"Ayo sekarang lo ikut gue!"
Keren mengikuti langkah Teo ke dalam kamar.Teo naik ke atas ranjang lalu berbaring, ia meraih selimut dan menutupi badannya."Ayo naik!" ujar Teo."Ki..kita mau ngapain Teo?""Ayo naik gue bilang! gue kan sudah janji tidak akan menyentuhmu dan satu hal yang harus lo ingat, lo bukanlah tipe gue!"Untuk menghentikan semua hinaan Teo kepadanya, Keren segera naik ke atas tempat tidur dan berbaring seperti Teo."Tutup mata lo! dan jangan katakan apapun!" Keren mengikuti apa yang dikatakan oleh Teo.Teo menutupi tubuh istrinya dengan selimut. Lalu ia melakukan panggilan video dengan ibunya."Halo, Ma. Ada apa sih ganggu terus!" Ketusnya kepada Nyonya Dina."Nggak ada apa-apa sih, Mama hanya ingin melihay menantu Mama." tuturnya."Yaelah, kirain ada apa! Tuh lihat sendiri! Keren sedang tidur saat ini! Dia kecapaean semalaman, Ma!" ketusnya."Sepertinya istrimu kelelahan, Teo. Jangan terlalu nge gas deh kamu. Beri jeda sedikit!" Ada mimik khawatir yang ditampilkan Nyonya Dina saat ini. Ia takut menantunya itu jatuh sakit karena ulah anaknya."Mama tenang saja! Semua masih terkendali Ma.""Oh ya, jangan lupa kalian secepatnya memberi Mama, cucu!""Yaelah, Ma! Baru juga nikah kemarin, sudah ngomongin cucu! Biarkan aku dan Keren saling mengenal dulu. Baru setelah itu, kami memikirkan tentang anak. Lagian jika Mama mengganggu kami terus, bagaimana kami bisa mewujudkan impian Mama?" bujuknya kepada ibunya."Baiklah, Mama tidak akan mengganggu kalian lagi. Bersenang-senanglah disana. Jangan lupa sampaikan salam Mama kepada Keren jika ia sudah bangun nanti." Seru sang mama lagi."Beres, Ma! Nanti saya akan sampaikan." Setelah itu Teo mematikan panggilan telpon itu."Selesai! Bangun lo!" hardiknya kepada Keren.Keren segera membuka matanya dan menjauh dari ranjang."Gue mau pergi dulu. Jangan lupa yang gue katakan tadi. Jika para orang tua menelpon lo, bilang saja kita lagi di Bandung. Apa lo mengerti?" seru Teo lagi."Iya, aku mengerti.""Bagus kalau begitu! Jadilah istri yang penurut! Dan jangan membantah! Imbalannya, aku akan memanjakan mu dengan uangku!" celetuknya lagi.Keren hendak menjawab perkataan Teo. Kalau ia tidak butuh uangnya. Namun dengan cepat Teo berkata,"Kamu jangan pernah membantah peritahku! Terima saja nasibmu, menjadi istriku! Istri pajangan demi mewujudka kerajaan bisnis para ayah kita! Hahahaha, sungguh miris!" Ia tertawa dengan sinisnya, mengejek perlakuan para orang tua kepada mereka"Teo, apakah kamu sudah makan?" tanya Keren."Kebetulan tadi, saya banyak memasak nasi goreng. Jika kamu mau, aku bisa mengambilkannya untukmu." ucapnya ramah.Ada sedikit kesejukan di hati Teo saat Keren menawarkannya untuk makan. Namun hatinya tetap menolak untuk lebih jauh mengenal Keren. Menikmati banyak wanita lebih menantang baginya."Gue nggak lapar! Sudah! Lo jangan banyak omong. Gue pergi dulu, silakan kembali ke tempat Lo!" bentak Teo."Teo, bisa tidak, jika Kamu ngomong tidak membentak?""Kenapa, hah? Keberatan, lo?" kesalnya."Iya! Aku keberatan! Karena aku ini istrimu!""Hahahaha, istri yang tak dianggap maksud, lo?" "Terserah kamu, mau anggap aku seperti apa! Tapi aku ini istri sahmu! Bersikaplah yang sopan kepadaku!" Keren dengan berani menantang Teo."Yaelah! Cerewet! Whateverlah! Gue pergi dulu!" serunya. Lalu membanting pintu apartemen dengan keras.Keren mencoba sabar dengan semua sikap Teo kepadanya. Perlahan ia meninggalkan rumah singgah mereka dan kembali masuk ke dalam apartemennya.Sesampainya di apartemen. Ponselnya berdering, dan ia melihat di layar ponselnya jika ibundanya yang menelpon.Keren berkali-kali mengabaikan panggilan itu karena ia bingung mau menjawab apa. Setelah menyusun beberapa ide dalam otaknya. Akhirnya Keren mengangkat panggilan itu."Ha..halo, Ma." sapanya terbata."Halo, Keren. Kok kamu baru angkat telpon dari Mama?" tanya sang ibunda."Ma..maaf, Ma. Tadi aku sedang di dalam toilet." Entah kenapa, Nyonya Monik mengubah panggilan itu menjadi panggilan video. Sejujurnya ia khawatir dengan anak gadisnya itu.Keren mengubah panggilan itu menjadi panggilan Video."Sayang, kamu sudah selesai mandi?" tanya sang ibunda."Sudah, Ma. Baru saja."Oh ya, suamimu kemana?""Te..Teo sedang mandi, Ma." ucapnya gugup. Nyonya Monik seakan punya firasat tentang anaknya saat ini. Ia lalu berkata,"Keren, apakah Kamu baik-baik saja disana?" "A..aku baik-baik saja kok, Ma." jawabnya lagi-lagi dengan terbata."Ma, bisakah kita menyudahinya dulu?" "Lho kenapa, Ke?""Tadi Teo mengatakan untuk mengajakku makan di luar. Tapi Aku belum siap-siap." Ujarnya lagi."Oh begitu? Baiklah, jaga dirimu baik-baik disana, salam buat Nak Teo.""Iya, Ma. Nanti Aku sampaikan." Lalu dengan cepat ia mematikan panggilan video itu."Maafkan Aku, Ma.., Aku terpaksa berbohong." isaknya tiba-tiba."Aku harus mencari cara terlepas dari pernikahan bodoh ini!" gumamnya dalam hati.Teo keluar dari mobilnya yang di sopiri oleh orang kepercayaannya bernama Gultom."Kita sudah sampai, Tuan." ucapnya.Teo keluar dari mobil dan langsung menuju ke dalam. Saat ini ia sedang berada di gudang pembuatan senjata-senjata ilegal miliknya.Ia mengecek langsung pembuatan senjata-senjata itu dan memastikan pembuatannya sesuai dengan yang asli.Ternyata selain suka bermain wanita. Teo juga memiliki beberapa usaha ilegal. Kerajaan bisnis ilegalnya itu, sudah lama ia kelola. Sehingga namanya sangat tersohor diantara para pebisnis ilegal lainnya.Gultom menghampiri Teo yang sedang melakukan pengecekan dan membisikkan sesuatu ke telinganya."Kurang ajar! Berani-beraninya ia mengancamku!" hardiknya marah."Culik orang itu! Aku ingin menghabisi nyawanya sekarang juga!" Teo mendapat ancaman dari salah satu kolega bisnisnya dan dia tidak suka digertak seperti itu."Baik, Tuan. Sesuai perintah mu." jawab Gultom lalu segera menelpon beberapa anak buahnya untuk menculik orang itu.Setelah mengetahui jika orang tersebut sudah ditangkap. Gultom segera melajukan mobil menuju tempat eksekusi. Tempat ini biasa digunakan Teo untuk menyiksa orang-orang yang mengkhianatinya dan ada beberapa diantaranya, ia menghabisi nyawa mereka dengan tangannya sendiri.Teo masuk ke dalam ruangan itu. Dengan membawa sebuah cambuk di tangannya."Jadi, Anda yang berani mengancam saya?" Beberapa cambukkan Teo hadiahkan di tubuh pria itu."Ayo, memohonlah di depan Saya!" hardiknya marah."Lebih baik Saya mati dari pada Saya harus memohon kepada orang sebejat dirimu!" jawab orang itu lantang, seakan tak peduli beberapa bagian tubuhnya yang terluka akibat cambukkan Teo."Jadi itu keinginanmu? Mati di tanganku?" Namun tiba-tiba orang itu meludahi muka Teo."Kamu akan segera mendapat balasannya Teo, atas semua perlakuan jahatmu!" ujarnya lantang."Kurang ajar, lo!" Lalu dengan cepat, Teo menghajar orang itu dengan kepalan tangannya secara bertubi-tubi.Bersamaan dengan itu, bunyi sirine mobil polisi bersahut-sahutan menuju tempat itu."Bos, polisi datang! Kita harus segera pergi!" teriak Gultom."Kurang ajar! Berani-beraninya Lo mengancam gue dengan melibatkan polisi!" Hardik Teo memarahi orang itu."Lo akan merasakan akibatnya!" Ujar orang itu."Tidak ada satu pun yang berani mengancam gue!" Teriak Teo."Gultom! Bakar tempat ini! Jangan biarkan satu pun terlewatkan, hancurkan semuanya! Termasuk orang ini!" Serunya lantang lalu dengan cepat meninggalkan tempat itu.Gultom segera memerintahkan anak buahnya untuk melakukan semua perintah Teo.Ternyata tempat itu sudah dikelilingi oleh beberapa tangki bensin dan beberapa ban bekas, sehingga secepat kilat, api menyambar tempat itu.Para polisi kewalahan, kejadiannnya sangat cepat. Semua tempat itu hangus terbakar, termasuk orang tadi."Ha-ha-ha-ha!" Gelak tawa Teo kembali membahana, setelah mendengar anak buahnya berhasil melenyapkan orang itu.Saat ini, dirinya sedang berada di sebuah hotel. Ada beberapa wanita sebagai partnernya di atas ranjang.
Tersirat kerinduan diantara kedua insan yang saling mencinta itu.Bimo ikut menghadiri acara tersebut sebagai perwakilan dari kantornya."Bim ... aku sangat merindukanmu." Lirih Keren dalam hatinya.Keren terpaksa melepas tatapan matanya dengan Bimo karena Teo memanggilnya."Woi, Keren. Buruan! Kita masuknya bareng-bareng.""I-iya, Teo." Jawabnya terbata, lalu melangkah menuju kepada Teo yang sedang menunggunya.Tanpa keduanya ketahui, Gultom, melihat semua itu. Saat Keren dan Bimo saling memandang. Dia berencana untuk menceritakan hal itu kepada Teo.Setelah mengetahui jika Keren dan suaminya telah masuk ke dalam gedung itu, Bimo baru masuk. Dia sengaja mengambil tempat duduk paling belakang untuk menghindari Keren.Acara pun dimulai, ternyata Perusahaan Moses adalah penyumbang saham terbesar dalam pembangunan mall tersebut.Saat ini Moses sedang berpidato di depan podium. Disaat dia asyik menjabarkan
"Tapi saya tidak nyaman, Tuan!" Gerutu Keren. Dia pun melangkah menjauh dari Moses dan memilih duduk di sebuah kursi kosong sambil menikmati beberapa cup cake.Moses tidak peduli, dia tidak kehabisan akal. Moses pun mengikuti Keren dan duduk di sebelahnya.Keren bukan main kesalnya. Namun dia tidak dapat berbuat apa-apa karena dia juga berpikir jika ini adalah ruang publik. Semua orang bebas melakukan apa pun.Sementara, Bimo kehilangan momen untuk berbicara dengan Keren karena keberadaan Moses. Bimo ingin berbicara berdua dengan Keren. Makanya saat dia melihat Teo keluar dari ruangan itu, Bimo ingin mengambil kesempatan untuk terakhir kalinya berbicara berdua dengan Keren.Sekitar dua Minggu lagi, Bimo akan menikah dengan anak pemilik perusahaan tempat dirinya bekerja. Bimo terpaksa menikahi Silvi karena dia diancam oleh CEO tempat dia bekerja.Ternyata Silvi sudah lama naksir kepada Bimo. Jadi saat dia tahu jik
Gultom mendengar semua percakapan Moses dan Bagas."Wah, berarti Tuan Moses, benar-benar tergila-gila dengan kecantikan Nona Keren." Ujarnya dalam hati."Jangankan Tuan Moses, gue juga tertarik kali, dengan keanggunan Nona Keren. Hanya Bos Teo saja yang gue rasa matanya sudah juling sehingga tidak mengetahui kecantikan Nona Keren." Gultom saat ini menertawakan Teo.Namun Gultom harus menelan rasa kecewanya. Karena dia yang sibuk mengkhayal tentang Keren. Menjadi lupa tujuan awalnya untuk memberitahukan kepada Moses siapakah nama gadis yang dirinya gilai itu."Sial! Gue kehilangan jejak Tuan Moses!" Kesalnya dalam hati.Lalu tiba-tiba ponselnya bergetar dan ada pesan dari Keren,Keren : "Gultom, Anda tidak perlu mengantar saya pulang ke apartemen. Saya mau bertemu dengan salah satu teman wanita saya."Gultom :"Baik, Nona Muda."Gultom segera memasukkan ponselnya ke dalam sakunya. Lalu mulai mencari keberadaan Mos
"Bim, a-ku hanya bercanda kok. Kamu tahu! Sudah sejak dulu, aku sudah naksir kepadamu, aku mencintaimu diam-diam, dan itu berlangsung selama bertahun-tahun." Sedihnya."Aku tahu betul, saat itu kamu sudah memiliki kekasih, bernama Keren. Aku tahu itu dan aku sadar, aku tidak mungkin akan memilikimu. Tapi, Bim. Keren sudah menikah. Dia sudah meraih kebahagiaannya dengan pria lain. Bisakah kali ini, kamu memandangku sekejap saja? Bisakah kamu mempercayai aku dan cintaku yang telah ku pupuk bertahun-tahun lamanya kepadamu?" Silvi mulai menangis terisak-isak.Bimo menatap putri bosnya yang sedang menangisinya. Ada rasa iba yang tiba-tiba muncul dari dalam dirinya. Dia pun meraih tubuh Silvi ke dalam pelukannya."Maafkan aku, Silvi. Aku telah melakukan kesalahan kepadamu. Tolong beri aku kesempatan untuk mulai belajar mencintaimu." Ucap Bimo dari kesungguhan hatinya.Diam-diam Silvi tersenyum. "Ternyata sandiwaraku berhasi
Kembali ke restoran, Lusi dan Keren terlihat mencicipi es krim spesial pesanan Lusi khusus untuk sahabat sejatinya, Keren."Bagaimana dengan rasa es krimnya? Enak nggak, Ke?" Tanya Lusi."Lumayan enak. Setidaknya bisa memperbaiki sedikit moodku." Sahut Keren."Hanya sedikit? Kalau begitu, gue akan memesan beberapa cup es krim lagi untukmu kalau begitu, Ke. Biar moodmu semakin banyak terperbaiki." Segah Lusi hendak memanggil waiters di gerai es krim itu."Ih, Lusi. Lo ada-ada saja deh. Lo mau lihat perut gue pecah, karena kebanyakan minum es krim?" Ditengah perdebatan keduanya, seorang pria tampan juga memasuki gerai es krim itu.Belum sempat sang pemuda duduk, Lusi sudah meneriakinya."Hei, Bro! Moses! Sini, Lo gabung sama kita." Serunya senang.Keren yang membelakangi arah pemuda itu berdiri. Mulai bertanya-tanya di dalam hatinya, "siapakah pria pria itu? Kenapa namanya tidak asing di telingaku? Jangan-jangan dia .
Namun Nyonya Monik tidak mempedulikan teriakan suaminya. Dia terus saja ke luar dari rumah dan mengantarkan Keren sampai ke dalam mobil."Ma, aku pergi dulu." pamit Keren kepada ibunya."Iya, Nak. Maafkan Mama yang tidak mampu melindungi mu," ucap Nyonya Monik dengan berlinang air mata."Aku akan cari waktu untuk ngobrol dengan Mama lagi. Aku ingin tahu siapakah ayah kandungku yang sesungguhnya," serunya lagi kepada ibunya."I ... iya, Nak. Mama menunggu kabar dari mu. Mama akan jujur tentang semuanya." Setelah keduanya saling berpamitan, mobil yang membawa Keren pun mulai meninggalkan kediaman Tuan Gerald.Sementara di dalam rumah, Tuan Gerald terus saja memberontak untuk dapat lepas dari orang-orang yang menahannya. "Lepaskan saya! Siapa kalian sebenarnya! Kenapa berani-beraninya kalian menahan saya!" teriaknya."Karena Anda telah berbuat salah kepada Nona Keren! Anda sangat kejam Tuan!" seru salah satu dari mereka.
"Yup! Lebih tepatnya, kagum. Gue juga menginginkan dia menjadi calon istri gue. Bagaimana menurut Lo, pilihan hati gue?" Tanya Moses."What?" Lusi semakin bingung"Waduh! Dia malah keduluan pergi." Sesal Moses."Lo sih, kebanyakan bengong! Tuh kan bidadari hatiku jadi menghilang." Seru Moses kesal kepada sahabatnya, Lusi yang dari tadi bengong.Sementara di luar cafe,"Selamat sore, Nona." Sapa Gultom."Gultom, Anda ngapain mengikuti saya sampai ke sini? Kan tadi saya sudah bilang. Saya akan pulang sendiri."Keren keluar dari gerai es krim itu karena melihat Gultom. Dia tidak mau jika Gultom mengadu kepada Teo, jika dia sedang berada di gerai es krim dengan seorang pria. Walaupun ada Lusi di sana. Tapi Keren tahu betul bagaimana liciknya seorang, Teo."OMG, aku harus jawab apa ke Nona Keren? Aku ke sini kan untuk mengikuti Tuan Moses. Kok bisa kacau begini." Gerutunya dalam hati."Ma ... maaf Nona, saya