"What? Kak Erlan juga ikut dalam meeting sore ini?" tanya Arjuna tak menyangka.
"Tepat sekali, Bos. Jadi saya berharap, Anda jangan memancing pertikaian dengan Tuan Erlan." "Cih! Siapa Lo ngatur-ngatur gue, Boris?" serunya sambil berkacak pinggang di hadapan pemuda itu. "Saya ... Asisten Anda, Bos. Yang ditunjuk langsung oleh Tuan Fred selaku, Chairman. Anda jangan lupakan itu!" seru Boris menjelaskan. "Apa? Jadi Lo mau nakut-nakutin gue, Boris?" "Tidak sama sekali, Bos. Saya mengingatkan Anda saja." "Terus, Lo ngapain sebut-sebut nama Uncle Fred? Lo mau gertak gue?" Arjuna semakin emosi. Hal tersebut membuat Boris terdiam. Dia tahu betul bagaimana keras kepalanya seorang Arjuna. Sang asisten pasti akan kalah berdebat dengannya. Lalu tiba-tiba ponselnya bergetar pertanda ada pesan masuk. Arjuna segera memeriksanya. Ternyata pesan itu berasal dari Oma Rini yang menyuruhnya untuk berkunjung ke Kediaman Levin, jika jam pulang kantor tiba. "Wow! Kebetulan sekali Aku jadi ada alasan untuk menghindar dari Kak Erlan!" ujarnya senang dari dalam hatinya. Tanpa basa-basi lagi, Arjuna pergi dari hadapan Boris dan tidak menggubris panggilan dari asistennya yang memanggil-manggil dirinya. "Bos ... tolong jangan pergi, Bos! Nanti Tuan Muda Erlan akan marah besar," ucap sang asisten. "Bodoh amat! Emangnya gue pikirin?" sahut Arjuna lalu segera masuk ke dalam lift meninggalkan asistennya, Boris. Namun baru saja Arjuna masuk ke dalam lift, pria itu diseret kembali ke luar dari lift oleh Asisten Dio, orang kepercayaan dari Erlan, sepupunya. "Dio! Lo ngapain megang-megang gue? Woi! Gue masih normal, ya! Gue masih doyan makan donat! Lo pikir gue pecinta batang?" kesal Arjuna lalu mencoba lepas dari cengkraman tangan Dio yang besar. "Maaf, Tuan Arjuna. Ini perintah," seru Dio sambil terus memastikan jika Arjuna tidak akan lepas dari kungkungan tubuhnya. "Jangan kurang ajar Lo, Dio! Perintah siapa maksud Lo, hah!" hardik Arjuna. Sementara Asisten Boris terlihat senyum-senyum sendiri melihat tingkah Arjuna yang seperti anak kecil yang tidak diperbolehkan untuk ke luar dari rumah. "Lo ngapain cengengesan begitu, Boris! Bantuin gue, sekarang!" ujar Arjuna tajam. "Maaf, Bos. Saya tidak berani dengan Asisten Dion. Dia pemegang sabuk hitam dari beberapa cabang olahraga bela diri," tukas Boris kepada sang atasan. Lalu tak berapa lama setelah itu, Erlan Levin yang merupakan kakak sepupu dari Arjuna mulai ke luar dari dalam lift. "Kak Erlan?" kaget Arjuna. "Oh ...jadi ini hasil dari konspirasi?" ujar Arjuna sambil menatap tajam ke arah asistennya, seraya berkata, "Jadi ini hasil kerja Lo, Boris?" kesal Arjuna kepada orang kepercayaannya. "Maafkan saya, Bos." tutur Boris sambil menundukkan kepalanya. "Dasar pengkhianat, Lo!" teriak Arjuna, sambil terus mencoba lepas dari tubuh Dio yang sedang menahan tubuhnya. "Bawa Arjuna ke dalam!" ujar Erlan sambil menatap sang sepupu dengan sangat dingin. Lalu dia melangkah untuk masuk ke dalam ruangan CEO, milik Arjuna. "Siap, Bos! Laksanakan!" sahut Dio, lalu mulai menyeret tubuh Arjuna ke dalam ruang kebesarannya. "Kakak! Gue mau pergi sebentar, Kak. Gue ada urusan! Kok malah gue ditahan di sini, sih? Ini pelanggaran hak asasi manusia!" ujar Arjuna semakin tajam. Ternyata, kekuatan Arjuna di atas rata-rata dari Asisten Dio. Tubuhnya hampir terlepas dari Dio. Mau tak mau Boris pun ikut membantu menyeret Arjuna untuk masuk kembali ke dalam ruangan pribadinya. "Woi! Boris! Sialan Lo! Ngapain Lo bantuin Dio menyeret gue? Seharusnya Lo bantuin gue melarikan diri!" teriak Arjuna lagi. "Maafkan saya, Bos. Ini perintah." ujar Boris mantap. Akhirnya, Arjuna bisa masuk juga ke dalam ruangannya. Erlan terlihat sedang duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Sambil menatap tajam ke arah Arjuna. "Ada apa sih, Kak. Kok malah menatap tajam terus ke arah ku? Aku sih tidak takut terhadap apapun dan siapapun di dunia ini. Termasuk tatapan menusuk dari mu Kak!" seru Arjuna lalu duduk tepat di hadapan Erlan. Bahkan dengan beraninya, Arjuna mengangkat satu kakinya di hadapan Erlan. Sang sepupu terlihat menghela napasnya dengan sangat berat, seraya berkata. "Sampai kapan kamu dewasanya, Juna?" ujar Erlan sambil mencampakkan lembaran demi lembaran foto intim Arjuna dengan beberapa wanita. "Apa untungnya kamu bermain dengan banyak wanita?" tegur Erlan kepada Arjuna. "Yaelah, Kakak! Kurang kerjaan banget sih, sampai mengusik kehidupan pribadi ku?" kesal Arjuna lalu memungut foto-foto tersebut kemudian dengan cepat merobeknya sampai keping-kepingan kecil. "Kakak bukannya kurang kerjaan, Juna! Tapi mau sampai kapan kamu seperti itu? Usiamu sudah cukup matang untuk berumah tangga. Pilihlah salah satu dari para perempuan itu untuk kamu jadikan, istri!" ucap Erlan mencoba memberi solusi kepada adik sepupunya. "Dih! Enak saja. Mereka itu semua adalah perempuan murahan!" "Kalau kamu tahu mereka murahan, ngapain kamu menjalin hubungan dengan gadis-gadis itu, Juna?" "He-he-he! Namanya aku sedang bermain, Kak." "Wanita itu bukan untuk dijadikan permainan, Juna. Pokoknya Kakak tidak mau tahu! Akhir tahun ini, kamu harus sudah mengenalkan kepada keluarga besar Levin, seorang wanita sebagai calon pendamping mu. Jika tidak ...." Erlan sengaja menggantung kalimatnya, untuk menakut-nakuti Arjuna. "Kenapa Kakak tidak melanjutkan kalimatnya? Aku penasaran dengan lanjutannya," ujar Arjuna tak gentar sedikitpun. "Jika sampai akhir tahun kamu tidak mengenalkan satu wanita pun kepada keluarga semua, maka Kakak akan membeberkan semua aktivitas intimmu dengan banyak wanita, yang telah lama kamu lakoni!" seru Erlan panjang lebar. "Apaan sih, Kakak! Reseh banget deh jadi orang!" kesal Arjuna tak terima dengan ancaman Erlan. "Makanya segera cari calon istri untukmu sendiri. Jika tidak, Kakak akan membongkar semuanya!" "Apa sih, Kak? Kakak pikir mencari jodoh itu gampang?" "Makanya mulai cari dari sekarang! Kamu jangan sibuk berpetualangan terus tanpa ujung yang pasti!" ujar Erlan. Sang sepupu lalu berjalan ke luar dari ruangan kebesaran Arjuna seraya berkata, "Kakak tunggu kamu di ruang meeting! Memimpin perusahaan adalah tanggung jawabmu! Jangan pernah lagi melarikan diri dari kewajiban mu!" tegas Erlan lagi, lalu benar-benar pergi dari hadapan Arjuna. Di dalam ruangan pribadinya, Arjuna menggerutu sendiri karena ancaman dari sepupunya. "Shitt! Di mana aku mencari seorang wanita untuk ku jadikan istri?" kesalnya sendiri. "Kak Erlan pikir, mencari wanita baik-baik itu gampang, apa? Apalagi zaman sekarang! Mana ada wanita yang memiliki hati yang tulus? Cih! Malah nambah PR gue ini! Sial banget gue!" serunya semakin kesal. Arjuna pun melangkah ke luar dari ruangan kebesarannya menuju ke ruang meeting, di mana semua orang sedang menunggunya. Arjuna sama sekali tidak menyimak apa yang terjadi di dalam ruang meeting itu, sang pria terlihat beberapa kali menguap menahan kantuk yang tiba-tiba menyerangnya. "Untuk penjelasan lebih lanjut, kami serahkan kepada Tuan Arjuna untuk memaparkannya!" tutur Erlan sengaja berkata seperti itu, karena melihat sang sepupu yang tidur di ruang meeting tersebut.Mendengar ucapan Erlan, semua mata di dalam ruangan meeting itu langsung tertuju kepada sang CEO yang sedang tertidur di ruang meeting.Erlan juga ikut melihat sepupunya yang sedang tertidur pulas itu. Dia terlihat geleng-geleng kepala melihat tingkah Arjuna yang tidur tapi tidak tahu tempat."Tuan Arjuna Levin!" hardik Erlan tajam.Suara Erlan yang menggelegar besar itu, mampu membuat Arjuna terbangun. Seraya berkata,"Siap, Tuan Erlan! Laksanakan!" ucapnya mantap.Arjuna terlihat menguap beberapa kali di hadapan semua peserta meeting."Ayo, Tuan Arjuna. Kami menunggu penjabaran dari Anda tentang pembangunan hotel di daerah Nusa Dua Bali!" ujar Erlan terus mendesak adik sepupunya.Arjuna lalu berdiri di depan meja bulat yang memanjang di ruang rapat yang penuh dengan peserta meeting dan tim proyek serta beberapa kolega bisnis.Dia lalu menata peta proyek hotel Nusa Dua di layar proyektor.Kemudian Arjuna berkata, "Selamat sore semua. Saya senang bisa berada di sini untuk memaparkan r
Di depan sebuah hotel bintang lima,"Bos, waktu Anda hanya ada satu jam dari sekarang. Satu jam berikutnya, Anda harus telah berada di tempat les Tuan Muda Asher dan Nona Muda Ayin," ucap Boris mengingatkan."Beres! Lo tenang saja! Ini akan dilakukan dengan cepat! Apa Lo yakin sudah mengatakan semua prosedur dari gue kepada wanita itu?" "Semua sudah saya jelaskan, Bos. Sampai ke detail terkecil," tutur Boris."Perempuan itu sudah tidak perawan, bukan?" ujar Arjuna memastikan."Semua sesuai request Anda, Bos!" ujar Boris lagi."Good! Lo tunggu di lobi. Gue akan melakukannya dengan cepat!" Setelah mengatakan itu, Arjuna pun ke luar dari dalam mobil lalu melangkah ke dalam hotel.Setelah menyebutkan nomor kamar yang dirinya booking kepada resepsionis, Arjuna pun masuk ke dalam lift, menuju ke lantai tempat kamar itu berada.Arjuna ke luar dari dalam lift dan mulai melangkah menuju ke dalam kamar tersebut. Setelah dia masuk, Arjuna langsung disambut dengan seorang wanita seksi yang berpa
Di sebuah lobi hotel, Boris terlihat berjalan mondar-mandir menunggu kemunculan Arjuna dari dalam lift. Pasalnya, saat ini telah tiba waktunya untuk menjemput kedua keponakan sang atasan.Boris melirik ke arah lift sesaat setelah terbuka, namun yang ke luar bukannya Arjuna. Melainkan Cindy yang terlihat beberapa kali menyeka keringat yang mengucur di kedua pelipisnya. Sisa-sisa sensasi panas yang dirinya rasakan saat bermain kuda-kudaan di atas ranjang bersama Arjuna."Lho, kok Anda yang muncul? Tuan Arjuna, di mana?" ujar Asisten Boris penasaran."Saya disuruh turun duluan Asisten Boris," sahut Cindy."Terus ... Tuan Arjuna ke mana?" tanya Boris lagi."Tuan Arjuna sedang membersihkan dirinya. Oh ya, Asisten Boris. Jika Anda membutuhkan jasa saya lagi, jangan segan-segan untuk menghubungi saya. Saya sangat menunggu kerja sama selanjutnya dengan Tuan Muda Arjuna," seru Cindy penuh harap."Cih! Percaya diri sekali Anda?" sindir Boris."Ya saya harus percaya diri Asisten Boris, agar jas
Dari kejauhan, tepatnya masih di dalam mobil, Arjuna dapat melihat, jika kedua keponakannya sedang bercengkrama dengan seorang wanita muda yang sangat cantik parasnya. Sepertinya dia sedikit terpesona dengan wajah gadis itu yang begitu sangat unik.Namun dalam hatinya, Arjuna segera berkata,"Ingat Juna, wanita di mana-mana sama saja! Tidak ada satu perempuan pun yang tulus di dunia ini!" serunya dari dalam hatinya."Tunggu di sini, Boris. Saya akan menjemput anak-anak," ucap Arjuna.Namun sang asisten tidak menjawab perkataan dari Arjuna. Pemuda itu ternyata sedang asyik melihat ke arah gadis cantik yang sedang bercengkerama dengan Asher dan Ayin."Cih! Dasar! Woi Boris! Lo dengar nggak gue ngomongnya?" hardik Arjuna keras."Siap, Bos! Maaf, saya terkesima dengan seorang bidadari cantik," ujar Boris sambil terus memandang ke arah gadis cantik itu.Tanpa basa-basi dan pikir panjang lagi, Boris ke luar dari mobil dan berjalan menghampiri ketiganya."Woi! Boris! Lo mau ke mana?" kesal A
Asher dan Ayin langsung lihat-lihatan sambil tersenyum. Rencana mereka sepertinya berhasil menjauhkan Asisten Boris dari Miss Jane."Ha-ha-ha! Rasain Lo, Boris! Lo ngeyel sih dibilangin!" ejek Arjuna kepada asistennya."Iya, Bos. Mulai sekarang saya percaya dengan semua yang Anda katakan," sahutnya lesu."Untuk Ayin dan Asher, bagaimana kalau kita hang out ke mall?" ujarnya kepada kedua keponakannya."Benaran nih, Uncle?" sahut keduanya serentak.Namun dengan lesu Ayin berkata,"Aku nggak jadi ikut deh. Papi pasti nggak akan memberi izin jika kita main ke mall. Papi maunya kita belajar yang giat.""Aku tetap mau ikut Uncle, ke mall." Asher sepertinya mulai mewarisi sifat keras kepala dari Arjuna.Kedua pria beda generasi itu memang bagaikan pinang dibelah dua, sangat serasi terutama dari sifat-sifat mereka. Berbeda jauh dengan Ayin yang sangat patuh kepada kedua orang tuanya."Nah! Ini baru keponakan, Uncle! Asher Levin, you are the best!" puji Arjuna kepada keponakannya."Ayin, kamu
Sementara itu, Ayin merenung sejenak di depan berbagai pilihan rasa es krim yang terpampang di hadapannya saat ini."Aku pikir ... Aku akan mencoba sesuatu yang berbeda kali ini. Es krim strawberry terdengar menyegarkan," ucap Ayin dengan senyum lembut.Uncle Arjuna mengangguk setuju, "Pilihan yang bagus, Ayin. Strawberry pasti akan memberikan sentuhan manis yang istimewa."Setelah memesan es krim sesuai pilihan masing-masing, mereka pun duduk di kursi yang nyaman di area gerai es krim itu. Asher dengan cepat menyelupkan sendok ke dalam es krim coklatnya dan langsung mencicipi."Ini enak sekali, Uncle Arjuna! Terima kasih banyak, telah mengajak kami ke sini," ujar Asher dengan mata berbinar.Ayin juga mencicipi es krim strawberry-nya dan mengatakan,"Rasa strawberry ini begitu alami dan segar. Aku senang mencoba sesuatu yang baru." Uncle Arjuna tersenyum melihat keceriaan di wajah kedua keponakannya.Mereka pun mulai berbagi cerita tentang pengalaman di Time Zone tadi."Asher, apa per
Sementara itu, Uncle Arjuna mencari buah melon yang matang dan lezat. "Kita ambil satu melon yang besar untuk Oma dan Opa. Uncle yakin mereka akan menyukainya," ujarnya sambil memilih dengan cermat.Dalam perjalanan mencari buah, mereka tertarik dengan variasi buah lainnya. Uncle Arjuna menunjuk pada beberapa buah eksotis dan menjelaskan kepada Ayin dan Asher tentang keunikan dan kelezatan masing-masing buah. Percakapan ceria terdengar di antara ketiganya, sambil memilih dan berdiskusi tentang buah-buah yang telah mereka pilih.Setelah keranjang terisi penuh dengan berbagai buah segar, mereka lalu melangkah menuju kasir. Kasir dengan ramah menyambut ketiganya dan membantu proses pembayaran. "Semoga Oma dan Opa suka dengan pilihan buah segar ini," ujar Uncle Arjuna sambil membayar.Ketika ke luar dari toko buah, mereka membawa keranjang penuh buah dengan senyuman kepuasan. "Oma dan Opa pasti senang dengan hadiah ini. Mari kita bawa pulang dan berbagi kebahagiaan dengan mereka," uca
Setelah selesai makan, semuanya berkumpul di ruang keluarga. Berbincang-bincang santai sambil menikmati beberapa kue buah tangan dari Arjuna.Asher dan Ayin secara bergantian menceritakan pengalaman mereka menghabiskan waktu bersama Uncle Arjuna yang sungguh luar biasa."Juna, sudah waktunya kamu untuk menikah. Umurmu telah sangat matang untuk membina rumah tangga. Dua puluh delapan tahun menurut Opa adalah usia yang tepat untukmu memulai hubungan yang serius," tutur Opa Robi kepada sang cucu."Coba lihat sepupumu Erlan setelah menikah dan memiliki dua orang anak, hidupnya semakin teratur. Ada Mitha yang mengurus semua keperluannya," ucap sang opa lagi.Arjuna diam saja, pria itu malah terlihat sibuk dengan ponselnya. Dia sedang bertukar pesan dengan seseorang perihal rencana panasnya di malam minggu nanti."Benar kata Opa, Juna. Oma juga berharap secepatnya kamu dapat menikah dan membentuk keluarga yang harmonis," sergah Oma Rini penuh harap.Arjuna sama sekali tidak menggubris omong