Wajah Teo seketika berbinar saat Keren mengatakan tidak akan mengambil satu peser pun keuntungan darinya.
Tentu saja dia sangat menyukai penawaran Keren itu. Dia sudah membayangkan begitu banyak keuntungan yang akan dirinya peroleh."Keren memang penuh kejutan, ha-ha-ha-ha. Dengan penawarannya itu. Aku pasti akan semakin berjaya dan kaya raya! Tunggu saja pembalasanku, Tuan Gerald dan Tuan Dino!" Geramnya dalam hati.Ternyata oh ternyata, Teo memiliki dendam pribadi kepada sang ayah, Tuah Dino dan kepada sang ayah mertua, Tuan Gerald.Dia beranggapan kalau kedua orang tua egois itulah yang membuat dirinya terjebak dalam pernikahan dengan Keren. Perempuan yang sama sekali tidak dirinya cintai."Gue harus melakukan apa, Ke?" Serunya berbinar."Baiklah, gue akan ceritakan, karena sepertinya, Lo juga penasaran." Seru Keren."Yaiyalah, gue penasaran. Siapa juga yang mau kehilangan keuntungan lima puluh persen?" Sindirnya kep"Jika hasilnya negatif, keputusan gue tadi juga tetap berlaku. Gue akan tetap bekerja sama dengan FZ Group tanpa bayaran dari Lo sepeser pun." Seru Keren lantang."Nah, itu kan dari Lo. Terus kompensasi untuk gue apa, jika hasil tes DNA negatif?" Mata lapar Teo semakin jelalatan melihat tubuh indah Keren.Seakan tahu maksud perkataan suaminya, apalagi Keren melihat jika tatapan Teo sungguh berbeda melihatnya, dia pun segera berkata,"Jangan harap Lo akan mendapatkan sesuatu yang lain dari gue! Gue jamin Lo tidak akan mendapatkan apa-apa. Jika Lo tidak setuju dengan apa yang gue katakan tadi, ya sudah tidak masalah bagi gue. Toh gue juga nggak rugi!" Seru Keren tajam lalu mencoba berlalu dari tempat itu."Sialan Lo, Keren!" Ketus Teo dalam hati."Yaelah! Gue bercanda kali, Ke! Lo bawa hati terus sih! Lagian ya gue nggak bakalan nafsu sama Lo! Lo itu bukan tipe gue. Gue sukanya sama cewek bahenol. Body kayak Lo sih mah, lewat!" Teo lagi-lag
Tuan Ari pun pulang di kediamannya,Ternyata Silvi sudah dari tadi menunggunya."Papa, kok baru pulang?" Sapa sang putri lalu memijit pundak sang ayah yang sedang duduk di sofa."Pekerjaan Papa sedang banyak di perusahan." Jawabnya dingin.Silvi seakan tak percaya dengan sikap sang ayah yang biasa saja kepadanya."Papa kenapa sih?" Gumamnya dalam hati."Oh ya, Pa. Bagaimana dengan yang aku katakan kemarin dulu?" Tanya Silvi berbinar. Pasalnya, sang ayah pernah berjanji kepadanya untuk membantunya memberi pelajaran kepada Keren."Memangnya kamu mengatakan apa?" Tuan Ari pura-pura tidak tahu."Ya, jadi papa lupa!" Silvi memulai mode ngambeknya.Dia lalu menjauh dari sang ayah dan memasang muka cemberutnya.Biasanya jika dia melakukan hal itu. Sang ayah akan segera mendekatinya dan membawanya dalam pelukannya. Setelah itu pasti ayahnya akan menepati janjinya.Namun yang terjadi saat ini, mala
"Sial! Kenapa semua orang tutup mulut sih!" Keluh Silvi dalam hati."Aku harus tahu, apa yang sebenarnya terjadi! Bagaimana pun caranya!" Tekadnya dalam hati.Sementara di dalam kamarnya. Tuan Ari baru saja mendapatkan kabar dari orang kepercayaannya melalui sambungan telpon. Yang mengatakan bahwa Silvi mulai menyelidiki dirinya dan Keren."Bagaimana Anda bisa masuk ke dalam kamar saya, apakah Silvi tidak tahu?" Tanyanya kepada bawahannya."Tidak, Tuan. Nona Silvi masuk kamar dulu, baru setelah itu saya datang ke kamar Anda, Tuan.""Baiklah, hati-hati jangan sampai Silvi tahu. Cari cara agar aku bisa bertemu dengan Keren."Siap, Tuan." Sahut orang itu.Sementara di luar kamar, Silvi sedang menempelkan kupingnya di daun pintu kamar ayahnya. Namun sedikit pun dia tidak dapat mendengar percakapan ayahnya dan sang bawahan di dalam kamar.Hanya gumaman suara mereka yang terdengar namun yang lebih jelasnya, apa y
Benar saja, semua memang karena Keren. Sehingga kedua perawat itu tidak ketahuan.Selesai mengambil sampel darah Teo, keduanya lalu masuk di mobil yang baru. Bukan di mobil yang sebelumnya mereka tumpangi. Sesampai di dalam mobil, kedua perawat tersebut langsung berganti pakaian. Lalu kembali ke rumah sakit.Sementara sampel darah Teo, saat ini berada di mobil yang membawa Keren ke rumah sakit, setelah sebelumnya, Yeni sang asisten mengambil sampel darah itu dan memasukkannya ke dalam sebuah tas."Asisten Yeni, apakah semua aman?" Tanya Keren."Semua berjalan sesuai petunjuk Anda, Nona." "Syukurlah, Pak Sopir langsung menuju ke rumah sakit.""Siap, Nona." Jawab sang sopir lalu mulai melakukan mobil lebih cepat dari sebelumnya.Keren merasa lega, akhirnya sampel darah Teo, sampai di rumah sakit dengan selamat dan langsung ditangani oleh para dokter di laboratorium.Sesuai penjelasan dari dokter, tes DN
Keren sampai di sebuah restoran mewah di sebuah mall di bilangan Jakarta Pusat.Dia langsung dituntun oleh seorang pelayan restoran, untuk memasuki sebuah ruangan VVIP di dalam restoran itu."Selamat Pagi, Nona Keren. Kita bertemu kembali." Sapa Tuan Ari dengan wajah sembab seperti orang yang baru habis menangis.Bagaimana tidak, Tuan Ari baru mendapat laporan lengkap pagi ini, bagaimana sengsaranya perjalanan hidup Keren, sang anak kandung. Keren sejak kecil selalu saja diperlakukan tidak adil oleh ayahnya, bahkan tak ayal Keren mendapatkan pukulan dari ayahnya yang punya sifat ringan tangan memikul orang. Mendengar semua perlakuan tidak menyenangkan yang didapatkan Keren selama ini, membuat Tuan Ari tidak kuasa menahan air matanya.Hatinya bagai tersayat-sayat membayangkan bagaimana Keren diperlakukan tidak adil oleh Tuan Gerald."Tunggu saja, Gerald! Aku akan membuat perusahaanmu bangkrut!" Janji Tuan Ari dalam hati
"Kamu suka baca buku fiksi?" Tanya Tuan Ari, kepada Keren."Iya, saya sangat suka, Tuan. Jika ada waktu senggang, saya lebih suka membaca buku dibandingkan melakukan hal lainnya." "Berarti, hobi kita sama. Saya juga menyukai bacaan fiksi. Oh ya. Bisakah Anda memilih beberapa buku fiksi untuk saya?" Seru Tuan Ari antusias.Beliau merasa sangat senang. Ternyata hobi membacanya turun kepada Keren, sang putri."Boleh, Tuan. Saya akan memilih beberapa untuk Anda." Keren pun mulai memilih buku bacaan untuk Tuan Ari.Sesampai di kasir, semua buku-buku tersebut dibayar oleh Tuan Ari. "Tuan, kenapa jadi Anda yang membayar semuanya?" Keren menjadi tidak enak."Itu bukanlah suatu masalah besar, anggap saja sebagai tanda terima kasih saya kepada Anda, Nona. Karena Anda telah sudi menemani saya ke toko buku. Anggap saja buku-buku itu hadiah untuk Anda.""Wah, terima kasih Tuan. Saya merasa tersanjung." Jawab Keren sambil t
Setelah menempuh beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya Nyonya Monik tiba di sebuah mall besar di bilangan Jakarta Barat.Sang Nyonya Besar, datang ke tempat ini, dengan memesan taksi online. Dia melakukan itu, karena takut pertemuannya dengan sang mantan kekasih, diketahui oleh suaminya, Tuan Gerald yang terkenal kejam itu.Nyonya Monik akhirnya tiba di sebuah restoran, tepatnya di ruangan VVIP yang sengaja di reservasi sebelumnya oleh Tuan Ari untuk melakukan pertemuan rahasia dengan mantan kekasihnya."Monik, kamu sudah datang? Duduklah." Ucap Tuan Ari lalu mempersilahkannya untuk duduk."Ada apa sih, Ri. Kamu menyuruh ke sini? Kamu tidak tahu bagaimana aku ketar-ketirnya tadi.""Lho memangnya kenapa, Monik? Kita adalah teman lama. Wajar jika aku ingin bertemu. Siapa tahu kita bisa kembali reuni." Ucap Tuan Ari sambil menatap genit ke arah Nyonya Monik."Jangan ngaco kamu kalau ngomong!" Nyonya Monik bukan tidak tahu sepak
Kembali ke restoran,"Jadi Gerald tidak tahu siapa ayah biologis dari Keren?""Tidak, dia tidak tahu. Aku merahasiakan hal itu kepadanya. Dia juga tidak ngotot untuk tahu." Sergahnya lagi.Sebenarnya, Tuan Gerald sangat mencintai istrinya. Untuk itu, dia tidak mempermasalahkan siapa sebenarnya ayah biologis dari Keren."Sungguh skenario yang benar-benar sempurna! Jadi aku bisa bebas untuk balas dendam kepada Gerald!" Gumamnya dalam hati."Aku akan mengabarimu untuk pertemuan kita berikutnya." Ucap Tuan Ari kepada Nyonya Monik."Tapi, untuk apa lagi kita bertemu, Ari? Bukankah semua sudah jelas? Aku mengakui kok, jika Keren adalah benar, putri kandungmu. Jadi untuk apalagi kita bertemu? Tolong jangan buat semua menjadi rumit." Lirihnya."Tolong jauhi aku. Namun yang paling penting, tolong jauhi Keren. Dia itu putri kandungmu. Aku mohon jangan libatkan dia dalam pembalasan dendamu kepada Gerald. Anak itu sudah sangat mende