Share

167

Ketika aku sedang merawat tanaman mawar, tiba tiba Mas Vicky datang dan menyapa.

"Assalamualaikum, selamat pagi, Bun, kamu gak ke butik?"

"Capek, Mas, karena yang kemarin masih kepikiran," ucapku pelan.

Dia lantas menarik tanganku dan mengajakku duduk di bangku teras belakang.

"Hei, dengar, Jangan jadikan halangan apapun untuk menghentikan kamu dari kegiatanmu dan usaha yang sudah kamu tekuni sejak lama," ucapnya sambil menggenggam tanganku.

Senyumnya selalu begitu menakjubkan membuat hati ini merasa tentram.

"Iya, juga, tapi aku sedang lelah, Mas."

"Kata Rita, barang yang terlambat datang pun sudah dikirim, jadi seharusnya kamu jangan terlalu bersedih, uang yang hilang masih bisa dicari, jadikan ini sebagai hikmah dan pembelajaran agar lebih berhati-hati dan teliti."

Ia menepuk bahuku lembut.

"Terima kasih ya," ucapku lirih.

"Sama-sama, Sayang. Oh, ya, Aku ingin beritahu sesuatu," ucapnya sambil mengulum senyum.

"Iya, ada apa, Mas?"

"Ayahku meluaskan bisnis menjadi sebagai orang yan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status