Malam pertama sebagai keluarga baru berjalan lancar, keluarga kedua belah pihak berkumpul di rumah setelah acara, makan malam lalu kembali ke rumah masing-masing, mereka seluruh anggota keluarga antusias dan bahagia dengan pernikahan ini. Hanya saja, satu-satunya orang yang terlihat tidak bersemangat Hanya Rayan, entah kenapa anakku itu menjadi murung dan seperti kehilangan semangat.Di acara makan malam pun dia tidak bergabung, alasannya, tidak enak badan dan lebih memilih untuk tidur. Kucoba tanyakan kepada Raisa tentang apa yang terjadi pada adiknya, namun anak gadisku juga tidak tahu ada apa dengan Rayan.Hati ini merasa cemas, namun aku coba alihkan dengan kembali membaur dengan sisa anggota keluarga sampai mereka semua beranjak ke kamar dan kami--aku dan Mas Vicky masuk juga ke kamar kami.** Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan menyiapkan sarapan kesukaan Rayan, tak lupa kubuatkan secangkir susu panas dan membawakan untuknya obat.Kuketuk pintu kamar namun dia tidak men
Karena merasa tidak berhasil mendapatkan titik temu dengan Mas Rafiq, akhirnya aku memutuskan untuk pergi menemui istrinya saja. Mungkin dengan bicara pada Rossa dan berusaha membujuknya wanita itu, bisa jadi dia bisa mengendalikan suaminya.Sebenarnya agak ragu dan khawatir bahwa kedatanganku akan menimbulkan kesalahpahaman, Aku khawatir dengan mencari Rossa dia akan berasumsi bahwa aku akan meminta Mas Rafiq darinya. Lagipula satu-satunya tempat untuk menemukan wanita itu adalah di rumah mertuanya, menemui ibu mertuanya juga sama seperti meletakkan diri di dalam kandang singa.Kuparkirkan mobil di depan rumah yang pernah ku tinggalli selama hampir 1 tahun. Kebetulan ada Pak Eko yang merupakan supir sejak dulu sedang membersihkan mobil Mama mertua."Permisi Pak Eko .....""Oalah, Mbak, Jannah, tumben ...."Pak Eko terlihat senang dengan kedatanganku ia menghampiri lalu menyalami."Gimana kabarnya Pak," tanyaku pada pria baik itu."Baik mbak, Mbaknya kesini ada apa ya? Kok tumben?"
Ditelaah sejak dahulu awal-awal dari kehilangan bahagiaku adalah ketika aku memiliki madu. Setelah itu hidupku bahagia kembali aku memilih sendiri. Nggak tiba-tiba Mas Rafiq meyakinkanku untuk pernikahan. Dan awal petaka yang sesungguhnya adalah dia. Aku tidak menyangka bahwa pria yang ketampanannya melebihi Mas Ikbal akan memberikan penderitaan dan kesusahan yang cukup banyak di dalam hidupku. Aku tidak mengira bahwa takdir yang kupilih untuk bersamanya adalah jalan yang salah.Bahkan ketika kami sudah berpisah dan aku telah menikah lagi kemudian kami menjalani hidup masing-masing, dia tetap sama, masih saja memberiku masalah. Apa sebenarnya yang Mas Rafiq inginkan?Setelah tidak berhasil mempengaruhi untuk rujuk dengannya dia malah mempengaruhi Rayan untuk memberontak pada ibunya sendiri. Jika tidak bisa menjauhkan Mas Rafiq jadi anakku, maka yang harus dijauhkan adalah Rayan darinya.Pukul 7 malam aku menemui putraku di kamarnya, yang terlihat sedang duduk di meja belajar, langs
Hari itu aku dan Mas Vicky pergi menemui Mas Rafiq ke rumahnya, membawa serta Rayan bersama kami, aku berencana untuk memberinya kejutan yang akan membuat dia tidak berkutik.Lagipula bagaimana dia akan terketik jika istri dan ibunya berada di tempat itu.Siang itu dengan mengendarai mobil aku bersama anak dan suamiku sampai tepat di depan rumah megah milik keluarga Mas Rafiq.Kamu yang masuk ke pekarangan utama, dan suasana terlihat lengang tanpa adanya sopir atau tukang kebun. Dilanjutkan ke pintu utama, Rayan yang sejak tadi diberitahu akan menemui ayahnya terlihat tidak menunjukkan ekspresi apapun. Kuketuk pintu dan tak lama kemudian pintunya dibuka oleh si Bibi."Assalamualaikum, apa Mas Rafiq dan Rossa ada di rumah?""Uhmm, ada ... Mbak," jawab si Bibi ragu."Katakan bahwa saya ingin bertemu dengannya, dan katakan juga bahwa Rayan datang." "Baik, Mbak," jawab si Bibi beringsut ke dalam.Tidak lama kemudian Mas Rafiq turun, dia begitu bahagia melihat anaknya, mempercepat langk
"Aku mau kok Bun diantar ke pesantren," ucap Rayan yang tiba-tiba mendatangiku di meja makan, aku yang saat itu sedang duduk dengan mas Vicki langsung saling menatap."Yakin mau pergi? Kita nggak mau maksain juga kalau ternyata kamu nggak akan bahagia dengan keputusan kita," jawab Mas Vicky."Engga Om, aku juga setuju, Bunda juga pasti udah pilihin tempat terbaik buat aku," balasnya "Ya, hanya untuk mengenyam pendidikan SMP saja, nanti ketika SMA kamu bisa kembali ke mari.""Kalo nggak betah kamu juga bisa Bunda jemput kapan pun kamu mau," timpalku."Iya, Bund, aku bakal tahan kok, "Iya, Om. Jadi Bunda kasih tau aja aku harus bawa apa dan mengemasi apa," jawabnya."Sebelum berkemas, kamu makan dulu," ucapku sambil menyodorkan piring."Apakah ada hal yang akan kita beli Bunda?""Ya, kita harus belanja, belanja baju muslim sarung dan selimut," balasku."Oke, gak apa apa," balas anakku denan anggukan.Aku senang karena akhirnya dia setuju meski juga aku heran mengapa dia tiba-tiba setu
Ketika sedang sibuk menyiapkan makan malam tiba-tiba sebuah pesan whatsapp masuk ke ponselku. Nomornya tidak tercatat Namun sepertinya aku harus membaca pesannya[Mengapa kau harus menunjukkan kemesraan lewat telepon apa kau hendak mengolok-ngolok aku?]Tidak perlu menelisik lebih lanjut, aku sudah tahu bahwa ini pasti kiriman pesan dari Mas Rafiq membaca WhatsAppnya membuatku sangat malas dan mood-ku menjadi hancur. aku yang tadinya bersemangat menyiapkan makan malam menjadi sebal.Terserah apa yang hendak dia katakan aku tak hendak membalasnya, buang-buang waktu dan makan hati saja.[Apakah kau sedang menertawakanku?]Pesan itu masuk lagi dan mau tidak mau membuatku geram sekali.[Aku sedang bercinta dengan suamiku, jadi jangan ganggu!] balasku sambil sambil memencet tombol HP dengan wajah geram. Ada kesan gemes ketika aku menekan layar itu dan ternyata Mas Vicky melihatnya."Kamu kenapa sayang?""Enggak kenapa kenapa," jawabku."Lalu kenapa wajahnya cemberut begitu?""Ini, Mas, lag
"Ayo pergi Rafiq percuma bicara dengan orang yang tidak mengerti," ucap Ibunya sambil berlalu, sejak dahulu tatapan sinis mantan Ibu mertua selalu sama, dia tidak pernah menghargaiku seperti menantu menantunya yang lain selalu saja ada hal yang membuat Dia benci dan sinis kepadaku."Ayo, Ma."Mereka pun berjalan meninggalkan tempat itu setelah beberapa saat di sekolah rayan berangkat, begitu pun juga aku dan suamiku yang kembali ke mobil dan meluncur pulang ke rumah kami."Besok-besok kalau ada orang yang ingin memancingmu, jangan terlalu tanggapi Jannah, bisa jadi mereka hanya ingin menyudutkan dan memancing emosi saja," ujar Mas Vicky di atas mobil."Iya, Mas maaf karena tadi aku sempat tersulut emosi," desahku pelan."Lebih baik menjadi pribadi yang tenang dan sabar daripada terus-menerus tersinggung dan beradu argumen. Karena kalian pernah saling mencintai jadi dalam keadaan sudah berpisah maka akan lebih sering ada perselisihan dan saling sindir aku harap kamu lebih santai saat
Belum pernah sekalipun dalam hidupku mengadukan masalah pekerjaan kepada orang tua atau orang terdekat terlebih suami namun kali ini aku benar-benar merasa sangat pusing dan kelelahan.Dia yang peka terhadap gestur dan raut wajahku langsung mendekat dan memberikan senyumnya yang selalu meneduhkan."Ada apa Sayang, kamu terlihat kusut sekali?""Aku sedang susah Mas, aku telah mengecewakan kontrak yang bernilai puluhan juta dengan pelanggan yang juga akan menjual kembali barang dari butikku,", desahku pelan."Lho, kok, bisa?""Pasangan benang dan bahan baku yang tidak kunjung datang, akibat salah input sehingga pemesanannya terlambat diproses," jawabku sedih."Lalu apa yang kamu lakukan untuk mengatasi masalah ini?""Aku hanya minta maaf dan menerima semua ucapan dan kemarahan pihak pembeli, terlambat di satu tempat memicu keterlambatan di tempat lain dan menimbulkan kerugian yang beruntun." Air mataku tumpah begitu saja."Tenang, Jannah, jangan menangis bukankah kau adalah wanita tangg