Share

BAB. 6 Terus Berlanjut

"Kurang ajar! Berani-beraninya Lo mengancam gue dengan melibatkan polisi!" Hardik Teo memarahi orang itu.

"Lo akan merasakan akibatnya!" Ujar orang itu.

"Tidak ada satu pun yang berani mengancam gue!" Teriak Teo.

"Gultom! Bakar tempat ini! Jangan biarkan satu pun terlewatkan, hancurkan semuanya! Termasuk orang ini!" Serunya lantang lalu dengan cepat meninggalkan tempat itu.

Gultom segera memerintahkan anak buahnya untuk melakukan semua perintah Teo.

Ternyata tempat itu sudah dikelilingi oleh beberapa tangki bensin dan beberapa ban bekas, sehingga secepat kilat, api menyambar tempat itu.

Para polisi kewalahan, kejadiannnya sangat cepat. Semua tempat itu hangus terbakar, termasuk orang tadi.

"Ha-ha-ha-ha!" Gelak tawa Teo kembali membahana, setelah mendengar anak buahnya berhasil melenyapkan orang itu.

Saat ini, dirinya sedang berada di sebuah hotel. Ada beberapa wanita sebagai partnernya di atas ranjang.

"Ah ... Tuan, permainan Anda sungguh liar!" Desah salah seorang wanita yang berada di bawah Kungkungan tubuh kekar Teo.

Namun Teo tidak peduli dengan pujian itu, setelah dia puas memakai wanita itu. Dia pun mencabut miliknya. Dan memulai permainan baru dengan wanita lainnya.

"Akhhh ... Tuan, kenapa Anda mencabut milik Anda, Tuan? A ... Aku belum mencapai puncak kenikmatan!" Protes wanita itu.

Teo merasa terhina dengan ucapan wanita itu! Dengan kasar dia menarik wanita itu dan berkata,

"Hei, jalang! Berani-beraninya Lo protes! Lo pikir, Lo siapa? Dasar perempuan tak tau diri!" Setelah berkata begitu, Teo menampar pipi wanita itu dan melemparnya di bawah lantai.

Wanita itu seketika pingsan, dan tak berdaya lagi.

Beberapa wanita lain bergidik ngeri melihat rekan mereka yang pingsan itu. Mereka tak berani protes lagi karena takut mendapatkan nasib yang sama seperti teman mereka.

Teo melanjutkan pertempurannya di atas ranjang, sampai dirinya benar-benar puas meraup kenikmatan yang tiada taranya.

Sementara di rumah duka, Moses terlihat mengepalkan tangannya mendengar kronologi kejadian rekan bisnisnya meninggal dengan cara sadis.

Ternyata yang mati itu, teman Moses.

Dia sengaja mengorbankan dirinya agar Teo tertangkap.

Namun sayangnya anak buah Teo membakar tempat itu sehingga tidak ada jejak tersisa.

"Jadi, tidak ada satu bukti pun yang tersisa di sana?" Moses memastikannya kembali kepada pihak kepolisian yang juga berada di rumah duka saat ini.

"Untuk sementara tidak ada Tuan. Tapi tim kami sedang melakukan penyelidikan. Jika kami sudah mengantongi bukti baru nantinya, secepatnya, kami akan memberitahukannya, kepada Anda." Demikian penjelasan pihak kepolisian.

Mendengar hal itu,

Moses berjanji akan membalaskan dendamnya kepada temannya itu.

Dia akan mencari tau siapa yang tega membunuh temannya dengan cara yang sadis.

"Moses menghampiri istri dan anak, almarhum Didit, temannya.

"Ani, kamu yang tabah ya?" Ucapnya sedih.

"Iya, Kak Moses. Aku akan mencoba untuk tabah dan menerima semuanya. Akan tetapi, bisakah kamu berjanji kepadaku, untuk mencari siapa dalang di balik kematian Didit?" Isaknya, sedih.

Moses terdiam sejenak dan mulai merenungkan perkataan Ani.

Namun isakan tangisan anaknya Didit yang dia sedang gendong. Sungguh sangat menyayat hatinya.

Dia pun berkata kembali,

"Baiklah Ani, aku akan mencari tau, siapa yang menyebabkan semua ini." Ucapnya datar, tapi memiliki makna yang dalam.

"Terima kasih, Kak Moses." Ucap Ani lega. Akhirnya Moses mau membantunya, mencari tahu siapa yang tega menghabisi nyawa suaminya.

"Arum, kamu jangan menangis lagi ya? Mulai saat ini, Uncle akan ikut menjagamu." Serunya kepada anak dari sahabatnya itu.

Hari-hari pun mulai berlalu, demikian juga dengan hubungan pernikahan palsu antara Teo dan Keren. Tidak ada hal istimewa yang terjadi diantara keduanya.

Sandiwara pun tetap berlanjut diantara keduanya.

Seperti siang ini, Teo meminta Keren untuk menemaninya menghadiri acara Akbar peresmian sebuah mall mewah di daerah Jakarta pusat. Dimana pembangunan mall tersebut melibatkan perusahaan Teo dan beberapa perusahaan besar lainnya yang berada di Jakarta.

"Kok Lo lama banget sih dandannya!" Hardik Teo. Namun dirinya sempat sedikit terpesona dengan penampilan cantik Keren. Akan tetapi dia menekan kuat-kuat perasaannya itu.

"Ma ... maaf, tapi sekarang aku sudah siap kok. Jadi kamu tidak perlu marah-marah lagi." Ucap Keren sambil menatap tajam ke arah Teo.

"Berani juga dia melawanku!" Gerutu Teo dalam hati.

"Ya sudah, mari kita berangkat!" Gertaknya lagi.

Keren pun mengikuti langkah Teo menuju ke dalam lift yang akan membawa mereka ke parkiran yang terletak di basement gedung apartemen itu.

Saat ini keduanya sedang berada di mobil yang disopiri oleh Gultom.

"Nanti selama acara tersebut, lakukan peranmu dengan baik. Jangan permalukan gue!" Cecarnya lagi.

"Tenang saja. Aku akan melakukannya dengan baik, ingat janjimu, kamu tidak akan pernah menyentuhku! Bahkan untuk bergandengan tangan denganmu pun, jangan harap aku mau! Tegas Keren kepada Teo.

"Sial! Semakin berani saja dia!" Gumamnya dalam hati.

"Ha-ha-ha-ha tentu saja gue mengingatnya, Keren! Lo itu bukan tipe, gue!" Ujarnya lalu menatap penuh kebencian kepada Keren.

Namun Keren, tidak mempedulikannya sama sekali. Yang penting Teo tidak berani mendekatinya secara fisik.

Secara diam-diam belakangan ini, Keren sudah aktif sebagai anggota salah satu club taekwondo ternama di Jakarta. Dia sudah menjadi member tetap di sana.

Selain untuk kebugaran tubuhnya, Keren juga berlatih taekwondo untuk melindungi dirinya jika Teo berbuat kasar kepadanya.

Karena sedikit banyak Keren mulai tahu sepak terjang Teo dalam dunia hitam. Bahkan untuk mengetahui perangai buruk suaminya, Keren sampai menyewa seorang detektif handal untuk mencari tahu seluk beluk dan sepak terjang yang dilakukan oleh suaminya selama ini.

Keren juga sudah mengetahui jika Teo suka bermain ranjang dengan wanita yang berbeda setiap saat.

Untuk itu, dia pun memutuskan berlatih bela diri sebagai pertahanan dirinya kelak.

Setelah menempuh beberapa menit perjalanan, akhirnya keduanya sampai juga di tempat acara tersebut.

Gultom dengan cepat turun dari mobil dan membukakan pintu kepada Teo. Lalu kemudian, dia mengitari sisi mobil yang satunya lagi untuk membukakan pintu, agar Keren bisa ikut turun dari mobil.

Namun, Keren sudah lebih turun.

"Maaf, Nona. Saya telat membuka pintunya." Ucap Gultom sambil menundukkan kepala.

"Anda tidak perlu meminta maaf. Lain kali Anda juga tidak perlu melakukan apa pun kepada saya. Cukup layani saja Tuanmu, itu." Ketus Keren lalu meninggalkan Gultom yang bengong sendiri mendengar ucapan Keren.

Sementara Teo menertawakan wajah Gultom yang kena semprot Keren.

"Ha-ha-ha, kena semprot juga Lo!" Ujar Teo.

Sementara di kejauhan, Bimo menatap sendu ke arah Keren dan suaminya.

Dia bisa melihat dengan jelas, tawa renyah dari suami Keren.

"Ternyata pernikahannya bahagia dengan Tuan Teo." Lirih Bimo sedih.

Tanpa direncanakan, Keren juga menoleh di tempat Bimo berada. Keduanya saling tatap saat ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status