Setelah menempuh beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya Nyonya Monik tiba di sebuah mall besar di bilangan Jakarta Barat.
Sang Nyonya Besar, datang ke tempat ini, dengan memesan taksi online. Dia melakukan itu, karena takut pertemuannya dengan sang mantan kekasih, diketahui oleh suaminya, Tuan Gerald yang terkenal kejam itu.Nyonya Monik akhirnya tiba di sebuah restoran, tepatnya di ruangan VVIP yang sengaja di reservasi sebelumnya oleh Tuan Ari untuk melakukan pertemuan rahasia dengan mantan kekasihnya."Monik, kamu sudah datang? Duduklah." Ucap Tuan Ari lalu mempersilahkannya untuk duduk."Ada apa sih, Ri. Kamu menyuruh ke sini? Kamu tidak tahu bagaimana aku ketar-ketirnya tadi.""Lho memangnya kenapa, Monik? Kita adalah teman lama. Wajar jika aku ingin bertemu. Siapa tahu kita bisa kembali reuni." Ucap Tuan Ari sambil menatap genit ke arah Nyonya Monik."Jangan ngaco kamu kalau ngomong!" Nyonya Monik bukan tidak tahu sepakKembali ke restoran,"Jadi Gerald tidak tahu siapa ayah biologis dari Keren?""Tidak, dia tidak tahu. Aku merahasiakan hal itu kepadanya. Dia juga tidak ngotot untuk tahu." Sergahnya lagi.Sebenarnya, Tuan Gerald sangat mencintai istrinya. Untuk itu, dia tidak mempermasalahkan siapa sebenarnya ayah biologis dari Keren."Sungguh skenario yang benar-benar sempurna! Jadi aku bisa bebas untuk balas dendam kepada Gerald!" Gumamnya dalam hati."Aku akan mengabarimu untuk pertemuan kita berikutnya." Ucap Tuan Ari kepada Nyonya Monik."Tapi, untuk apa lagi kita bertemu, Ari? Bukankah semua sudah jelas? Aku mengakui kok, jika Keren adalah benar, putri kandungmu. Jadi untuk apalagi kita bertemu? Tolong jangan buat semua menjadi rumit." Lirihnya."Tolong jauhi aku. Namun yang paling penting, tolong jauhi Keren. Dia itu putri kandungmu. Aku mohon jangan libatkan dia dalam pembalasan dendamu kepada Gerald. Anak itu sudah sangat mende
"Sialan nih, Si Gerald! Ternyata dia tahu semuanya!" Kesal Teo kepada ayah mertuanya.Perdebatan diantara keduanya tidak berujung. Teo meninggalkan kantor ayah mertuanya dengan perasaan marah yang terpendam."Tunggu saja balasanku, Gerald!" Geramnya dalam hati.Gultom, sang asisten, melihat kemurungan di wajah atasannya."Tuan, wajah Anda kenapa?" Tanyanya."Gue lagi kesal sama Si Gerald itu! Dia mengancam gue! Dia pikir gue takut dengannya!" Ketusnya."Apa perlu, saya beri dia pelajaran, Bos?" Tawar Gultom."Memangnya apa yang mau Lo lakukan?" Tanya Teo."Sekedar peringatan kecil saja, Tuan. Biar dia tahu rasa!" Jawabnya penuh misteri."Baiklah, silakan lakukan. Gue percayakan ke Lo!" Ucap Teo.Saat ini, keduanya sedang berada di sebuah bar, Teo sedang menunggu seorang wanita panggilan untuk memuaskannya.Gultom terlihat sedang menelpon seseorang. Dia memerintahkan orang itu untuk me
"Selamat pagi, Nona Kerenhapukh!" sapa Moses, pagi itu kepada Keren. Sesaat setelah dia melihat gadis itu memasuki restoran yang sebelumnya telah direservasi oleh Moses.Tak tanggung-tanggung, Sang CEO memesan ruang VVIP di restoran berbintang Michelin itu. Hanya untuk menyambut pertemuannya dengan gadis impiannya, Keren.Keren sejenak sangat kaget melihat jika yang akan meeting bersamanya bukanlah Lusi, sang sahabat. Melainkan Moses, pria yang ingin sekali dirinya hindari."Mari, Nona. Silakan duduk." ucap Moses, lalu berdiri dari tempat duduknya. Demi untuk menyambut kedatangan Keren.Dengan sigap, Moses memundurkan kursi di depannya. Agar Keren dapat segera duduk.Sebenarnya, Keren ingin sekali memarahi Moses. Namun dirinya mencoba untuk profesional saat ini. Demi untuk menyukseskan kerja sama kedua perusahaan.Keren telah membuat kesepakatan dengan sang suami, Teo. Untuk dapat menjalin kerjasama yang baik dengan FZ Corp.
"I ... iya. Terima kasih, Tuan Moses." serunya, sambil mulai menyeka air matanya.Entah kenapa tiba-tiba Moses merasakan kesedihan yang mendalam saat mendengar Keren menangis. Seperti ada rasa tersayat dalam hatinya saat ini. Dia sendiri pun tidak tahu pasti kenapa perasaan itu tiba-tiba menghampirinya.Hujan semakin deras, petir tak juga kunjung berhenti bersuara. Membuat Keren semakin ketakutan. Di terlihat meremas kuat sapu tangan pemberian Moses dalam genggamannya.Lalu tiba-tiba, kilatan petir yang sangat terang dibarengi suara petir yang menggelegar mulai menunjukkan kekuasaannya. Membuat Keren menjerit ketakutan. Dengan sigap, Moses meraih tubuh Keren membawanya ke dalam pelukannya."Ma ... maaf, aku sangat takut. Tuan ... maaf, aku harus memelukmu saat ini. Aku sangat takut!" isaknya semakin menjadi-jadi."Iya, Nona Keren. Sabar, ya. Cobalah untuk tetap tenang semua pasti akan baik-baik saja." tegas, Moses. Sambil menepuk-nepuk pe
Setelah menunggu berjam-berjam, akhirnya hujan pun reda. Hari ini Moses sangat senang karena dia dapat menghabiskan waktu yang sangat lama bersama gadis pujaan hatinya, Keren.Walaupun Keren sepertinya masih enggan untuk menjalin komunikasi dengannya. Akan tetapi Moses cukup puas bisa berada satu ruangan dengan gadis itu."Nona, sepertinya hujan telah reda." ucap, Moses."Iya, nih. Aku harus kembali ke kantor." jawabnya."Sebentar, saya cek dulu. Apakah hujannya benar-benar telah reda." Moses pun melangkah menuju kaca jendela transparan yang telah ditutupi tirai. Dia menyibakkan sedikit saja tirai itu, untuk mengecek kondisi di luar sana.Setelah mengetahui cuaca saat ini, Moses kembali melangkah ke meja di mana Keren sedang berada.Dari kejauhan, Moses dapat melihat jika Keren mulai membereskan beberapa dokumen dan juga laptopnya. Sepertinya dia akan segera pergi dari tempat itu. Namun wajahnya masih menyiratkan rasa ketakutan.
Keren sampai di ruangan Tuan Gerald, dia pun mulai menjelaskan hasil dari meeting mereka."Good job, Keren! Lain kali lakukan yang terbaik." tutur Tuan Gerald."Iya, Pa." jawabnya."Oh ya, bagaimana dengan kerjasama perusahaan Teo dengan FZ Corp." ketus sang ayah dengan nada tidak suka, karena suami anaknya yang selalu saja ingin lebih unggul dari perusahaannya."Sama dengan perusahaan kita, Pa. Perusahaan Teo juga mendapatkan kerjasama dari FZ Corp." Mendengar penuturan Keren. Tuan Gerald menjadi sangat geram."Keren! Kamu ngapain melibatkan perusahaan Teo dengan FZ Corp. Kamu tahu sendiri kan suamimu itu selalu saja menentang Papa. Lain kali jangan mau jika dia menyuruh-nyuruhmu."Sementara di luar kantor, Teo telah tiba di perusahaan ayah mertuanya. Dia segera menerobos masuk, dan tak peduli dengan tatapan Rei, asisten Tuan Gerald yang mulai mengintimidasinya."Hei, Rei! Jangan belagu, Lo!" seru Teo, lalu memberi
Di sebuah bar, Teo sedang dikelilingi oleh beberapa wanita, namun disaat dirinya sedang asyik dengan para wanita itu, pandangannya mulai terpaku kepada sosok seorang wanita yang sedang duduk sendiri di sudut bar itu.Teo mulai mengucek-ucek matanya untuk meyakinkan dirinya jika penglihatannya tidak salah saat ini."Benar! Dia, Ani. Tapi ngapain di tempat ini?" tanya Teo dalam hatinya.Ani adalah mantan pacarnya. Bisa dikatakan, Teo sempat gagal move on untuk melupakan Ani. Makanya untuk melupakan mantannya itu, Teo melampiaskannya kepada perempuan lain. Teo segera mengusir semua perempuan yang sedang bersamanya saat ini. Demi untuk mendekati Ani, sang mantan kekasih."Pergi kalian semua! Saya tidak butuh kalian! Enyah dari hadapan saya, sekarang juga!" serunya kepada para wanita itu.Para wanita, sangat terkejut dengan ucapan Teo, karena pria itu malah mengusir mereka. Apalagi Gultom juga ikut-ikutan kaget mendengarnya.
Setelah pertemuan di bar itu, Ani mulai intens menemui Teo. Tujuannya hanya satu, membuat pria itu kembali jatuh hati kepadanya. Setelah itu, dia akan balas dendam kepadanya.Erik yang mengetahui keinginan Ani untuk membalas dendam kepada Teo, sama sekali tidak disetujui olehnya. Dia tidak mau terjadi sesuatu kepada Ani. Karena diam-diam Erik telah jatuh hati kepada ibu satu anak itu.Seperti siang ini, Erik terpaksa menyusul Ani ke suatu pusat perbelanjaan untuk menjemputnya setelah bertemu dengan Teo.Saat ini keduanya sedang berada di dalam sebuah restoran."Ani, please. Apakah tidak bisa kamu menghentikan semuanya?" harap Erik penuh kecemasan."Maaf, Rik. Aku telah terjun bebas. Tidak mungkin aku berhenti sekarang. Jika semua dendamku terbalaskan. Aku akan menghentikan semuanya." jawab Ani tegas."Tapi, Ani. Aku sangat mengkhawatirkanmu." tutur Erik sambil menggenggam tangan wanita itu.Erik sudah tidak mau menunda lagi,