkerjaan dan perusahaan, tetaplah yang utama. "Selamat Juna! Kakak bangga kepadamu! Kamu tahu, kamu adalah yang terbaik! Kamu memiliki potensi tinggi di dalam dirimu, dan jangan sia-siakan itu!" ujar Erlan tegas. "Baiklah, Kak? Apakah aku bisa pergi sekarang?" tutur Arjuna yang ingin segera melarikan diri dari ruang rapat itu. "Kamu ini! Kakak sedang berbicara kamu malah menyela dan tidak mau mendengarkan," kesal Erlan. "Lagian yang Kakak katakan, itu-itu saja. Aku sudah tahu semua Kak, tidak perlu diulang-ulang lagi!" ujar Arjuna. "Memangnya kamu mau ke mana? Kok buru-buru begitu?" selidik Erlan sambil menatap tajam ke arah sepupunya. Aku mau bertemu dengan rekan bisnis ku yang lain," seru Arjuna mencari alasan. "Asal iya!" sindir Erlan lagi. "Yaiyalah, Kak! Masa yaiya dong! Durian aja dibelah bukan dibedong!" tukas Arjuna sambil tersenyum jenaka ke arah kakak sepupunya. "Sudah-sudah! Kamu jangan banyak alasan, Kakak tahu kamu mau ke mana!" Lalu tiba-tiba ponsel Erlan berdering. Ternyata panggilan itu dari istrinya, Mitha. Yang mengatakan jika sang istri tidak dapat menjemput anak-anaknya di tempat les piano karena ada arisan dengan teman-temannya. Dia meminta Erlan untuk menjemput Asher dan Ayin di sana. Hal itu membuat Erlan memiliki ide cemerlang saat ini. Dia berencana meminta bantuan dari sepupunya, Arjuna untuk menjemput anak-anaknya. "Halo, Kak. Mau sampai kapan Kakak menahan ku di sini? Aku puny janji dengan teman ku, Kak." Arjuna mulai kesal karena Erlan masih tidak mengizinkan dirinya untuk pergi. "Mitha baru saja menelepon dan mengatakan jika dia tidak dapat menjemput anak-anak di tempat les. Jadi Kakak tugaskan kamu untuk menjemput Asher dan Ayin. Mereka itu keponakan mu, apakah kamu tega kepada keduanya?" sergah Erlan kepada Arjuna. "Cih! Dasar Kak Erlan! Tahu saja kelemahan ku!" gerutu Arjuna dalam hatinya. "Siap, Kak! Aku yang akan menjemput Ayin dan Asher di tempat les mereka!" ucap Arjuna lalu segera berlalu dari hadapan Erlan. "Boris! Lo yang nyetir! Pastikan semua telah ready!" perintahnya kepada sang asisten. "Siap, Bos!" ujar sang asisten kemudian mengikuti langkah Arjuna ke luar dari ruangan itu. Tersisa Dio dan Erlan yang terlihat geleng-geleng kepala melihat kekompakan atasan dan asistennya. "Bos, Tuan Arjuna dan Boris bagai sepasang merpati yang terbang di angkasa tinggi. Serasi dan selaras dalam satu ikatan," ujar Dio kepada Erlan, selaku atasannya. "Cih! Sepasang merpati! Kok nggak sepasang gorila, saja?" ketus Erlan. "Maksud saya, mereka itu sehati dan sepikir, Bos." tutur Dio penuh harap. "Jadi maksud Lo, kita harus seperti mereka? Sehati, sepikir. Seiya sekata?" "Tepat sekali, Bos!" Dio tersenyum senang akhirnya Erlan mengetahui keinginan hatinya. "Ha-ha-ha! Dalam mimpi, Lo! Sorry, Bro! Gue sudah punya istri, tempat gue berbagi kasih. Sana Lo ikutan saja nimbrung bareng Arjuna dan Boris!" tukas Erlan lagi.Di depan sebuah hotel bintang lima,"Bos, waktu Anda hanya ada satu jam dari sekarang. Satu jam berikutnya, Anda harus telah berada di tempat les Tuan Muda Asher dan Nona Muda Ayin," ucap Boris mengingatkan."Beres! Lo tenang saja! Ini akan dilakukan dengan cepat! Apa Lo yakin sudah mengatakan semua prosedur dari gue kepada wanita itu?" "Semua sudah saya jelaskan, Bos. Sampai ke detail terkecil," tutur Boris."Perempuan itu sudah tidak perawan, bukan?" ujar Arjuna memastikan."Semua sesuai request Anda, Bos!" ujar Boris lagi."Good! Lo tunggu di lobi. Gue akan melakukannya dengan cepat!" Setelah mengatakan itu, Arjuna pun ke luar dari dalam mobil lalu melangkah ke dalam hotel.Setelah menyebutkan nomor kamar yang dirinya booking kepada resepsionis, Arjuna pun masuk ke dalam lift, menuju ke lantai tempat kamar itu berada.Arjuna ke luar dari dalam lift dan mulai melangkah menuju ke dalam kamar tersebut. Setelah dia masuk, Arjuna langsung disambut dengan seorang wanita seksi yang berpa
Di sebuah lobi hotel, Boris terlihat berjalan mondar-mandir menunggu kemunculan Arjuna dari dalam lift. Pasalnya, saat ini telah tiba waktunya untuk menjemput kedua keponakan sang atasan.Boris melirik ke arah lift sesaat setelah terbuka, namun yang ke luar bukannya Arjuna. Melainkan Cindy yang terlihat beberapa kali menyeka keringat yang mengucur di kedua pelipisnya. Sisa-sisa sensasi panas yang dirinya rasakan saat bermain kuda-kudaan di atas ranjang bersama Arjuna."Lho, kok Anda yang muncul? Tuan Arjuna, di mana?" ujar Asisten Boris penasaran."Saya disuruh turun duluan Asisten Boris," sahut Cindy."Terus ... Tuan Arjuna ke mana?" tanya Boris lagi."Tuan Arjuna sedang membersihkan dirinya. Oh ya, Asisten Boris. Jika Anda membutuhkan jasa saya lagi, jangan segan-segan untuk menghubungi saya. Saya sangat menunggu kerja sama selanjutnya dengan Tuan Muda Arjuna," seru Cindy penuh harap."Cih! Percaya diri sekali Anda?" sindir Boris."Ya saya harus percaya diri Asisten Boris, agar jas
Dari kejauhan, tepatnya masih di dalam mobil, Arjuna dapat melihat, jika kedua keponakannya sedang bercengkrama dengan seorang wanita muda yang sangat cantik parasnya. Sepertinya dia sedikit terpesona dengan wajah gadis itu yang begitu sangat unik.Namun dalam hatinya, Arjuna segera berkata,"Ingat Juna, wanita di mana-mana sama saja! Tidak ada satu perempuan pun yang tulus di dunia ini!" serunya dari dalam hatinya."Tunggu di sini, Boris. Saya akan menjemput anak-anak," ucap Arjuna.Namun sang asisten tidak menjawab perkataan dari Arjuna. Pemuda itu ternyata sedang asyik melihat ke arah gadis cantik yang sedang bercengkerama dengan Asher dan Ayin."Cih! Dasar! Woi Boris! Lo dengar nggak gue ngomongnya?" hardik Arjuna keras."Siap, Bos! Maaf, saya terkesima dengan seorang bidadari cantik," ujar Boris sambil terus memandang ke arah gadis cantik itu.Tanpa basa-basi dan pikir panjang lagi, Boris ke luar dari mobil dan berjalan menghampiri ketiganya."Woi! Boris! Lo mau ke mana?" kesal A
Asher dan Ayin langsung lihat-lihatan sambil tersenyum. Rencana mereka sepertinya berhasil menjauhkan Asisten Boris dari Miss Jane."Ha-ha-ha! Rasain Lo, Boris! Lo ngeyel sih dibilangin!" ejek Arjuna kepada asistennya."Iya, Bos. Mulai sekarang saya percaya dengan semua yang Anda katakan," sahutnya lesu."Untuk Ayin dan Asher, bagaimana kalau kita hang out ke mall?" ujarnya kepada kedua keponakannya."Benaran nih, Uncle?" sahut keduanya serentak.Namun dengan lesu Ayin berkata,"Aku nggak jadi ikut deh. Papi pasti nggak akan memberi izin jika kita main ke mall. Papi maunya kita belajar yang giat.""Aku tetap mau ikut Uncle, ke mall." Asher sepertinya mulai mewarisi sifat keras kepala dari Arjuna.Kedua pria beda generasi itu memang bagaikan pinang dibelah dua, sangat serasi terutama dari sifat-sifat mereka. Berbeda jauh dengan Ayin yang sangat patuh kepada kedua orang tuanya."Nah! Ini baru keponakan, Uncle! Asher Levin, you are the best!" puji Arjuna kepada keponakannya."Ayin, kamu
Sementara itu, Ayin merenung sejenak di depan berbagai pilihan rasa es krim yang terpampang di hadapannya saat ini."Aku pikir ... Aku akan mencoba sesuatu yang berbeda kali ini. Es krim strawberry terdengar menyegarkan," ucap Ayin dengan senyum lembut.Uncle Arjuna mengangguk setuju, "Pilihan yang bagus, Ayin. Strawberry pasti akan memberikan sentuhan manis yang istimewa."Setelah memesan es krim sesuai pilihan masing-masing, mereka pun duduk di kursi yang nyaman di area gerai es krim itu. Asher dengan cepat menyelupkan sendok ke dalam es krim coklatnya dan langsung mencicipi."Ini enak sekali, Uncle Arjuna! Terima kasih banyak, telah mengajak kami ke sini," ujar Asher dengan mata berbinar.Ayin juga mencicipi es krim strawberry-nya dan mengatakan,"Rasa strawberry ini begitu alami dan segar. Aku senang mencoba sesuatu yang baru." Uncle Arjuna tersenyum melihat keceriaan di wajah kedua keponakannya.Mereka pun mulai berbagi cerita tentang pengalaman di Time Zone tadi."Asher, apa per
Sementara itu, Uncle Arjuna mencari buah melon yang matang dan lezat. "Kita ambil satu melon yang besar untuk Oma dan Opa. Uncle yakin mereka akan menyukainya," ujarnya sambil memilih dengan cermat.Dalam perjalanan mencari buah, mereka tertarik dengan variasi buah lainnya. Uncle Arjuna menunjuk pada beberapa buah eksotis dan menjelaskan kepada Ayin dan Asher tentang keunikan dan kelezatan masing-masing buah. Percakapan ceria terdengar di antara ketiganya, sambil memilih dan berdiskusi tentang buah-buah yang telah mereka pilih.Setelah keranjang terisi penuh dengan berbagai buah segar, mereka lalu melangkah menuju kasir. Kasir dengan ramah menyambut ketiganya dan membantu proses pembayaran. "Semoga Oma dan Opa suka dengan pilihan buah segar ini," ujar Uncle Arjuna sambil membayar.Ketika ke luar dari toko buah, mereka membawa keranjang penuh buah dengan senyuman kepuasan. "Oma dan Opa pasti senang dengan hadiah ini. Mari kita bawa pulang dan berbagi kebahagiaan dengan mereka," uca
Setelah selesai makan, semuanya berkumpul di ruang keluarga. Berbincang-bincang santai sambil menikmati beberapa kue buah tangan dari Arjuna.Asher dan Ayin secara bergantian menceritakan pengalaman mereka menghabiskan waktu bersama Uncle Arjuna yang sungguh luar biasa."Juna, sudah waktunya kamu untuk menikah. Umurmu telah sangat matang untuk membina rumah tangga. Dua puluh delapan tahun menurut Opa adalah usia yang tepat untukmu memulai hubungan yang serius," tutur Opa Robi kepada sang cucu."Coba lihat sepupumu Erlan setelah menikah dan memiliki dua orang anak, hidupnya semakin teratur. Ada Mitha yang mengurus semua keperluannya," ucap sang opa lagi.Arjuna diam saja, pria itu malah terlihat sibuk dengan ponselnya. Dia sedang bertukar pesan dengan seseorang perihal rencana panasnya di malam minggu nanti."Benar kata Opa, Juna. Oma juga berharap secepatnya kamu dapat menikah dan membentuk keluarga yang harmonis," sergah Oma Rini penuh harap.Arjuna sama sekali tidak menggubris omong
Arjuna dan Darel akhirnya berpisah di parkiran bar. Sang sahabat segera masuk ke dalam mobilnya, sementara Arjuna memilih berjalan kaki sebentar untuk menghirup udara segar di Kota Jakarta malam ini.Arjuna mulai melangkah menyusuri trotoar jalanan Jakarta, perasaannya sangat kosong saat ini. Apalagi, dia ingat betul ancaman dari sepupunya, Erlan yang akan membongkar tentang kebiasaannya bermain wanita, jika Arjuna tidak mengenalkan seorang wanita di hadapan keluarga besarnya."Sial! Di mana aku akan mencari perempuan suci dan baik hati di zaman yang semakin edan ini!" gerutunya sendiri.Lalu tiba-tiba di depan matanya, Arjuna dapat melihat jika ada dua orang pria yang sedang menghadang seorang wanita. Sepertinya kedua pria itu ingin menyakitinya.Para pria tersebut mulai menyeret tubuh wanita itu di dalam sebuah gedung kosong yang agak jauh dari jalan utama. Melihat hal itu, Arjuna pun memutuskan untuk menolong sang gadis. Dia lalu mengikuti langkah mereka ke dalam sebuah gedung. Cah