Benar saja, semua memang karena Keren. Sehingga kedua perawat itu tidak ketahuan.
Selesai mengambil sampel darah Teo, keduanya lalu masuk di mobil yang baru. Bukan di mobil yang sebelumnya mereka tumpangi.Sesampai di dalam mobil, kedua perawat tersebut langsung berganti pakaian. Lalu kembali ke rumah sakit.Sementara sampel darah Teo, saat ini berada di mobil yang membawa Keren ke rumah sakit, setelah sebelumnya, Yeni sang asisten mengambil sampel darah itu dan memasukkannya ke dalam sebuah tas."Asisten Yeni, apakah semua aman?" Tanya Keren."Semua berjalan sesuai petunjuk Anda, Nona.""Syukurlah, Pak Sopir langsung menuju ke rumah sakit.""Siap, Nona." Jawab sang sopir lalu mulai melakukan mobil lebih cepat dari sebelumnya.Keren merasa lega, akhirnya sampel darah Teo, sampai di rumah sakit dengan selamat dan langsung ditangani oleh para dokter di laboratorium.Sesuai penjelasan dari dokter, tes DNKeren sampai di sebuah restoran mewah di sebuah mall di bilangan Jakarta Pusat.Dia langsung dituntun oleh seorang pelayan restoran, untuk memasuki sebuah ruangan VVIP di dalam restoran itu."Selamat Pagi, Nona Keren. Kita bertemu kembali." Sapa Tuan Ari dengan wajah sembab seperti orang yang baru habis menangis.Bagaimana tidak, Tuan Ari baru mendapat laporan lengkap pagi ini, bagaimana sengsaranya perjalanan hidup Keren, sang anak kandung. Keren sejak kecil selalu saja diperlakukan tidak adil oleh ayahnya, bahkan tak ayal Keren mendapatkan pukulan dari ayahnya yang punya sifat ringan tangan memikul orang. Mendengar semua perlakuan tidak menyenangkan yang didapatkan Keren selama ini, membuat Tuan Ari tidak kuasa menahan air matanya.Hatinya bagai tersayat-sayat membayangkan bagaimana Keren diperlakukan tidak adil oleh Tuan Gerald."Tunggu saja, Gerald! Aku akan membuat perusahaanmu bangkrut!" Janji Tuan Ari dalam hati
"Kamu suka baca buku fiksi?" Tanya Tuan Ari, kepada Keren."Iya, saya sangat suka, Tuan. Jika ada waktu senggang, saya lebih suka membaca buku dibandingkan melakukan hal lainnya." "Berarti, hobi kita sama. Saya juga menyukai bacaan fiksi. Oh ya. Bisakah Anda memilih beberapa buku fiksi untuk saya?" Seru Tuan Ari antusias.Beliau merasa sangat senang. Ternyata hobi membacanya turun kepada Keren, sang putri."Boleh, Tuan. Saya akan memilih beberapa untuk Anda." Keren pun mulai memilih buku bacaan untuk Tuan Ari.Sesampai di kasir, semua buku-buku tersebut dibayar oleh Tuan Ari. "Tuan, kenapa jadi Anda yang membayar semuanya?" Keren menjadi tidak enak."Itu bukanlah suatu masalah besar, anggap saja sebagai tanda terima kasih saya kepada Anda, Nona. Karena Anda telah sudi menemani saya ke toko buku. Anggap saja buku-buku itu hadiah untuk Anda.""Wah, terima kasih Tuan. Saya merasa tersanjung." Jawab Keren sambil t
Setelah menempuh beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya Nyonya Monik tiba di sebuah mall besar di bilangan Jakarta Barat.Sang Nyonya Besar, datang ke tempat ini, dengan memesan taksi online. Dia melakukan itu, karena takut pertemuannya dengan sang mantan kekasih, diketahui oleh suaminya, Tuan Gerald yang terkenal kejam itu.Nyonya Monik akhirnya tiba di sebuah restoran, tepatnya di ruangan VVIP yang sengaja di reservasi sebelumnya oleh Tuan Ari untuk melakukan pertemuan rahasia dengan mantan kekasihnya."Monik, kamu sudah datang? Duduklah." Ucap Tuan Ari lalu mempersilahkannya untuk duduk."Ada apa sih, Ri. Kamu menyuruh ke sini? Kamu tidak tahu bagaimana aku ketar-ketirnya tadi.""Lho memangnya kenapa, Monik? Kita adalah teman lama. Wajar jika aku ingin bertemu. Siapa tahu kita bisa kembali reuni." Ucap Tuan Ari sambil menatap genit ke arah Nyonya Monik."Jangan ngaco kamu kalau ngomong!" Nyonya Monik bukan tidak tahu sepak
Kembali ke restoran,"Jadi Gerald tidak tahu siapa ayah biologis dari Keren?""Tidak, dia tidak tahu. Aku merahasiakan hal itu kepadanya. Dia juga tidak ngotot untuk tahu." Sergahnya lagi.Sebenarnya, Tuan Gerald sangat mencintai istrinya. Untuk itu, dia tidak mempermasalahkan siapa sebenarnya ayah biologis dari Keren."Sungguh skenario yang benar-benar sempurna! Jadi aku bisa bebas untuk balas dendam kepada Gerald!" Gumamnya dalam hati."Aku akan mengabarimu untuk pertemuan kita berikutnya." Ucap Tuan Ari kepada Nyonya Monik."Tapi, untuk apa lagi kita bertemu, Ari? Bukankah semua sudah jelas? Aku mengakui kok, jika Keren adalah benar, putri kandungmu. Jadi untuk apalagi kita bertemu? Tolong jangan buat semua menjadi rumit." Lirihnya."Tolong jauhi aku. Namun yang paling penting, tolong jauhi Keren. Dia itu putri kandungmu. Aku mohon jangan libatkan dia dalam pembalasan dendamu kepada Gerald. Anak itu sudah sangat mende
"Sialan nih, Si Gerald! Ternyata dia tahu semuanya!" Kesal Teo kepada ayah mertuanya.Perdebatan diantara keduanya tidak berujung. Teo meninggalkan kantor ayah mertuanya dengan perasaan marah yang terpendam."Tunggu saja balasanku, Gerald!" Geramnya dalam hati.Gultom, sang asisten, melihat kemurungan di wajah atasannya."Tuan, wajah Anda kenapa?" Tanyanya."Gue lagi kesal sama Si Gerald itu! Dia mengancam gue! Dia pikir gue takut dengannya!" Ketusnya."Apa perlu, saya beri dia pelajaran, Bos?" Tawar Gultom."Memangnya apa yang mau Lo lakukan?" Tanya Teo."Sekedar peringatan kecil saja, Tuan. Biar dia tahu rasa!" Jawabnya penuh misteri."Baiklah, silakan lakukan. Gue percayakan ke Lo!" Ucap Teo.Saat ini, keduanya sedang berada di sebuah bar, Teo sedang menunggu seorang wanita panggilan untuk memuaskannya.Gultom terlihat sedang menelpon seseorang. Dia memerintahkan orang itu untuk me
"Selamat pagi, Nona Kerenhapukh!" sapa Moses, pagi itu kepada Keren. Sesaat setelah dia melihat gadis itu memasuki restoran yang sebelumnya telah direservasi oleh Moses.Tak tanggung-tanggung, Sang CEO memesan ruang VVIP di restoran berbintang Michelin itu. Hanya untuk menyambut pertemuannya dengan gadis impiannya, Keren.Keren sejenak sangat kaget melihat jika yang akan meeting bersamanya bukanlah Lusi, sang sahabat. Melainkan Moses, pria yang ingin sekali dirinya hindari."Mari, Nona. Silakan duduk." ucap Moses, lalu berdiri dari tempat duduknya. Demi untuk menyambut kedatangan Keren.Dengan sigap, Moses memundurkan kursi di depannya. Agar Keren dapat segera duduk.Sebenarnya, Keren ingin sekali memarahi Moses. Namun dirinya mencoba untuk profesional saat ini. Demi untuk menyukseskan kerja sama kedua perusahaan.Keren telah membuat kesepakatan dengan sang suami, Teo. Untuk dapat menjalin kerjasama yang baik dengan FZ Corp.
"I ... iya. Terima kasih, Tuan Moses." serunya, sambil mulai menyeka air matanya.Entah kenapa tiba-tiba Moses merasakan kesedihan yang mendalam saat mendengar Keren menangis. Seperti ada rasa tersayat dalam hatinya saat ini. Dia sendiri pun tidak tahu pasti kenapa perasaan itu tiba-tiba menghampirinya.Hujan semakin deras, petir tak juga kunjung berhenti bersuara. Membuat Keren semakin ketakutan. Di terlihat meremas kuat sapu tangan pemberian Moses dalam genggamannya.Lalu tiba-tiba, kilatan petir yang sangat terang dibarengi suara petir yang menggelegar mulai menunjukkan kekuasaannya. Membuat Keren menjerit ketakutan. Dengan sigap, Moses meraih tubuh Keren membawanya ke dalam pelukannya."Ma ... maaf, aku sangat takut. Tuan ... maaf, aku harus memelukmu saat ini. Aku sangat takut!" isaknya semakin menjadi-jadi."Iya, Nona Keren. Sabar, ya. Cobalah untuk tetap tenang semua pasti akan baik-baik saja." tegas, Moses. Sambil menepuk-nepuk pe
Setelah menunggu berjam-berjam, akhirnya hujan pun reda. Hari ini Moses sangat senang karena dia dapat menghabiskan waktu yang sangat lama bersama gadis pujaan hatinya, Keren.Walaupun Keren sepertinya masih enggan untuk menjalin komunikasi dengannya. Akan tetapi Moses cukup puas bisa berada satu ruangan dengan gadis itu."Nona, sepertinya hujan telah reda." ucap, Moses."Iya, nih. Aku harus kembali ke kantor." jawabnya."Sebentar, saya cek dulu. Apakah hujannya benar-benar telah reda." Moses pun melangkah menuju kaca jendela transparan yang telah ditutupi tirai. Dia menyibakkan sedikit saja tirai itu, untuk mengecek kondisi di luar sana.Setelah mengetahui cuaca saat ini, Moses kembali melangkah ke meja di mana Keren sedang berada.Dari kejauhan, Moses dapat melihat jika Keren mulai membereskan beberapa dokumen dan juga laptopnya. Sepertinya dia akan segera pergi dari tempat itu. Namun wajahnya masih menyiratkan rasa ketakutan.