"Aku mau kok Bun diantar ke pesantren," ucap Rayan yang tiba-tiba mendatangiku di meja makan, aku yang saat itu sedang duduk dengan mas Vicki langsung saling menatap."Yakin mau pergi? Kita nggak mau maksain juga kalau ternyata kamu nggak akan bahagia dengan keputusan kita," jawab Mas Vicky."Engga Om, aku juga setuju, Bunda juga pasti udah pilihin tempat terbaik buat aku," balasnya "Ya, hanya untuk mengenyam pendidikan SMP saja, nanti ketika SMA kamu bisa kembali ke mari.""Kalo nggak betah kamu juga bisa Bunda jemput kapan pun kamu mau," timpalku."Iya, Bund, aku bakal tahan kok, "Iya, Om. Jadi Bunda kasih tau aja aku harus bawa apa dan mengemasi apa," jawabnya."Sebelum berkemas, kamu makan dulu," ucapku sambil menyodorkan piring."Apakah ada hal yang akan kita beli Bunda?""Ya, kita harus belanja, belanja baju muslim sarung dan selimut," balasku."Oke, gak apa apa," balas anakku denan anggukan.Aku senang karena akhirnya dia setuju meski juga aku heran mengapa dia tiba-tiba setu
Ketika sedang sibuk menyiapkan makan malam tiba-tiba sebuah pesan whatsapp masuk ke ponselku. Nomornya tidak tercatat Namun sepertinya aku harus membaca pesannya[Mengapa kau harus menunjukkan kemesraan lewat telepon apa kau hendak mengolok-ngolok aku?]Tidak perlu menelisik lebih lanjut, aku sudah tahu bahwa ini pasti kiriman pesan dari Mas Rafiq membaca WhatsAppnya membuatku sangat malas dan mood-ku menjadi hancur. aku yang tadinya bersemangat menyiapkan makan malam menjadi sebal.Terserah apa yang hendak dia katakan aku tak hendak membalasnya, buang-buang waktu dan makan hati saja.[Apakah kau sedang menertawakanku?]Pesan itu masuk lagi dan mau tidak mau membuatku geram sekali.[Aku sedang bercinta dengan suamiku, jadi jangan ganggu!] balasku sambil sambil memencet tombol HP dengan wajah geram. Ada kesan gemes ketika aku menekan layar itu dan ternyata Mas Vicky melihatnya."Kamu kenapa sayang?""Enggak kenapa kenapa," jawabku."Lalu kenapa wajahnya cemberut begitu?""Ini, Mas, lag
"Ayo pergi Rafiq percuma bicara dengan orang yang tidak mengerti," ucap Ibunya sambil berlalu, sejak dahulu tatapan sinis mantan Ibu mertua selalu sama, dia tidak pernah menghargaiku seperti menantu menantunya yang lain selalu saja ada hal yang membuat Dia benci dan sinis kepadaku."Ayo, Ma."Mereka pun berjalan meninggalkan tempat itu setelah beberapa saat di sekolah rayan berangkat, begitu pun juga aku dan suamiku yang kembali ke mobil dan meluncur pulang ke rumah kami."Besok-besok kalau ada orang yang ingin memancingmu, jangan terlalu tanggapi Jannah, bisa jadi mereka hanya ingin menyudutkan dan memancing emosi saja," ujar Mas Vicky di atas mobil."Iya, Mas maaf karena tadi aku sempat tersulut emosi," desahku pelan."Lebih baik menjadi pribadi yang tenang dan sabar daripada terus-menerus tersinggung dan beradu argumen. Karena kalian pernah saling mencintai jadi dalam keadaan sudah berpisah maka akan lebih sering ada perselisihan dan saling sindir aku harap kamu lebih santai saat
Belum pernah sekalipun dalam hidupku mengadukan masalah pekerjaan kepada orang tua atau orang terdekat terlebih suami namun kali ini aku benar-benar merasa sangat pusing dan kelelahan.Dia yang peka terhadap gestur dan raut wajahku langsung mendekat dan memberikan senyumnya yang selalu meneduhkan."Ada apa Sayang, kamu terlihat kusut sekali?""Aku sedang susah Mas, aku telah mengecewakan kontrak yang bernilai puluhan juta dengan pelanggan yang juga akan menjual kembali barang dari butikku,", desahku pelan."Lho, kok, bisa?""Pasangan benang dan bahan baku yang tidak kunjung datang, akibat salah input sehingga pemesanannya terlambat diproses," jawabku sedih."Lalu apa yang kamu lakukan untuk mengatasi masalah ini?""Aku hanya minta maaf dan menerima semua ucapan dan kemarahan pihak pembeli, terlambat di satu tempat memicu keterlambatan di tempat lain dan menimbulkan kerugian yang beruntun." Air mataku tumpah begitu saja."Tenang, Jannah, jangan menangis bukankah kau adalah wanita tangg
"Apa yang kamu lakukan di sini?"Kami berlomba menuju pintu untuk menarik tangan wanita itu.Aku ingin tahu apa yang dilakukannya di sini."Kenapa kau panik melihat kami?" cecarku."Maaf ini lingkungan kantor bukan tempat bertengkar, aku ada urusan dan tidak perlu harus memberi tahumu apa yang sedang kulakukan," ujarnya."Apa kau sengaja melakukan sesuatu?"selidikku."Emangnya apa yang akan kulakukan? Dasar aneh pabrik ini adalah pabrik pamanku, jadi aku bebas datang kapan pun yang aku mau," jawabnya ketus."Lalu kenapa kau panik melihat kami?!" "Bukannya panik tapi aku benci padamu," jawabnya."Kenapa?" Aku masih dalam posisi menarik tangannya."Pernah kau selalu membayangi Rumah tanggaku, suamiku selalu memikirkan tentangmu yang tidak berguna itu.""Jaga mulutmu Rossa," desisku melotot.Mas Vicky yang menyadari bahwa jika dibiarkan maka aku akan bertengkar dengan istri Mas Raffiq segera menengahi."Sudahlah, ayo Jannah, kita selesaikan urusan kita," ajaknya."Jika ketahuan ka
Tidak tahu entah mengapa tiba-tiba terbesit pikiran untuk melakukan sesuatu Aku ingin memberikan sebuah peringatan terakhir yang akan diingat oleh mantan suamiku.Kuparkirkan mobil dan kulangkahkan kaki memasuki toko yang menyediakan spare part mobil dan aksesorisnya. Dia yang saat itu sedang duduk di meja kasir dan menghitung langsung kaget melihat bahwa aku telah ada di dalam tokonya."Hmm, kamu?"Aku langsung datang dan menghampirinya."Dengar, tak peduli benar atau salah tentang dugaanku, Aku ingin kau segera menjauhkan istrimu dari kehidupanku, aku tahu bahwa kerugian yang baru saja ku derita adalah perbuatannya.""Hah, apa maksudmu? aku tidak mengerti apa yang kau katakan?" Pria itu melengos dan menjauh dariku, dia kembali meneruskan pekerjaan memeriksa barang di toko etalase."Aku yakin bahwa Bella yang sudah meminta pamannya untuk memperlambat pesanan barang! Imbasnya, aku merugi puluhan juta,". balasku murka."Apa kamu punya bukti ketika melemparkan tuduhan itu? Atau jangan-j
Ketika aku sedang merawat tanaman mawar, tiba tiba Mas Vicky datang dan menyapa."Assalamualaikum, selamat pagi, Bun, kamu gak ke butik?""Capek, Mas, karena yang kemarin masih kepikiran," ucapku pelan.Dia lantas menarik tanganku dan mengajakku duduk di bangku teras belakang."Hei, dengar, Jangan jadikan halangan apapun untuk menghentikan kamu dari kegiatanmu dan usaha yang sudah kamu tekuni sejak lama," ucapnya sambil menggenggam tanganku.Senyumnya selalu begitu menakjubkan membuat hati ini merasa tentram."Iya, juga, tapi aku sedang lelah, Mas.""Kata Rita, barang yang terlambat datang pun sudah dikirim, jadi seharusnya kamu jangan terlalu bersedih, uang yang hilang masih bisa dicari, jadikan ini sebagai hikmah dan pembelajaran agar lebih berhati-hati dan teliti."Ia menepuk bahuku lembut."Terima kasih ya," ucapku lirih."Sama-sama, Sayang. Oh, ya, Aku ingin beritahu sesuatu," ucapnya sambil mengulum senyum."Iya, ada apa, Mas?""Ayahku meluaskan bisnis menjadi sebagai orang yan
Ketika hendak bertemu denganku neneknya menarik lengan Rayan, putraku nampak bingung namun tentu saja dia tidak mau mengecewakan keluarganya. Akhirnya dia menyerah dan ikut pada mereka."Sini Rayan, Nenek kangen sama Rayan," ajaknya pada anakku."Iya, Nek," balas anakku dnegan senyum terpaksa."Kami bawakan bekal dan lauk kering, juga bawakan baju dan sejadah baru," ucap mantan ibu mertua sambil menyodorkan tas besar padanya."Makasih Oma atas bawaannya, Rayan senang," balasnya."Oh, ya, lihat adikmu ganteng kan?" ucap ibu mertua menunjukkan anak Mas Rafiq."Iya, ganteng," balas anakku sambil menciumi adik tirinya. Melihat keakraban mereka mantan ibu mertua terlihat menaikkan alisnya penuh kemenangan padaku.Wanita itu seakan akan mengulur waktu dan tidak membiarkan putraku mendekat padaku."Gimana pelajaran kamu, Rayan," ucap ayahnya."Baik, Yah," ucapnya."Musim liburan nanti kita akan pergi ke Bali, kamu mau?""Mau, Yah, tapi harus atas izin Bunda" balasnya."Tapi kok, kayaknya ka