Dua hari berlalu dari perjanjian mereka di taman kampus.
Gabriel Nostra mendatanginya, menemukan gadis itu duduk di sana lagi. Wajah cantik Alexandra Camorra terlihat tetap sama, sayang gadis itu sengaja menyembunyikan dari semua pria, termasuk sang mafia.
"Apa kau kehilangan ini?"
"Oh, ini bukuku! Kenapa ada di tanganmu?"
"Kau meninggalkan di kursi taman. Kupikir ada baiknya bertemu denganmu di sini."
Tapi bukunya ditarik lagi oleh Gabriel, tangan Alexandra tidak bisa meraihnya. Pria itu sengaja menggoda, mempermainkannya. Tubuh Alexandra terlalu mungil sementara Gabriel Nostra tinggi besar. Tangan kecilnya menyentak dadanya yang berotot.
"Brengsek kau, kembalikan bukuku!"
"Kembalikan logistik milikku dulu! Jika malam ini tidak kau antarkan, aku bakar bukumu dan seluruh hidupmu!"
"Bedebah kau, Gabriel. Sungguh, aku tak tahu di mana lokasi barang milikmu!"
"Lalu siapa yang menyimpan isi dari kontainerku saat ini?"
"Aku tidak bisa menyebutkan, bagian tugasku hanya menyerang dan merampas barang. Bagian pengiriman dipegang oleh orang lain!"
"Apa aku harus percaya padamu?"
Alexandra membuang muka. Pandangan Gabriel terlalu dekat di wajahnya. Aroma maskulin bercampur parfum mahal, menyeruak tajam di penciumannya, terus mengintimidasi dengan pesonanya.
Gabriel brengsek-!
Dia memilih untuk pergi darinya. Mata kuliah terakhir tidak terlalu penting. Lalu bangkit dari kursi taman merampas bukunya dari tangan Gabriel dan berlari secepatnya menghindari wajah kejam, namun begitu tampan di matanya.
Gabriel menertawakannya, sambil melangkah menuju ke mobil porsche merah menyala membuat gadis-gadis kampus tergiur menggoda. Sayang sekali dia sedang sibuk memburu Alexandra Camorra.
Melihat mobil gadis itu keluar gerbang kampus dan dia mengikuti dari kejauhan. Dua puluh menit berlalu, gadis itu sampai di depan istana megah, sekelilingnya banyak penjaga.
Melalui teropong canggih, Gabriel dapat melihat Alexandra di sambut anak kecil di depan teras, berpelukan erat. Gadis itu menciumnya, lalu menggendong membawa ke dalam istana.
Siapa anak kecil itu, putrinya-kah? Tidak mungkin-!
Gadis itu masih sangat muda, tubuhnya seperti tak pernah mengalami kehamilan. Gerakannya begitu lincah, Gabriel melihatnya di layar CCTV sedang memimpin perampokan di pelabuhan.
Buru-buru dia kembali ke kantor, meretas semua info tentangnya dan menugaskan pengawal Romano mencari tahu mengawasi gadis itu.
Sekretaris Natasha mengetuk pintu membawakan undangan pesta kolega mafia. Bahu dan leher jenjangnya sengaja merunduk, menunjukkan hasrat ke Gabriel Nostra.
Jika nanti malam mereka datang ke pesta, pasti banyak kesenangan diperolehnya. Sejenak Gabriel membaca undangan, kemudian mengangguk.
"Siapkan dirimu, kita berdua hadir nanti malam!"
Mata Natasha berbinar-binar, "Okay, aku akan tampil cantik untukmu!"
Senyum sinis menghias di bibir Gabriel.
Sekretarisnya sama seperti wanita lain, menikmati kesenangan saat bersama dirinya. Sebuah pemujaan bodoh oleh para pendusta, mereka yang sudah menikah pun berani bermain mata, di saat sang mafia tak banyak pekerjaan.
Tak ada ikatan cinta di antara mereka. Di mana pun dan kapan pun sang penguasa Gabriel Nostra butuh teman wanita, mereka datang dengan sendirinya.
Tapi hatinya kini merasakan, Alexandra Camorra sungguh berbeda!
***
Pukul 8 malam
Di sebuah ballroom hotel mewah.
Luigi DiMaggio begitu angkuh dan sombong menggelar pesta bagi undangan khusus pengusaha dan kolega mafia. Gabriel Nostra datang bersama Natasha.
Pamannya, Zio Luigi DiMaggio menyambut senang, memeluk keponakannya dan melirik genit ke arah sekretarisnya. Natasha tampil cantik menawan. Semua pria di ballroom ikut melirik tubuh berbalut gaun seksi, sangat menggiurkan.
Hanya Gabriel yang tahu penipuan Natasha. Keduanya berselibat memperalat diri masing-masing demi kenikmatan semu. Kemudian wanita itu ditinggalkan dengan Zio Luigi. Dan sesuai dugaannya, mereka berakhir di kamar suite president sebelum pesta ini usai.
Bedebah Luigi DiMaggio, si mata keranjang-!
Gelas-gelas cantik berisi Champagne dibagikan ke semua kolega, segala rupa minuman di sediakan. Pertunjukan musik dan pesta dansa segera di mulai.
Pidato singkat Luigi DiMaggio di sambut tepuk tangan meriah. Bau wangi cerutu berbaur parfum menyeruak di ruangan besar itu.
Gabriel berdiri santai dekat meja bar, menyapa beberapa kolega. Menyesap champagne dan mengambil sebungkus rokok dari saku. Tiba-tiba di sampingnya telah berdiri seorang wanita penggoda, menyalakan pematik api untuknya.
"Teman wanitamu sepertinya sedang asyik sendiri. Sayang pria tampan sepertimu, tidak ada yang menemani."
Gabriel mencibirnya pelan.
"Grazie! Sebaiknya kau mencari pria yang lebih baik dariku. Kau tidak ingin suamimu marah dan melemparmu dari ranjangnya, bukan?"
Wanita jalang itu pun marah bukan kepalang, "Brengsek kau!"
Sang mafia muda tak peduli.
Gabriel datang ke pesta menghormati pamannya, tidak lebih dari itu. Sebelum kembali berbalik menghadap meja bar, matanya sekilas melirik sosok gadis yang menarik.
Gaun merah menyala terang, rambutnya panjang terurai indah. Sepatu beralas tinggi itu cukup membantunya, tidak terlihat sebagai gadis mungil yang dipantaunya dua hari ini.
Alexandra Camorra-!
Urusan mereka memang belum selesai. Musik terus di perdengarkan, semua tamu berdansa mengikuti irama. Gabriel melangkah ke arahnya langsung memeluk pinggang gadis itu mengajak melantai bersamanya.
"Apa yang kau lakukan? Aku tidak bisa berdansa!" seru Alexandra kesal. Pria ini sungguh kurang ajar, menariknya tiba-tiba ke dalam pelukannya.
"Apa kau lebih pandai menodongkan senjata dari pada menyentuh lenganku! Ikuti saja langkah dan iramanya. Masalah kita berdua belum tuntas!" jawab Gabriel cepat.
Lalu menarik tubuh Alexandra lebih dekat dengannya. Berdansa di iringi lagu romantis, seharusnya menenangkan jiwa mereka. Tapi kali ini kemarahan bersembunyi dibalik senyum yang ditebarkan ke seluruh kolega mafia.
Alexandra berusaha menolak.
Gabriel begitu kuat mencengkram pinggang dan jari jemarinya. Mereka tak sepadan, pria itu bertubuh tinggi besar. Alexandra hanya sampai pada bahunya.
Dia mendongakkan kepala, matanya ikut merah menyala seperti gaunnya. Pria itu seenaknya saja merangkul, menjamah dirinya. "Sialan kau Gabriel, andai tahu datang malam ini pasti aku urungkan untuk hadir di sini!"
Gabriel mencibirnya. "Luigi DiMaggio, adik ayahku. Aku lebih berhak hadir di sini, bukan tamu seperti dirimu!"
Alexandra sedikit terkejut, "Aku tidak peduli!"
Kemudian menarik dirinya menjauhi Gabriel, tapi tak ada peluang baginya. Dansanya belum berakhir, sementara dia ingin cepat-cepat pergi darinya. Pria itu pelan membisikkan sesuatu, nafasnya terasa dekat, dia berusaha mengelak.
"Aku menagih janji mengenai logistik milikku, kau belum mengirim kembali sampai malam ini, kau gadis kecil bernyali besar rupanya!" Pelukan Gabriel makin erat.
"Damn it, Gabriel! Sudah aku katakan padamu tidak tahu penyimpanan barang-barang itu!" seru gadis itu kesal.
Gabriel menghentak tubuhnya menatap matanya.
Gadis itu sedikit jujur, tetap tak percaya. Musik telah berhenti dan berganti. Sebagian tamu undangan melanjutkan berdansa, sebagian lainnya pergi bersantai, untuk minum lagi.
Takes two to tango!
Alexandra terkejut, sang mafia memutar tubuhnya dengan satu genggaman tangan kekarnya.
Oh, Tango-! Bedebah Gabriel ingin mempermalukan mereka berdua. Bahunya yang terbuka, dielus perlahan olehnya. Tango, tarian tentang luapan hasrat yang dalam, emosi perasaan yang terpendam.
Langkah mereka bersilangan, saling menjauh kemudian mendekat. Berpelukan dan membuat jarak, terus menyentuh dan menepis bagai dua insan yang terluka tapi saling memiliki.
Gabriel, ku mohon hentikan dansa ini-! Mata Alexandra melebar, mengumpat di dalam hati.
Mata tajam pria itu terus menghantam tubuhnya seolah gadis itu transparan, tidak nyata. Dia harus segera menjauh darinya, dari monster bertopeng mafia.
Alexandra bersiap melarikan diri lagi.
Tapi pria itu mengejar menarik tangan halus itu, tubuhnya limbung jatuh ke dalam pelukan sang mafia. Dengan seenaknya Gabriel mengayunkan Alexandra ke sana dan ke mari.
Bagai layang-layang diulur terus dan ditarik lagi. Semua menatap permainan dansa mereka.
Hanya Natasha terdiam sedang menggigit jari ketika mengetahui Tuan Muda Gabriel Nostra memeluk wanita yang pernah dilihat dari berkas kerjanya kemarin.
Kini Alexandra Camorra bersama Gabriel Nostra menguasai lantai ballroom.
Kecanggungan gadis itu menambah sensasi tersendiri. Pengetahuan berdansanya autodidact, badannya kini lemah gemulai mengikuti irama, menggoda pasangannya.
Oh, no way! Alexandra tidak ingin menggoda pria brengsek itu, tapi membunuhnya!
Gabriel mencium bahunya perlahan, tangannya bermain mengelus di bawah pinggul. Benar-benar kurang ajar-!
Plakk-k! Gabriel mengelus pipinya sendiri.
Semua tamu terpana, tak kecuali Zio Luigi DiMaggio. Gadis mungil sangat berani menampar Tuan Gabriel Nostra yang perkasa, untuk kedua kalinya. Dansa belum selesai, hingga akhirnya mencapai puncaknya.
Tubuh pasangannya digoncangkan, terkulai di bawah pelukan dan lengan kuat.
Lekukan kaki indah terangkat, terpampang di sana. Alexandra Camorra membencinya. Dan Gabriel menikmatinya sekali lagi. Menciumnya, sampai kebencian gadis itu mendarah daging padanya.
Musik pun selesai. Hadirin bertepuk tangan. Suguhan dansa tango mendebarkan dari dua orang asing yang sedang berperang dan bertahan di alam pikirannya masing-masing.
Gabriel menarik tubuh Alexandra kemudian mengangkat, membawa pulang sebagai hadiah kemenangan. Gadis itu berteriak memukul punggungnya berkali-kali.
"Gabriel, turunkan aku-!"
"Tidak! Kau pulang bersamaku, sampai isi logistik milikku kembali!" ancam Gabriel.
Alexandra terus memukulinya. "Bedebah kau, turunkan aku!"
Pengawal Romano telah membuka pintu mobil untuk tuan muda beserta pasangan malam ini pulang ke puri Milano. Alexandra Camorra duduk lelah berkeringat, begitupun Gabriel Nostra. Ditariknya tangannya dari laki-laki itu, tapi tidak dilepaskan sama sekali.
"Kau membayar kesalahanmu, Camorra-! Selama ini tak ada yang mampu mempermainkan aku, hanya kau gadis ingusan yang berani!"
Gabriel menudingnya begitu keras.
Gadis itu tetap bersikeras.
"Aku tidak tahu soal logistikmu ada di mana. Kau tidak bisa terus menyalahkan aku!"
Sang mafia menyuruh Romano melajukan kendaraan. Gadis ini sudah menyerang bisnisnya dan malam ini waktunya pembalasan.
Menyerang balik dan menguasai dirinya!
***
Malam yang memilukan dan memalukan bagi Alexandra Camorra. Dia memaksakan diri agar dapat pulang pagi ini, memanggil sebuah taxi mengantarkan kembali ke kediaman ayah tiri. Baju pestanya berganti kaos putih milik Gabriel Nostra yang kebesaran di tubuhnya. Tiada peduli yang penting bisa menutupi diri, namun tetap dia tak mampu menyembunyikan semua kebodohannya. Sampai di kamarnya sendiri. Alexandra hanya mampu membersihkan diri kemudian terlelap tidur berjam-jam di atas ranjang. Sendi tulangnya terasa remuk redam tak memiliki kekuatan mengangkat tubuhnya lagi. Semua dihancurkan oleh pria terkutuk itu! Angela duduk menemani, senyum miliknya seperti mendiang ibunya. Betapa gadis itu rindu kedua orang tuanya yang telah tiada. Pengasuh Elisa membantu menyuapi makan, memberi vitamin agar cepat pulih kembali. Wanita paruh baya itu telah bekerja lama di sini, sebelum ibunya menikahi mafia kejam Zio Antonio. Posisinya berganti dari pelayan menjadi pengasuh khusus kedua putri Nyonya Rose.
Gabriel meneruskan pekerjaannya di Puri Milano. Pengawal Romano datang membawa berkas penting dari kantor untuk dipelajari dan ditandatangani. Beberapa project proposal dari clients menunggu jawaban. Investor asing siap bekerja sama dalam pengembangan business information dan technology di perusahaannya. "Apa kau yakin aman membawa gadis itu kembali ke Puri ini?" tanya Romano ingin tahu. Gabriel tertegun menghentikan ketikan di laptop. "What's going on, Romano?" tanyanya balik. Wajah pengawalnya terlihat risau. "Aku temukan sesuatu tentang gadis itu tinggal di kediaman musuhmu, milik Tuan Antonio!" Damn it! Gabriel mendesaknya lagi, "Apa Alexandra Camorra adalah putri Tuan Antonio?" Romano menggeleng. "Dia hanya putri tirinya. Nyonya Rose menikahi Tuan Antonio, namun terbunuh tiga tahun lalu. Alexandra memiliki seorang adik perempuan, Angela Camorra. Tidak ada lagi anak lainnya dari pernikahan mereka." "Oh! Sungguh malang nasib gadis itu. Tapi mengapa dia mau menjadi mesin pembu
"Gabriel, mengapa kau bawa adikku ke sini?" "Pstt_---- biarkan ia istirahat di kamar tamu, kau tidak bisa membawanya kemana-mana membuatnya lelah!" "Aku bisa menyewa tempat tinggal lain. Sebaiknya kami pergi dari Puri ini!" "Apa kau mampu menyewa apartment di Milan, membiayai kuliah dan membeli makanan adikmu?" Alexandra Camorra terdiam. Mungkin mereka bisa bertahan satu-dua bulan tapi tidak seterusnya. Angela dibaringkan di kamar mewah, dan dua bagasinya sudah diangkat ke dalam oleh Romano. "Adikmu aman di sini, pelayan Albert akan menjaganya. Apa kau ingin tidur di kamarku?" "Damn you!" "Aku tidak akan menyentuhmu lagi." "NO WAY!" Gabriel melirik Alexandra langsung mundur menjauhi. Gadis ini memang cukup berbeda dari yang lain. Ia tidak terbiasa dengan sentuhan pria. Ia melakukan kesalahan besar tak mungkin bisa memperbaiki lagi. "Ikuti aku, kita bicara di ruang kerjaku!" Huh! Alexandra mengiku
Jet pribadi Gabriel terbang ke angkasa meninggalkan Milan menuju Naples yang memakan waktu perjalanan tidak lama, hanya 1 jam 5 menit. Alexandra Camorra menyiapkan diri, kali ini mentalnya terasah keras. Ia harus melawan pasukan Fausto yang pernah di pimpinnya saat merampok logistics milik Gabriel Nostra. Clicks Suara lighter menyala, laki-laki itu mengambil duduk di sampingnya dan Romano di seberang meja mereka. Beberapa senjata dan amunisi sudah siap di gunakan terletak di atas meja mereka. "Kau siap menghancurkan pasukanmu sendiri, Camorra?" "Yeah, aku harus membayar utangku padamu. Jadi langkah terbaik aku ambil barang-barang milikmu kembali. Tidak mungkin seumur hidupku mendapatkan uang jutaan Euro. Aku ambil resiko yang pernah di jalani sebelumnya!" "Siapa sebelumnya yang mengajarkan kau menggunakan senjata, apa kedua orangtuamu tidak pernah memberikan mainan boneka atau lainnya?" "Aku tidak inga
Naples Zio Anthony sangat senang bertemu lagi dengan Gabriel dan Alexandra. Oh No! Lengan gadis itu terluka! Ia langsung memarahi Gabriel Nostra di luar ruang kerjanya. Sementara dokter pribadinya di dalam sibuk memeriksa luka gadis itu. "Brengsek, mengapa kau membiarkan dirinya terluka huh!" "Ia menahanku melepaskan tembakan, setelah mendengar kesaksian Fausto membunuh kedua orang tuanya. Gadis itu membalas cepat dengan lemparan pisau ke leher musuhnya!" "Good job! Assistants pribadimu seorang wanita tangguh, siapa dia sebenarnya?" Gabriel menyalakan cigarette, mengisap dalam-dalam dan menghembuskan asap dengan keras. Anthony tidak sabar menunggu jawabannya. "Aku tidak mengenalnya sampai gadis itu di ketahui sebagai perampok logistics milikku. Ayahnya tewas kecelakaan dan mobilnya terbakar hebat. Ibunya Rosa menikahi keparat Antonio, tapi terbunuh dua tahun lalu!" "Rosa? Rosaelia maksudmu?" "Ada apa Zio Anthony, apa ka
Dokter Julian datang untuk memeriksa luka di lengan Alexandra. Tidak mengira kalau gadis itu ternyata penembak ulung juga. Sesuatu yang aneh terjadi di antara sang mafia Gabriel Nostra dan gadis itu yang kini tinggal bersama di Puri Milano. Julian menemui sahabatnya di ruangan kerjanya setelah pemeriksaan menggantikan perban Alexandra. Gabriel sedang sibuk berkutat dengan berkas-berkas di atas mejanya. "Dude! Apalagi yang terjadi pada gadis itu, kemarin kau melukainya. Sekarang ia terluka parah di lengannya?" "Ceritanya panjang, Julian. Ia ternyata putri tiri si bedebah Antonio, kakak beradik itu tidak ada tempat bernaung setelah di usir olehnya. Gadis itu yang pernah merampas logistik milikku, dan kemarin ikut mengambilnya lagi di Porto Di Napoli. Bastardo Fausto menembak lengannya, Alexandra membalas dengan menancapkan pisau di lehernya!" "Wow, she's dangerous! Apa kau tidak khawatir sudah memberikan tempat tinggal di sini?" "Dia wanita gila, tapi c
Pengawal Romano datang tergesa-gesa ke ruang makan dan membisikkan sesuatu pada Gabriel Nostra. Julian dan Alexandra ikut memandangi keduanya, pasti berita penting di bawa Romano hingga mereka tidak boleh mendengarnya. Alexandra tak tahan lagi, instingnya mulai bekerja. "What's going on, Gabriel?" "Nothing! Habiskan makan malamnya, nanti kita bicara. Julian akan kembali bertugas ke rumah sakit. Pengasuh Elisa segera membawa adikmu kembali beristirahat di kamarnya." "Donee--ee. Aku sudah selesai makan, Zio Gabriel. Bolehkah aku mencium pipimu sebelum pergi ke kamarku?" Gabriel Nostra mengangguk. Angela mengelap mulutnya sampai bersih dengan tisu makan. Ia beranjak dari tempat duduknya menuju Gabriel, meraih bahunya yang bidang dengan kedua tangan mungilnya. Sang mafia terlalu tinggi bagi anak kecil itu, tangannya memeluk Angela lalu memangkunya agar bisa lebih dekat lagi. "Grazie Zio Gabriel, makanannya enak dan aku jadi mengantuk karena
Ketegangan mulai terjadi beberapa hari ini. Sekretaris Natasha begitu berang, di meja kerjanya berkeluh kesah tidak dapat mengakses data perusahaan milik Gabriel Nostra. "Romano, apa servers perusahaan kita sedang bermasalah? Pekerjaanku makin menumpuk, beberapa clients meminta balasan email soal persetujuan project proposal dengan Gabriel Nostra!" "Coba kau tanyakan langsung ke Gabriel atau assistant pribadinya." "Damn it! Gadis itu merusak pekerjaan selama ini aku susun susah payah. Datang seenaknya mengambil milikku, akan kubalas perbuatannya!" Romano bersikap santai menghadapi sikap Natasha yang mulai resah. Apa pun yang dilakukan oleh pengkhianat itu, terus di amati. Tingkah laku wanita jalang itu makin berubah sejak bermalam di kediaman musuhnya. Ia mendapat laporan karyawan IT di mana Natasha mencoba meretas data perusahaan dan tidak berhasil dalam beberapa hari ini. Satu minggu ini tampil acak-acakan, tak ada wajah sendu merayu. Watak aslinya
Dokter Julian dan pasangannya, Carina datang memberi ucapan salam atas keberhasilan Gabriel mengalahkan egonya, menikahi gadis cantik bernama Alexandra Camorra."Tak aku sangka ternyata gadis itu luruh dalam rayuan mautmu!" canda Julian ke sahabatnya.Gabriel tersipu. Sahabat karibnya sejak dulu bagai saudaranya sampai saat ini. Keluarga Julian datang juga ke pernikahannya saat ini. "Sialan kau, sudah ku bilang Alexandra akan menjadi milikku selamanya. Dan kalian berdua pun harus mengikuti jejak kami selanjutnya!"Carina pun langsung menunjukkan cincin pertunangan mereka ke wajah Gabriel. Gelak tawa pun terdengar meriah di antara mereka bertiga. Julian lebih dulu meminta kekasihnya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.Gadis itu memang mencintainya, tak menolak yang menjadi harapannya sejak dulu, menikahi dokter tampan dan menjauhkan dari wanita jalang penggoda calon suaminya.Seketika suasana berubah hening, alunan lagu berganti.Gabriel tersentak menoleh ke atas tangga, ca
Jet pribadi milik Gabriel Nostra lepas landas meninggalkan bandara Malpensa menuju kota Venesia. Kedua pasangan berbahagia duduk bersama, terus sibuk merencanakan pernikahan mewah dan megah.Di belakang mereka, dua pengawal terus mengamati dan mengawasi. Tiba-tiba saja Romano menyikut rekan kerjanya. "Kau kenapa, Alano? Wajahmu aneh begitu!""Grr___ beristirahatlah, perjalanan masih panjang!" tukas rekannya kesal karena mengganggu lamunan.Romano menoleh tajam."Ayolah, kau berbohong. Wajahmu itu tidak seperti biasanya, Alano-!""Aku ingat orang tua Gabriel saat ini. Pasti Frank dan Sara Nostra bahagia, jika putranya ingin menikahi putri Daniel dan Rosaelia Camorra."Suara pengawal Alano terdengar jelas oleh Gabriel dan Alexandra. Keduanya beringsut duduk satu meja di belakang, bertanya lebih lanjut mengenai ceritanya yang belum lengkap.Tak ada yang mengenal baik kedua orang tua mereka, kecuali pengawal setia Alano sendiri."Beraninya kau menyembunyikan sesuatu padaku?!" seru Gabriel
"Kita mau kemana, Romano-?" tanya Alano kebingungan.Romano mengangkat bahu, yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya. "Kita ikuti saja kemana mereka ingin pergi, sebentar lagi Gabriel juga memberi perintah."Kedua pengawal pribadi Gabriel Nostra dan Alexandra Camorra akhirnya menunggu sabar di ruang tengah. Puri Milano kembali tenang dan sunyi sejak Anthony kembali ke Napoli. Tak ada tawa ceria putri kecil Angela Camorra lagi.Romano-!Alano-!Seru Gabriel saat menuruni tangga.Senyum mengembang terlukis di wajah sang mafia muda, menggenggam erat tangan mungil kekasihnya. "Kami ingin liburan ke Venesia, kalian berdua tinggal saja di Milan-!"Romano berdiri tegak, memprotes keras, "Kami harus ikut kalian, tidak bisa seenaknya pergi begitu saja, lihat akibat sebelumnya kau ke Venesia malah membuat banyak masalah-!"Grrr-!Gabriel teringat bagaimana akhirnya tuduhan kejam perselingkuhan jalang Maria Novella merusak hubungannya dengan Alexandra, hingga tertembak mengakibatkan dir
Angela Camorra, putri kecil yang paling berbahagia di Puri Milano. Kakaknya, Alexandra telah kembali ke Milan bersama sang mafia Gabriel Nostra dan Zio Anthony Marriot.Alano dan Romano ikut merasakan kegembiraan. Semua sudah kembali seperti semula!Tapi kedua anak muda itu belum terlihat sejak makan pagi tadi. Anthony hanya menggeleng kepala saja. Keponakannya Alexandra tidak berada di dalam kamarnya.Pasti semalam Gabriel telah menyeret agar tidur menemani dirinya. Kini waktunya makan siang tiba, seluruh penghuni Puri Milano diajak untuk duduk bersama termasuk Alano dan Romano.Baru saja Anthony ingin meminta pelayan Albert memanggil mereka, tiba-tiba saja Gabriel dan Alexandra sudah datang dan berpakaian rapih."Maafkan kami, Zio-! Semalam kelelahan, hingga tak sempat sarapan bersama kalian tadi.""Hmm-- jika itu hanya sebuah alasan yang kau buat, mungkin aku tak senang mendengarnya. Tapi kukira memang butuh pemulihan, setelah beberapa hari melewati proses yang panjang kesembuhan
Gabriel Nostra dipertemukan oleh ketiga penembak jitu milik Anthony Marriot. Tiga orang Rusia berwajah keras dan kaku. Lev, Viktor, dan Misha berpapasan saat keluar dari kediaman Nikolaj. "Terima kasih atas bantuan kalian menyelamatkan Alexandra Camorra. Datanglah ke Milan, aku undang dalam acara besar kami nanti," ucap Gabriel sungguh-sungguh.Ketiganya tersenyum, Lev mewakili mereka untuk berbicara."Anthony Marriot mengirim kami bertiga ke sini. Suatu kehormatan melindungi keluargamu, ketika mendengar keponakan disandera oleh Nikolaj."Anthony Marriot menepuk bahu Lev, "Kerja bagus! Kembali ke tempat kalian, urus asetku atau ku pecat kau bertiga!"Derai tawa terdengar. Gurauan pemimpin mereka sedikit menakutkan.Lev, Viktor, dan Misha menjabat tangan Anthony. Perpisahan begitu cepat terjadi, dan Gabriel Nostra memutuskan kembali ke Milan malam ini."Kami akan ke Italia mengunjungi kalian, rindu bertarung dengan mafiosi Sisilia di tempat asal mereka!" Sesaat Lev membalas gurauan An
Romano mengangguk tak setuju ke arah Alano, tak mungkin mereka melepaskan tembakan balik ke dalam ruangan Nikolaj. Bedebah Christoff sedang mencengkram kuat Alexandra Camorra sebagai tameng agar mereka bisa lolos dari neraka di sana."Di mana Gabriel Nostra? Apa dia tak ingin kekasihnya selamat malam ini hah-!" umpat Romano kesal.Prank-k!Kaca jendela di ruang kerja Nikolaj pecah berhamburan, seseorang melompat dari sisi balkon langsung masuk menghancurkan semuanya.Depp! Timah panas menembus tepat di kening Chistoff, dan cengkramannya ke Alexandra Camora terlepas sudah. Tubuhnya ambruk menghantam lantai.Oh, Gabriel-!Gadis itu berteriak kencang, terkejut atas kehadirannya, tidak menyangka sang mafia muda Gabriel Nostra datang sendiri menyelamatkannya.Begitupun Nikolaj yang terkesima, ketika tahu lawan masih hidup dan kini memburu dirinya sampai ke Moscow."Bagaimana bisa kau berjalan lagi, Gabriel? Suruhanku sudah menyebabkan kau lumpuh dan tak berguna lagi!""Bedebah kau, Nikola
Romano dan Alano tetap memaksa ikut dalam misi penyelamatan Alexandra Camorra. Walau sempat terluka saat dikepung pasukan team pemburu liar Nikolaj, namun bisa lepas karena gadis itu sengaja membiarkan dirinya ditawan musuh. "Kalian berdua yakin bisa ikut dalam misi ini, aku tak mau jika terjadi sesuatu membahayakan lagi!" ucap Gabriel tegas. Tapi keduanya sudah mengangguk. Niat mereka tak bisa dikalahkan satu luka saja. "Kami ikut denganmu Gabriel, jangan pedulikan kami berdua jika terluka lagi, keselamatan Camorra di atas segalanya!" Sang pewaris pun akhirnya menyetujui keputusan mereka. Saat ini lima mobil terus meluncur ke kediaman Nikolaj, waktunya telah tiba menjemput kekasih untuk pulang bersamanya. Zio Anthony juga bersemangat menyelamatkan keponakan, dan dua senjata telah disiapkan. Dia tak akan pulang ke Italia tanpa Alexandra Camorra. Hanya pengawal Ivan yang tidak bersama mereka kali ini, bahu yang terluka menyebabkan dia harus beristirahat. Team Gabriel Nostra ditamba
Tuan Gregory, Bratva Rusia tua mengetahui kejadian anak buah Gabriel Nostra yang tertembak penjaga Nikolaj. "Kau harus lebih berhati-hati, Gabriel-! Jangan kirim lagi pengawalmu terluka ke sana, aku akan mengirim tim khusus untuk membantumu!"Gabriel mengangguk setuju. Anthony Marriot sedang menyalakan cerutu sambil berpikir keras. Gregory menuding langsung ke arahnya. "Apa yang akan kau lakukan menyelamatkan keponakanmu sendiri?"Belum terdengar jawaban darinya, tapi Yuri sudah datang memberi tahu sesuatu. "Tuan Anthony, pengawal setiamu sudah menunggu!" lapornya di depan pertemuan mereka.Senyum Anthony mengembang. "Kirim mereka, dan habisi sniper itu sebelum kita masuk ke istana Nikolaj!"Pukul 8 malam semua bersiap menyerang. Sudah terlalu lama mereka menunggu berhari-hari sampai keponakannya dibebaskan disandera oleh cecunguk itu.Gabriel berada di belakang Zio Anthony Mariott sebagai pendukung utama. Identitasnya belum diketahui sama sekali oleh Nikolaj.Keparat itu pasti mengir
Bandar Udara Internasional Sheremetyevo Alexander S. PushkinDua mobil pengawal menjemput kedatangan mafia Sisilia Anthony Marriot di bandara. Enam pengawal yang menyambutnya begitu terkejut, tak percaya menyaksikan suatu keajaiban.Mata mereka melebar, terbelalak kaget melihat sang mafia muda Gabriel Nostra berdiri tegak sebelum keluar dari jet pribadinya. Teriakan keras pun menggema."Oh Tuhan! Gabriel, kau ____ aku tak percaya ini!""Grrr ___ Romano, berhentilah berteriak seperti orang gila!""C'mon Gabriel, bagaimana kau bisa secepat ini sampai ke sini? Apa yang kau lakukan pada dirimu huh!""Kemarin terjadi begitu saja, saat Angela hampir tenggelam dan menyelamatkan gadis kecil itu tanpa mengindahkan apa yang terjadi dengan tubuhku sendiri. Begitu cepat aku juga tak sadar melakukan itu!""Good-! Kini saatnya kau menyelamatkan kakaknya, Gabriel. Aku tak menyangka kau datang sendiri, bukan mengutus pengawal lainnya!""Alexandra Camorra calon istriku, Romano!"Pengawal dan tangan ka